Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ny.sukrisnaAvatar border
TS
ny.sukrisna
story keluarga indigo.

Quote:



KKN Di Dusun Kalimati

Quote:


Kembali ke awal tahun 1990an . Dusun Kalimati kedatangan sekelompok mahasiswa yang hendak KKN. Rupanya salah satu peserta KKN adalah Hermawan, yang biasa dipanggil dengan nama Armand. Dia adalah Kakek Aretha, yang tidak lain adalah ayah Nisa.

Bagai de javu, apa yang dialami oleh Armand juga sama mengerikannya seperti apa yang Aretha alami Di desa itu. Di masa lalu, tempat ini jauh lebih sakral daripada saat Aretha tinggal di sana. Berbagai sesaji diletakkan di beberapa sudut desa. Warga masih banyak yang memeluk kepercayaan memberikan sesaji untuk leluhur. Padahal leluhur yang mereka percayai justru seorang iblis yang sudah hidup selama ribuan tahun.

Banyak rumah yang kosong karena penghuninya sudah meninggal, dan Armand bersama teman temannya justru tinggal di lingkungan kosong itu. Rumah bekas bunuh diri yang letaknya tak jauh dari mereka, membuat semua orang was was saat melewatinya. Apalagi saat malam hari.








INDEKS

Part 1 sampai di desa
Part 2 rumah posko
part 3 setan rumah sebelau
Part 4 rumah Pak Sobri
Part 5 Kuntilanak
Part 6 Rumah di samping Pak Sobri
Part 7 ada ibu ibu, gaes
Part 8 Mbak Kunti
Part 9 Fendi hilang
Part 10 pencarian
Part 11 proker sumur
Part 12 Fendi yang diteror terus menerus
Part 13 Rencana Daniel
Part 14 Fendi Kesurupan lagi
Part 15 Kepergian Daniel ke Kota
Part 16 Derry yang lain
Part 17 Kegelisahan Armand
Part 18 Bantuan Datang
Part 19 Flashback Perjalanan Daniel
Part 20 Menjemput Kyai di pondok pesantren
Part 21 Leluhur Armand
Part 22 titik terang
Part 23 Bertemu Pak Sobri
Part 24 Sebuah Rencana
Part 25 Akhir Merihim
Part 26 kembali ke rumah



Quote:


Quote:


Saat hari beranjak petang, larangan berkeliaran di luar rumah serta himbauan menutup pintu dan jendela sudah menjadi hal wajib di desa Alas Ketonggo.

Aretha yang berprofesi menjadi seorang guru bantu, harus pindah di desa Alas Ketonggo, yang berada jauh dari keramaian penduduk.

Dari hari ke hari, ia menemukan banyak keganjilan, terutama saat sandekala(waktu menjelang maghrib).

INDEKS

Part 1 Desa Alas ketonggo
Part 2 Rumah Bu Heni
Part 3 Misteri Rumah Pak Yodi
Part 4 anak ayam tengah malam
part 5 dr. Daniel
Part 6 ummu sibyan
Part 7 tamu aneh
Part 8 gangguan
Part 9 belatung
Part 10 kedatangan Radit
Part 11 Terungkap
Part 12 menjemput Dani
Part 13 nek siti ternyata...
part 14 kisah nek siti
part 15 makanan menjijikkan
Part 16 pengorbanan nenek
Part 17 merihim
Part 18 Iblis pembawa bencana
Part 19 rumah
Part 20 penemuan mayat
Part 21 kantor baru
Part 22 rekan kerja
Part 23 Giska hilang
part 24 pak de yusuf
Part 25 makhluk apa ini
Part 26 liburan
Part 27 kesurupan
Part 28 hantu kamar mandi
Part 29 jelmaan
Part 30 keanehan citra
part 31 end





Quote:


Quote:



INDEKS

Part 1 kehidupan baru
Part 2 desa alas purwo
part 3 rumah mes
part 4 kamar mandi rusak
part 5 malam pertama di rumah baru
part 6 bu jum
part 7 membersihkan rumah
part 8 warung bu darsi
part 9 pak rt
part 10 kegaduhan
part 11 teteh
part 12 flashback
part 13 hendra kena teror
part 14 siapa makhluk itu?
part 15 wanita di kebun teh
part 16 anak hilang
part 17 orang tua kinanti
part 18 gangguan di rumah
part 19 curahan hati pak slamet
part 20 halaman belakang rumah
part 21 kondangan
part 22 warung gaib
part 23 sosok lain
part 24 misteri kematian keisha
part 25 hendra di teror
part 26 mimpi yang sama
part 27 kinanti masih hidup
part 28 Liya
part 29 kembali ke dusun kalimati
part 30 desa yg aneh
part 31 ummu sibyan
part 32 nek siti
part 33 tersesat
part 34 akhir kisah
part 35 nasib sial bu jum
part 36 pasukan lengkap
part 37 godaan alam mimpi
part 38 tahun 1973
part 39 rumah sukarta
part 40 squad yusuf
part 41 aretha pulang

Konten Sensitif


Quote:

Kembali ke kisah Khairunisa. Ini season pertama dari keluarga Indigo. Dulu pernah saya posting, sekarang saya posting ulang. Harusnya sih dibaca dari season ini dulu. Duh, pusing nggak ngab. Mon maap ya. Silakan disimak. Semoga suka. Eh, maaf kalau tulisan kali ini berantakan. Karena ini trit pertama dulu di kaskus, terus ga sempet ane revisi.

INDEKS
part 1 Bertemu Indra
part 2 misteri olivia
part 3 bersama indra
part 4 kak adam
part 5 pov kak adam
part 6 mantra malik jiwa
part 7 masuk alam gaib
part 8 vila angker
part 9 kepergian indra
part 10 pria itu
part 11 sebuah insiden
part 12 cinta segitiga
part 13 aceh
part 14 lamaran
part 15 kerja
part 16 pelet
part 17 pertunangan kak yusuf
part 18 weding
part 19 madu pernikahan
part 20 Bali
part 21 pulang
part 22 Davin
part 23 tragedi
part 24 penyelamatan
part 25 istirahat
part 26 hotel angker
part 27 diana
part 28 kecelakaan
part 29 pemulihan
part 30 tumbal
part 31 vila Fergie
part 32 misteri vila
part 33 kembali ingat
part 34 kuliner malam
part 35 psikopat
part 36 libur
part 37 sosok di rumah om gunawan
part 38 sosok pendamping
part 39 angel kesurupan
part 40 Diner
part 41 diculik
part 42 trimester 3
part 43 kelahiran
part 44 rumah baru
part 45 holiday
part 46nenek aneh
part 47 misteri kolam
part 48 tamu



Quote:


Quote:


INDEKS

part 1 masuk SMU
part 2 bioskop
part 3 Makrab
part 4 kencan
part 5 pentas seni
part 6 lukisan
part 7 teror di rumah kiki
part 8 Danu Dion dalam bahaya
part 9 siswa baru
part 10 Fandi
part 11 Eyang Prabumulih
part 12 Alya
part 13 cinta segitiga
part 14 maaf areta
part 15 i love you
part 16 bukit bintang
part 17 ujian
part 18 liburan
part 19 nenek lestari
part 20 jalan jalak
part 21 leak
part 22 rangda
INDEKS LANJUTAN
Diubah oleh ny.sukrisna 18-05-2023 14:46
ferist123
kemintil98
arieaduh
arieaduh dan 22 lainnya memberi reputasi
21
19.7K
306
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
ny.sukrisnaAvatar border
TS
ny.sukrisna
#255
29 Nenek Lasmi
Dengan semangat '45 aku berjalan menuju rumah Dirga.
" Kamu yakin Dirga pelakunya?" tanya Radit yang berjalan bersama ku.

" Iya Ta. Jangan salah tuduh elu. Nanti kita dituntut." seru Doni.

" Emang yakin itu foto Dirga Dek?"

" Yakin banget Kak!!"

" wah.. Sialan tu cowok! Ganteng ganteng ternyata siluman!" umpat Kiki.

Jarak ke rumah Dirga tidak terlalu jauh, hanya sekitar 15 menit jalan kaki. Suasana pagi ini cukup dingin, karena ada kabut tipis disepanjang jalan yang kami lewati. Bahkan saking dinginnya, saat kami berbicara bahkan bernafas, selalu muncul asap seperti yang sering ku lihat di TV jika orang orang ada di gunung.

" Haaaaaaahhh" Kiki memainkan nafas nya ke udara bagai anak kecil. " Kayak di gunung ya"

" Eh jangan gitu sayang.. Ini malah gak bagus buat kesehatan loh.. Malah buat mainan, " Kata Doni sambil mengapit kepala Kiki dengan lengan nya.

Radit geleng geleng kepala melihat mereka lalu melirik padaku dan meraih tanganku.
Jemarinya menelusup ke ruas ruas jari jariku lalu di genggamnya erat.
Kutanggapi dengan senyum tipis lalu memeluk lengan nya dengan tangan kananku. Walau langkahku masih tertatih namun justru aku merasa bahagia sekali, bisa kembali memeluk lengan Radit seperti ini. Dan, karena masalah kemarin perasaan sayangku justru makin bertambah ke Radit.

" Eheeeem..." Kak Arden berdehem sambil melirik kami.

" Kakak ipar please deh jangan ganggu suasana ye." celetuk Radit.

Kak Arden hanya mengulum bibirnya melihat reaksi Radit.

Tak lama kami sampai di halaman rumah Dirga. Radit maju paling depan, seperti nya dia sangat emosi kali ini.

Brak..braak..brakkk

Radit menggedor gedor pintu rumah Dirga.

" Dirga!!! Buka!!" teriak Radit lantang.

Kami menunggu sampai kurang lebih 5 menit, lalu pintu pun di buka. Dan muncul lah wajah Dirga dengan ekspresi keheranan.

" Ada apa ya? Kok rame rame gini? " tanya Dirga bingung.

Radit lalu mencengkeram kerah baju Dirga lalu mendorongnya hingga membentur tembok.

Buuug!

" Balikin temen- temen gue!!" teriak Radit geram.

Kak Arden dan Doni langsung melerai mereka.
" Udah Dit. Sabar bro."

" Eh ada apa sih? kenapa main sruduk gini ?" tanya Dirga agak kesal.

" Teman teman kami hilang, di bawa makhluk aneh tadi malam." jelas Kak Arden.

" Terus? kenapa ke sini?" tanya Dirga.

Kami semua diam, bingung bagaimana menjelaskan pada Dirga.

" Oh aku tau..., kalian menuduhku yang melakukan semua itu? begitu ?" Dirga berasumsi sendiri.

" Iya ! Emang elu kan !!" tuduh Radit.

" Apa buktinya?"tanya Dirga.

Radit menoleh padaku yang sedari tadi diam.
" tanya Aretha!!"

Dirga menoleh padaku lalu memandangku bingung, " Aretha.. Kenapa kamu menuduhku? Kamu nggak percaya sama aku?" tanya Dirga dengan raut wajah mengiba.

" Enggak!! Aku nggak percaya kamu!! Aku lihat sendiri, kalau wajah kamu ada di rumah kakek itu!!"

" Kakek? kakek yang mana?"

" Kakek yang katanya punya ilmu hitam, yang rumahnya di tengah hutan sebelah sana?!" sambil ku tunjuk arah rumah kakek itu.

Dirga mengerutkan kening, lalu ikut menatap ke arah yang kutunjuk, " oh mbah Dirjo?"

" Nggak ngerti aku siapa namanya." ucapku sambil menyilang kan kedua tanganku ke depan. Sekaligus memasang wajah kusut dan kesal.

" Iya, mbah Dirjo, tapi aku nggak ada sangkut pautnya sama dia."

" Kalau nggak ada, kenapa foto kamu ada di kamarnya!!!"

Dirga menarik nafas dalam dalam," Kamu cuma liat fotoku aja? Ada orang lain nggak di sebelahku?"

Aku diam sambil mengingat ingat.

" Nggak mungkin cuma aku sendirian di foto itu, pasti ada orang lain kan?"

Aku masih berfikir keras, memang ada orang lain di foto itu, hanya saja aku belum penah melihat sebelumnya.

" Sebentar..." Dirga masuk ke dalam tak lama membawa sebuah bingkai foto yang mirip sekali dengan yang kulihat di rumah itu.

" Ini kan yang kamu lihat?" dia memberikan bingkai foto itu padaku.

Aku menatapnya dengan seksama, Kak Arden, Radit, Doni dan Kiki ikut mendekat padaku dan melihat foto ini.

" Itu aku sama Wirya, dia cucu dari kakek Dirjo. Aku sama Wirya emang sahabat dari dulu, Dia keturunan terakhir mbah Dirjo, tapi dia udah meninggal. "

" Terus itu rumah
siapa yang nempatin?"

" Nggak ada. Kosong kan?" tanya Dirga heran.

" Tapi kenapa kamar atas bersih, kayak ada yang nempatin?"

" Kamar itu emang selalu bersih tiap hari, Aku juga nggak ngerti kenapa. Padahal nggak ada yang berani ke sana. Pasti semua takut." terang Dirga.

Kami masih diam menatapnya tak percaya.

" Kenapa? masih nggak percaya? Silahkan kalian geledah rumahku. Barang kali kalian menemukan hal hal aneh atau mungkin teman teman kalian. Silakan saja." Kata Dirga mempersilahkan kami masuk.

Kak Arden, Radit dan Doni segera masuk ke dalam. Aku dan Kiki menunggu di luar. Dirga terus saja menatapku memelas.

" Aretha... "

" Hmmm..."

" Kamu kenapa? jutek banget sama aku?"

Kiki menimpali. " Udah deh, nggak usah sok manis sama Aretha!!"

Raut wajahnya pun berubah kecewa dan sedih. Akhirnya Kak Arden, Radit dan Doni pun keluar dari rumah itu dengan wajah bingung dan kecewa.

" Gimana?"

Mereka menggeleng, " Nggak ada."

" Hah? serius?" Kiki pun seolah tidak percaya.

Doni mengangguk.

" Ya sudah kalau gitu, kami minta maaf sudah membuat keonaran di rumah kamu. Kami permisi. Assalamualaikum." Kata Kak Arden.

Kami akhirnya pergi dari rumah Dirga dengan sejuta kekecewaan dan keheranan.

" Serius tadi nggak ada apa apa?'tanyaku sambil berjalan pulang.

" Iya Ai, nggak ada apa apa. Rumahnya bersih dari hal hal aneh. Kembang, kemenyan, patung atau apa pun nggak ada di sana. "

" Mungkin bener kalau Dirga itu nggak terlibat. Kita asal nuduh gitu aja." sambung Doni.

" Terus ke mana nyari Tyas sama Didi?" tanya Kiki.

Dan ditanggapi dengan helaan nafas saja oleh kami, karena baik aku pun sekarang tidak tau harus mencari ke mana.

Sampai di rumah kami segera melanjutkan proker masing masing.

Rizal dan Danu sudah melapor ke Pak Yanto dan katanya akan segera membantu kami mencari Tyas dan Didi.

Radit menemaniku proker hari ini, dan sorenya kami menuju proker kelompok kami.

Semua juga berkumpul di sini.
Radit terus menggandengku sejak tadi.

" Dit!!! Ta!!" panggil Dedi sambil melambaikan tangan nya pada kami.

" Lama bener bro!" seru Danu lalu mereka berdua berjabat tangan ala ala cowok pada umumnya.

" Iya, nunggu Aretha sebentar tadi. Gimana proker? lancar?"

" Aman.. yang nggak aman justru... hmm.. itu tuh!" bisik Danu lalu menunjuk seseorang dengan kepalanya.

Sekalipun Danu berbisik, yang kutau dia sengaja agar aku tidak mendengarnya, walau pada akhirnya aku mendengar juga. Dan kini orang yang paling tidak ingin kulihat muncul lagi di ujung sana.

Ester!

" Ngapain tuh es teh ke sini??!!" umpat Kiki sebal.

" Hus!! Ester !!" sahut Doni membenarkan kalimat Kiki barusan.

Ester yang melihat Radit datang, lalu berlari kecil menghampiri Radit yang jelas jelas berdiri di sampingku dan masih menggenggam tanganku.

Dengan tanpa malu malu, Ester menggandeng tangan Radit lalu bersikap manja seperti biasanya.

" Dasar nggak tau malu!!" umpat ku tanpa melihat mereka.

Ester hanya melirik sinis padaku.
Hatiku panas sekali melihat Ester bergelayut manja di lengan Radit. Padahal jelas jelas Radit sedang menggandeng tanganku.

" Dit!! Aku nunggu kamu dari tadi. Kamu ke mana aja sih? Oh iya, ini dari mamah. kemaren habis dari Jepang, bawa makanan ini. Enak deh. Sini aku suapin. Kamu pasti suka." kata Ester sambil membuka bungkusan yang dia bawa.

" sorry Ter, aku masih kenyang. Buat yang lain aja. Mereka kayaknya kelaperan tuh. Tadi aku udah makan bareng Aretha." jawab Radit sambil menoleh ke arahku lalu merapatkan tubuhnya padaku.

'Baru kusadariiiiiii...'

'Cintaku bertepuuk sebelah tangaaaaaaaan' sindir Danu.

' ingin kubunuh pacarmuuu'

' saat dia gandeng tanganmuuu'

'Di depan kedua mataku... aku jadinya panas.. panas selalu' Sambung Dedi ngasal.

Dan yang lain hanya senyum senyum.

" Yuk.. yuk.. kerja.. kerja..!!" komando Rizal.

Para pria mulai turun ke lapangan, untuk proker kelompok kami.

" Ai, aku bantu yang lain ya. Kamu nggak apa apa kan aku tinggal bentar?" tanya Radit sambil membelai wajahku lembut.

Aku melirik ke Ester yang wajahnya sudah ditekuk entah berapa lapis, ratusan barangkali atau lebiiiiih... Dalam hati aku tertawa puas melihatnya kesal.
Kehadirannya tidak di gubris lagi oleh Radit.

Radit pergi bersama yang lain menyelesaikan proker. Saat Radit baru berjalan beberapa langkah, Ester mendadak jatuh.

" Awwww.. Sakiiit.. Radit.. Aku keseleo deh kayaknya." ucap Ester manja.

Aku hanya menaikkan sudut bibirku dan menatapnya jijik.

Radit berhenti lalu menoleh.
" Pak Yanto!!!!" teriak Radit, Pak Yanto menoleh lalu mendekat.
" Tolong anter temen saya ya Pak ke mobilnya. Saya sibuk.' kata Radit santai.

" Oh siap Mas Radit.. Mari mba.." Pak Yanto mengulurkan tangannya ke Ester namun ditepisnya.

Aku dan Kiki cekikikan melihat tingkah laku Ester yang aneh.

====


Tak terasa sudah hampir 2 minggu kami ada di Desa ini. Kami pun makin membaur dengan warga sekitar. Bahkan saat kami selesai proker, banyak warga desa yang memberikan makanan kecil untuk kami bawa pulang. Mereka sangat baik dan ramah.

Selesai proker kami semua pulang bersama sama. Dan, karena alasan takut kemalaman di jalan, Ester memaksa menginap di rumah posko dan pulang besok paginya.

Radit terus menggandeng tanganku diikuti tatapan sinis Ester yang berjalan dibelakang kami.

" Ai-- "

" Hmm?"

" Nanti malem, biar kita- kita aja ya, yang nyari Didi sama Tyas di luar. Kamu, Kiki sama Ester di rumah aja. Aku nggak mau kamu kenapa kenapa lagi. "

" Hmmm.. Iya udah deh. Lagian kaki ku belum enak nih buat jalan. "

" Iya, maka dari itu, kamu istirahat aja di rumah." kata Radit sambil mencium punggung tanganku lembut.

" Iiihhhhh...." gerutu Ester di belakang kami.

" Geraah euyyyy..." sindir Kiki sambil mengibas ngibaskan tangan ke wajahnya.

" Nasib.. nasib.. Nasib jones!!" sambung Dedi.

" Elu jones!!" seru Danu.

" Yo ben, jones, timbang cinta keprok sebelah tangan.. Ngenes.. " sambung Dedi.
(Ya biar, jones, daripada cinta bertepuk sebelah tangan.. Menyakitkan..)

Mereka berdua lalu tertawa. Ester makin kesal sambil mengerucutkan bibirnya.

===

Selepas sholat maghrib, beberapa warga mulai berdatangan ke rumah membawa obor dan senter. Ada Dirga juga. Entah kenapa aku mulai ilfell dengannya. Sebenarnya dia sering berusaha mendekatiku, tapi aku selalu menolak dan biasanya Radit selalu ada di dekat ku. Hingga Dirga tidak bisa berbuat banyak.

" Hati hati di rumah ya Ai.. hmm. titip Ester, dia suka seenaknya. Kamu harus lebih waspada dan hati hati. "

" Oke boss!!" seru ku sambil bergaya hormat ke Radit.

Radit tersenyum lalu membelai wajahku dan mengecup keningku di depan banyak orang.
Alhasil wajahku pun memerah bagai kepiting rebus.

" Adegan 17++ jones dilarang nonton!" kata Doni sambil menutup mata Dedi dan Danu.
Jadilah mereka bertiga ribut sendiri karena kesal akibat ulah Doni barusan.
Jangan tanya bagaimana reaksi Ester, dia langsung pergi masuk ke kamar Radit. Yah, malam ini dia ngotot mau tidur di kamar Radit, dan Radit memilih tidur di ruang tamu katanya.

Setelah semua pergi mencari Tyas dan Didi, tinggal aku dan Kiki saja di rumah.
" Ong.. Bikin kopi yuk. Biar nggak ngantuk" ajakku ke Kiki.
Kadang panggilan sayangku ke Kiki adalah " Ong"

" Ayok deh Mak! eh si esteh kagak ditawarin?"

" Nggak usah, biar aja. Nanti juga keluar sendiri." jawabku lalu menggandeng Kiki ke dapur.

Kami membuat kopi dan membuat pisang goreng. Kebetulan pisang di kebun depan berbuah, entah kebun siapa, diambil saja oleh Kiki tadi sore. Ngawur emang ini anak. Idenya cukup brilian.😂

" Eh, Mak..., elu kagak risih si Radit di intilin mulu sama si esteh?" tanya Kiki sambil menyuap pisang goreng yang baru matang.

" Hmm.. Ya risih lah. Tapi mau gimana lagi Anggep aja dia ujian buat aku ma Radit. Yang penting kan Radit nya nggak suka ma dia. Udah cukup kok." ku cecap kopi ditangan kananku sambil menatap sekitar teras. Kami memutuskan duduk saja di teras sambil menunggu mereka kembali.

" Lagian elu kelewat sabar deh Mak. Kalo gue yang digituin mah udeh gue libas tu cewek."

Aku ngakak dibuatnya.

" Elu mah sadis Ong."

" Eh Mak!! itu siape??" tunjuk Kiki ke ujung jalan.

Kupincingkan mataku menatap ke arah itu. Ada seseorang yang mengintip dari balik pohon di kebun depan tak jauh dari rumah. Dan yang membuat ku heran, dia memakai jaket Almamater seperti kami. Dari postur tubuhnya seperti nya dia laki laki.

" Didi bukan Ong?"

" Hmmm.. Bukan Mak. Dia agak putihan, siapa ya?" tanya Kiki bingung.

Mataku membulat, lalu menoleh ke arah Kiki. " Jangan jangan...'

" Apaan sik? Jangan nakut nakutin deh!!"

" serius! apa dia mahasiswa itu ya? yang KKN sebelum kita!!"

" Bisa ja... di..." suara Kiki memelan, kulihat dia menelan ludah berkali kali, matanya melotot dan wajahnya panik.

" Kenapa sih?"

" Ituuu.. itu..." Kiki menunjuk ke depan dan ternyata orang yang kami bicarakan kini sedang berjalan dengan menyeret kakinya menuju ke arah kami.

Dan entah kenapa badanku seolah kaku. Mataku hanya mampu menatap nya terus. Dari jarak yang makin lama makin dekat, aku makin bisa melihat dengan jelas seperti apa wajahnya. Dan tentunya, aku kini bisa tau, siapa dia.... Wirya!

Pria yang berfoto dengan Dirga yang kulihat tempo hari.
Wajahnya cukup mengerikan dengan luka memar di sekujur tubuhnya, bola matanya hampir keluar, kepalanya mengeluarkan darah segar. Dia terus mendekat pada kami.

Bau anyir dan busuk pun mulai menyeruak ke hidungku.
" Ta... !!" bisik Kiki.

" Sstttt..." kusuruh dia diam dan tenang. Aku tau dia ketakutan. Sebenarnya aku pun juga ketakutan.

Wirya berdiri di depanku, lalu duduk di kursi depan ku. Persis di depanku.

" Akhirnya aku bisa bertemu denganmu..." ucap Wirya dengan nada pelan namun mengerikan.

" Mmm.. Mau.. Apa.. Kamu!!"

" Aku tertarik padamu!"

Deg!!

" Mampus loe Ta! Setan aja naksir elu. Laris manis yak." kekeh Kiki.

Bisa bisanya disaat seperti ini dia bercanda garing. Kupaksakan menoleh ke arahnya dan menatapnya tajam. Dia makin cekikikan.

" Kamvret loe Ong!!" umpatku.

" Eh.. atiati kalo ngomong. Gue aduin pakdhe Yusuf tar yak. Hahaha."

Rasanya ingin ku sumpal mulutnya dengan pisang goreng di depanku.

" Ehem.." Wirya berdehem dan kami berdua kembali fokus padanya.

Kalau sudah bergurau dengan Kiki, aku memang suka lupa situasi dan kondisi.

" Maksud kamu apa!!" tanyaku lebih berani lagi.

" Kamu menarik!! "

" Eh.. Tunggu!! kamu Wirya kan? cucu mbah Dirjo?"

" Iya.."

" Kamu udah meninggal tah?" sambung Kiki.

" Kamu pikir?? Aku manusia ? Dengan kondisi seperti ini??"

" Hehehe.."

Aku geleng geleng kepala melihat tingkah Kiki. Aku heran, kok bisa ya, aku punya teman nggak waras seperti dia.

" Kamu kok pakai jaket itu?" tanyaku.

" Kenapa? aku juga seorang mahasiswa seperti kalian dulu."

" Oh gitu.. Terus kenapa kamu meninggal?"

" Aku.... Hmm-- korban tumbal yang gagal."

" hah? Jadi bener kakek kamu itu..."

Tiba tiba wajah Wirya mengelupas, tulang tengkoraknya jatuh dan menampilkan bagian dalam kepalanya. Mengerikan!

Dan dia menunjuk ke rumah Nenek Lasmi. Tapi tubuhnya makin lama makin melepuh seperti terbakar api.

Suasana makin panas dan keringatku sampai bercucuran. Kiki kulihat sudah tergeletak di lantai.

" Aahhh" Ester berteriak.

Dan teriakan Ester membuatku tersadar dan berhasil menggerakkan tubuhku. Aku pun menoleh ke dalam rumah, listrik padam!
Namun saat aku menatap ke depanku lagi, Wirya sudah tidak ada ditempatnya.
Aku tolah toleh sekitarku, namun tidak juga ku lihat sosoknya lagi.

Aku segera membangunkan Kiki.
" Oooong!! Banguuun!! woiii!! Ester kenapa tuh!! Ayok dong! Haduh.. masa aku sendirian nih. Kingkong!! bangun woii!!!'

Kiki menggeliat lalu mengerjap ngerjapkan matanya.
" Aaaaahhhh!!! setaaaan!!" teriaknya.

" Sssttt... Udah nggak ada! Wirya udah pergi! Kamu nggak apa apa?"

" Nggak apa apa Ta! eh kok gelap?"

" Listrik mati! Ester Ki!! Kita liat yuk!"

Aku gandeng Kiki masuk ke dalam dengan menyalakan senter dari ponsel kami masing masing.

Sampai di kamar Radit, pintu sedikit terbuka. Aku memandang Kiki, tapi dia malah bersembunyi di belakangku.
Kudorong pelan pintu itu, dan kulihat Ester sedang duduk di ranjang sambil menunduk.

Perasaanku makin tidak enak. Apalagi dengan kehadiran Nenek Lasmi di luar jendela kamar Radit yang sedang menatapku tajam. Dia menatapku sinis lalu menyeringai sambil memiringkan kepalanya yang membuat hatiku berdesir ketakutan. Wajar saja jika Kak Arden takut saat melihat Nenek Lasmi pertama kali.

Tiba tiba Ester berdiri. Nenek Lasmi tersenyum lalu berjalan menjauh, dan anehnya apa yang Ester lakukan sama persis seperti Nenek Lasmi barusan.

Ester berjalan keluar kamar, aku mundur mundur, Kiki makin menenggelamkan wajahnya di punggungku.

" Es teh kesurupan ya Ta?'

" Kayaknya gitu deh"

" Terus gimana dong?"

" Haduh.. Kita liat dulu dia mau ngapain."

Saat di depan kamar, Ester berhenti lalu mendongakkan kepalanya dan tersenyum mengerikan. Wajahnya memucat dengan urat urat nadinya yang terlihat menyembul jelas namun berwarna ke abu abu'an.

Dia memiringkan kepalanya lalu berjalan keluar sambil menyeret sebelah kakinya.

" Ikutin Ong!!"

" Haduh!! "

Kami berdua mengikuti Ester keluar rumah, aku juga heran mau kemana dia.

Suasana malam ini cukup dingin, kabut tipis mulai terlihat dan memang hawa dingin makin jelas kurasakan. Tapi kami berdua justru malah berkeringat.
Dan saat sampai di pagar halaman rumah Nenek Lasmi, Ester berhenti dengan gerakan lambat dia berjalan masuk.

" Astaga.. Malah ke sono Ta!!" pekik Kiki.

" Haduh.. Jujur ya Ki.. Aku mending masuk ke rumah Mbah Dirjo deh dari pada ke sini. "

" Kok bisa? sini lebih serem yak?" Kiki makin mepet mepet padaku.

" Hmm.. Aku ngerasa gitu. Baru aja kita didepan rumah ini aja, badanku udah lemes. Serius, aku takut kali ini deh Ki!"

" Terus gimana donk Ta.. Masa kita biarin Ester ke sono. Kalo kenapa napa gimana coba?"

Benar juga, aku sudah janji pada Radit untuk menjaganya. Dan mau tidak mau, aku harus menyusul Ester kedalam.

" Hmm.. Ya udah, kita masuk gimana? apa kamu mau nunggu di sini?"

Kiki menatapku iba, lalu menggeleng cepat.
" Ta... kita sahabat, susah seneng bareng bareng, aku bakal temenin kamu ke dalem. Kita hadapi sama sama!" kata kiki mantap.

Mataku berkaca kaca mendengar ucapan nya barusan. Rasanya ini pertama kali nya Kiki bersikap dewasa seperti ini. Dan, dia memang sahabatku.

Thank's Ki...

" Ya udah, kita masuk. Bissmillahirrahman nirahhim"

=======
3.maldini
theorganic.f702
theorganic.f702 dan 3.maldini memberi reputasi
2