Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ny.sukrisnaAvatar border
TS
ny.sukrisna
story keluarga indigo.

Quote:



KKN Di Dusun Kalimati

Quote:


Kembali ke awal tahun 1990an . Dusun Kalimati kedatangan sekelompok mahasiswa yang hendak KKN. Rupanya salah satu peserta KKN adalah Hermawan, yang biasa dipanggil dengan nama Armand. Dia adalah Kakek Aretha, yang tidak lain adalah ayah Nisa.

Bagai de javu, apa yang dialami oleh Armand juga sama mengerikannya seperti apa yang Aretha alami Di desa itu. Di masa lalu, tempat ini jauh lebih sakral daripada saat Aretha tinggal di sana. Berbagai sesaji diletakkan di beberapa sudut desa. Warga masih banyak yang memeluk kepercayaan memberikan sesaji untuk leluhur. Padahal leluhur yang mereka percayai justru seorang iblis yang sudah hidup selama ribuan tahun.

Banyak rumah yang kosong karena penghuninya sudah meninggal, dan Armand bersama teman temannya justru tinggal di lingkungan kosong itu. Rumah bekas bunuh diri yang letaknya tak jauh dari mereka, membuat semua orang was was saat melewatinya. Apalagi saat malam hari.








INDEKS

Part 1 sampai di desa
Part 2 rumah posko
part 3 setan rumah sebelau
Part 4 rumah Pak Sobri
Part 5 Kuntilanak
Part 6 Rumah di samping Pak Sobri
Part 7 ada ibu ibu, gaes
Part 8 Mbak Kunti
Part 9 Fendi hilang
Part 10 pencarian
Part 11 proker sumur
Part 12 Fendi yang diteror terus menerus
Part 13 Rencana Daniel
Part 14 Fendi Kesurupan lagi
Part 15 Kepergian Daniel ke Kota
Part 16 Derry yang lain
Part 17 Kegelisahan Armand
Part 18 Bantuan Datang
Part 19 Flashback Perjalanan Daniel
Part 20 Menjemput Kyai di pondok pesantren
Part 21 Leluhur Armand
Part 22 titik terang
Part 23 Bertemu Pak Sobri
Part 24 Sebuah Rencana
Part 25 Akhir Merihim
Part 26 kembali ke rumah



Quote:


Quote:


Saat hari beranjak petang, larangan berkeliaran di luar rumah serta himbauan menutup pintu dan jendela sudah menjadi hal wajib di desa Alas Ketonggo.

Aretha yang berprofesi menjadi seorang guru bantu, harus pindah di desa Alas Ketonggo, yang berada jauh dari keramaian penduduk.

Dari hari ke hari, ia menemukan banyak keganjilan, terutama saat sandekala(waktu menjelang maghrib).

INDEKS

Part 1 Desa Alas ketonggo
Part 2 Rumah Bu Heni
Part 3 Misteri Rumah Pak Yodi
Part 4 anak ayam tengah malam
part 5 dr. Daniel
Part 6 ummu sibyan
Part 7 tamu aneh
Part 8 gangguan
Part 9 belatung
Part 10 kedatangan Radit
Part 11 Terungkap
Part 12 menjemput Dani
Part 13 nek siti ternyata...
part 14 kisah nek siti
part 15 makanan menjijikkan
Part 16 pengorbanan nenek
Part 17 merihim
Part 18 Iblis pembawa bencana
Part 19 rumah
Part 20 penemuan mayat
Part 21 kantor baru
Part 22 rekan kerja
Part 23 Giska hilang
part 24 pak de yusuf
Part 25 makhluk apa ini
Part 26 liburan
Part 27 kesurupan
Part 28 hantu kamar mandi
Part 29 jelmaan
Part 30 keanehan citra
part 31 end





Quote:


Quote:



INDEKS

Part 1 kehidupan baru
Part 2 desa alas purwo
part 3 rumah mes
part 4 kamar mandi rusak
part 5 malam pertama di rumah baru
part 6 bu jum
part 7 membersihkan rumah
part 8 warung bu darsi
part 9 pak rt
part 10 kegaduhan
part 11 teteh
part 12 flashback
part 13 hendra kena teror
part 14 siapa makhluk itu?
part 15 wanita di kebun teh
part 16 anak hilang
part 17 orang tua kinanti
part 18 gangguan di rumah
part 19 curahan hati pak slamet
part 20 halaman belakang rumah
part 21 kondangan
part 22 warung gaib
part 23 sosok lain
part 24 misteri kematian keisha
part 25 hendra di teror
part 26 mimpi yang sama
part 27 kinanti masih hidup
part 28 Liya
part 29 kembali ke dusun kalimati
part 30 desa yg aneh
part 31 ummu sibyan
part 32 nek siti
part 33 tersesat
part 34 akhir kisah
part 35 nasib sial bu jum
part 36 pasukan lengkap
part 37 godaan alam mimpi
part 38 tahun 1973
part 39 rumah sukarta
part 40 squad yusuf
part 41 aretha pulang

Konten Sensitif


Quote:

Kembali ke kisah Khairunisa. Ini season pertama dari keluarga Indigo. Dulu pernah saya posting, sekarang saya posting ulang. Harusnya sih dibaca dari season ini dulu. Duh, pusing nggak ngab. Mon maap ya. Silakan disimak. Semoga suka. Eh, maaf kalau tulisan kali ini berantakan. Karena ini trit pertama dulu di kaskus, terus ga sempet ane revisi.

INDEKS
part 1 Bertemu Indra
part 2 misteri olivia
part 3 bersama indra
part 4 kak adam
part 5 pov kak adam
part 6 mantra malik jiwa
part 7 masuk alam gaib
part 8 vila angker
part 9 kepergian indra
part 10 pria itu
part 11 sebuah insiden
part 12 cinta segitiga
part 13 aceh
part 14 lamaran
part 15 kerja
part 16 pelet
part 17 pertunangan kak yusuf
part 18 weding
part 19 madu pernikahan
part 20 Bali
part 21 pulang
part 22 Davin
part 23 tragedi
part 24 penyelamatan
part 25 istirahat
part 26 hotel angker
part 27 diana
part 28 kecelakaan
part 29 pemulihan
part 30 tumbal
part 31 vila Fergie
part 32 misteri vila
part 33 kembali ingat
part 34 kuliner malam
part 35 psikopat
part 36 libur
part 37 sosok di rumah om gunawan
part 38 sosok pendamping
part 39 angel kesurupan
part 40 Diner
part 41 diculik
part 42 trimester 3
part 43 kelahiran
part 44 rumah baru
part 45 holiday
part 46nenek aneh
part 47 misteri kolam
part 48 tamu



Quote:


Quote:


INDEKS

part 1 masuk SMU
part 2 bioskop
part 3 Makrab
part 4 kencan
part 5 pentas seni
part 6 lukisan
part 7 teror di rumah kiki
part 8 Danu Dion dalam bahaya
part 9 siswa baru
part 10 Fandi
part 11 Eyang Prabumulih
part 12 Alya
part 13 cinta segitiga
part 14 maaf areta
part 15 i love you
part 16 bukit bintang
part 17 ujian
part 18 liburan
part 19 nenek lestari
part 20 jalan jalak
part 21 leak
part 22 rangda
INDEKS LANJUTAN
Diubah oleh ny.sukrisna 18-05-2023 14:46
ferist123
kemintil98
arieaduh
arieaduh dan 22 lainnya memberi reputasi
21
19.6K
306
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
ny.sukrisnaAvatar border
TS
ny.sukrisna
#126
3. Bersama Indra
Quote:


Tak berapa lama Indra datang .
Aku langsung turun keluar Kos begitu ada suara mobil terdengar di halaman Kosku.

"Haii" sapa ku saat sampai didekat mobil Indra.
Dia tersenyum lalu membuka pintu mobil dari dalam.

" Mau makan apa nih? " tanyanya.

" Apa ya Ndra? jam segini makanan apa yang ada diluar? aku belum pernah keluyuran di jam segini . " ucapku sambil menguap.

Sekarang ini memang baru pukul 01.00 dini hari.

Suasana sudah sepi. hanya ada satu--  dua orang saja yang kulihat lewat.
yang jelas mereka manusia, bukan makhluk astral.

" Nasi goreng paling Nis . "

" Ya-- nggak apa apalah. yang penting perut nggak demo mulu minta diisi. bikin mimpi buruk aja ." kataku cuek.

" Hahaha . kamu tuh.."

Lalu indra menjalankan mobilnya menuju sebuah Tenda nasi goreng dekat dengan Kos ku.
Katanya sih ini langganan nya.
Kami turun lalu masuk ke Tenda itu.

Ada beberapa orang yang sedang makan juga disana . ini jualan sampai jam berapa ya? jam segini saja masih buka.

" Kamu makan apa? " tanya Indra.

" Nasi goreng ati, nggak pedes . "

" Kamu nggak suka pedes?? " tanyanya heran.

" Suka ,cuma kalo makan pedes aku bakal masuk Rumah sakit lagi . lambungku udah parah nih." jawabku sambil cengengesan .

" Oalah-- ya udah . " lalu Indra memesan nasi goreng dan tak lupa teh hangat.

" Kamu kok belum tidur, Ndra? "

" Hmm ... biasa. aku mah hobi begadang. tadi habis nonton film juga dilaptop."

" Film apaan hayooo?? " ledekku .

" Ih kamu nih-- film Inferno. kamu pikir film apaan coba? " Indra mencubit pipiku.

" Hehehe. Soalnya Feri itu kalo begadang trus nonton film malem malem , nonton nya film panas . kirain kamu juga. hihihi " kataku terkekeh.

" Yeee . jangan disamain lagi. eh, kok kamu tau . jangan-jangan  kamu ikut nonton juga ya.. " tanya Indra balik meledekku .

" Isshh . Feri nya yang cerita sendiri Ndraaaa..." kataku sambil memukul lengan Indra.

Aku dan Indra pun tertawa.

" ngomong ngomong , kamu asik juga ya Niss . jauh dari kata aneh kaya yang kamu bilang. Tapi , Kok masih jomblo aja? "

" Itu nanya apa ngeledek?? " aku melirik Indra yang masih tertawa tertahan.

" ya nanyalah... "

" Hmm--- belum ketemu yang cocok aja. kebanyakan pada kabur setelah diintilin juga sama setan yang ngintilin aku . " kataku datar.

Indra hanya berohria.

" Ah iya  Ndra , Ibunya Danar masih hidup ya? kok bisa Papahnya Olive nikah sama Mamahnya Olive "

Indra menghentikan makannya, menatapku bingung.

" Kamu tau dari mana? "

" Di mimpi tadi. "

Dia meletakkan sendok lalu mulai bercerita.
" Ya gitulah Nis , Papahnya Olive cerai sama Mamahnya Danar. tapi Danar ikut Papahnya . terus Papahnya nikah sama Mamahnya Olive . "

" Aku ada ide !! aku bakal coba korek sendiri dari Danar . biar dia ngaku . " kataku sambil makan.

" Husss--- jangan!! Bahaya Niss. Kamu nggak boleh nekat pokoknya! awas sampe kamu bertindak sendiri.." ancam Indra serius.

" Terus gimana donk , Ndra. nggak mungkin kan nangkep dia cuma karena bayangan dalam mimpiku? "

Kulihat Indra menghela nafas berat.

" Nanti aku pikirin lagi . udah-- sekarang makan . " katanya sambil melanjutkan makan.

Kami pun makan sampai selesai. karena akupun juga lapar.
Tapi saat aku menengok ke sebelah kiriku.

Deg!!
Ada sosok Nenek- Nenek duduk disebelahku . rambutnya panjang acak- acakkan , putih semua .
duduknya pun membungkuk . baunya anyir sekali .
sudah jelas itu bukan manusia pokoknya .

Aku lemas sekali. paling tidak suka kalau mereka muncul tiba-tiba seperti ini.
Aku memegang lengan Indra yang ada disebelah kananku.

Dan hilang!

Wah bagus nih , berarti benar. kalau aku sentuh Indra , mereka hilang.

" Kenapa " tanya Indra menengok ke arahku yg sedang gemetaran sambil memegang tangannya.

Aku hanya menggeleng . lalu dia menyentuh wajahku dengan kedua tangannya .
" Kamu harus berani Nisa . lawan !! jangan takut . " katanya.

Aku hanya mengangguk perlahan.

Dia mah gampang aja ngomong gitu, aku yang praktekin nya setengah mati.

Setelah makan , Indra mengantarku ke Kos.

" Mau aku anterin sampe dalem? " tanyanya saat aku hendak keluar dari mobilnya.
Mungkin dia masih ingat sosok yang kulihat didepan Kos tadi sore.
Aku menggeleng.
setelah kulihat keadaan aman. aku juga merasa tidak enak jika terus merepotkan Indra. Lalu Indra pun pamit kembali ke kosnya saat aku sudah masuk ke dalam.



Pukul 06.30 mataku baru benar-benar terbuka. Alhasil aku kesiangan karena semalam pergi keluar dengan Indra, dan baru kembali  ke Kos saat hampir subuh. Segera bergegas mandi dan tanpa sarapan aku berangkat ke Kampus. Sudah hampir 15 menit aku menunggu taksi atau angkutan umum lain. Namun hasilnya nihil.

Ponselku bergetar. Ada sebuah pesan masuk.

[Udah bangun, non?]

[Ahh ... aku kesiangan nih.]

[Memangnya kamu lagi di mana.]

[Nunggu taksi depan Kos.]

Lama Indra tidak membalas lagi. Aku masih sibuk tengak tengok. Karena aku harus cepat-cepat sampai kampus.

Tak lama ada mobil berhenti di depanku. Mobil yang sudah ku kenal dan sangat kuhafal.

Mobil Indra.

"Ayo masuk. Aku anter, daripada telat."

Indra sudah memakai seragamnya. berarti dia juga akan berangkat bekerja pagi ini. Aku tersenyum dan segera masuk ke mobilnya. Dia bagai dewa penyelamat bagiku. Ah, untung saja.

"Alhamdulillah. Cepet, Ndra. 10 menit lagi kelas ku mulai," kataku agak panik.

"Buset kamu, Nis. Mepet banget bangunnya."

"Iya, alarm hape cuma aku matiin
terus tidur lagi. Hehe. "

Indra hanya geleng-geleng kepala dan kembali memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi. Jantungku berdetak lebih cepat.
Kami diam beberapa saat dengan pikiran masing-masing.

"Ndra ... Pernah nggak sih, ada polisi kena tilang?" tanyaku dengan polosnya.

Hal itu mampu membuat tawa Indra meledak.

" Ya ada, aku nih paling nanti kalau ketemu polantas," katanya sambil menahan tawa yang masih ingin dia luapkan.

" Maaf, ya, kamu pakai repot nganterin aku segala. Kamu juga mau kerja, kan?"

"Nggak apa-apa, Nis. Tadi emang aku mau lewat depan kos kamu. Kasian kalau kamu telat. Aku yakin kamu bangun kesiangan gara-gara semalem kita pergi."

Insting dia emang tepat.

"Eh terus kamu telat nggak nih?"

"Santai aja. Eh kamu belum sarapan juga, ya?"

"Belom, Ndra. Nanti aja gampang. habis kuliah aja deh. Di kantin."

"Udah mandi belum? "tanyanya sambil melirik kepadaku.

Langsung ku cubit lengannya.
"Udah dong. Enak aja."

Indra tertawa melihat reaksiku.
Kami ini baru kenal beberapa hari, tapi seakan sudah kenal lama. Aku dan Indra sudah tidak sungkan untuk sekedar berceloteh dan bercanda dengan guyonan masing-masing.

Indra ternyata pribadi yang menyenangkan. Sangat jauh dari penilaian negatif yang biasa tersematkan olehku dan teman-teman mengenai sepak terjang polisi.

Sampailah kami di Kampus.

"Makasih, ya, Ndra. Bye."
aku langsung keluar mobil Indra dan berlari ke kelas. Bahkan tidak menengok  Indra lagi.

Beberapa jam mengikuti mata kuliah, akhirnya selesai juga.

Selesai kuliah aku langsung ke Kantin. Kebetulan aku sendirian karena teman - temanku sedang ada urusan masing-masing. Aku memesan semangkuk bakso dan es jeruk manis. Makanan favoritku.

Suasana Kantin agak sepi. 'Tumben nih. biasanya jam segini penuh.'
Melihat bakso yang mengepul di depanku, fokusku kembali pada makanan di depanku ini.

Namun, saat akan makan di meja seberang yamg tak begitu jauh denganku, ada sosok yang sedang menjilati sisa makanan dari mahasiswa yang baru saja pergi.

Terlihat liurnya menetes, dan baunya sungguh tidak enak. Sungguh menjijikan. Aku mual, dan langsung pergi ke wastafel dekat kantin, muntah.

Makhluk itu masih ada di sana dan sekarang dia pindah ke mejaku. Sepertinya hendak memakan makananku.

Ya ampun.

Aku pun menjadi tidak selera makan lagi. Aku beranjak dan membayar makananku, pergi dari kantin.

Bu Kantin heran karena aku meninggalkan makananku begitu saja. Padahal makananku belum kumakan sedikitpun.
Mana bisa ku makan setelah di santap makhluk itu, akan terasa hambar pastinya.

Saat hendak kembali ke kelasku, lama - kelamaan pandanganku terlihat samar- samar, kakiku lemas sekali. Badanku pun gemetaran. Mungkin efek belum makan dan muntah tadi.

"Niss ... Nisaa ...."
Sayup-sayup aku mendengar seperti suara Indra ada di dekatku. 'Ah pasti aku halusinasi.'

Gelap.

____

Aku mencium bau minyak kayu putih yang ada di ujung hidung. Mataku mengerjap dan mencoba beradaptasi dengan cahaya terang di sekitar. Sementara Indra duduk di sampingku.

Rupanya aku sudah ada di kos Indra. Suara yang kupikir halusinasiku ternyata memang milik Indra.

"Alhamdulillah udah bangun kamu, Nis. Bikin khawatir aja deh," katanya lega.

"Kok aku di sini?"

"Kamu tadi pingsan di Kampus. Tadi aku sengaja dateng ke kampus kamu, eh malah liat kamu udah lagi jalan sempoyongan. Pasti gara-gara belum sarapan, ya? " tanyanya sambil mengacak-acak rambutku.

" Ah ... Iya. Tadi aku udah mau makan, udah pesen bakso segala. Tapi tiba-tiba nggak selera makan."

"Kenapa?"

"Masa lagi makan, ada yang lagi jilat- jilat piring di depan mejaku, Ndra. Udah gitu keluar liurnya bau nya busuk pula. Ya udah, aku muntah muntah deh sebelum makan. Aku tinggalin aja makananku. Aku lemes banget. eh kamu ke kampusku ngapain."

"Mau ngajakin kamu makan siang sebenernya. Tadi mamahnya Olive nyuruh kita ke sana."

"Oh gitu. Ya ampun. Terus gimana? batal dong," kataku yang merasa tidak enak.

" Iya, pending aja. Lain kali, kan, bisa." Indra berdiri ke dapur dan kembali membawa nampan yang berisi makanan dan susu hangat.

"Udah, minum dulu susunya. Terus makan. Nanti kamu sakit. "

Aku segera minum susu dan makan sedikit sedikit. Karena masih ingat kejadian tadi aku masih belum nafsu makan. Masih mual rasanya.

"Kenapa sih? makan kok nggak niat gitu? Sini aku suapin, biar cepet makannya," kata Indra lalu merebut sendok di tanganku.

Indra menyuapiku dengan telaten. sambil bercerita pengalamannya di kepolisian yang membuatku tertawa. Aku pun menjadi lupa kejadian di Kantin tadi.

Olive kulihat masih ada di sudut ruangan Kos Indra, menatap kami dan tersenyum.

"Eh, Ndra. kita ke Rumah Olive yuk," ajakku.

"Sekarang?" tanyanya.

"Iyalah."

_____

Kami sampai di depan Rumah Olive, segera masuk ke Teras. Di sana ada Danar dan Papahnya Olive. Begitu melihat kedatangan kami pria paruh baya itu terlihat antusias.

" Eh ... Indra. Sini. wah , lama nih nggak main sini," sapa Papahnya Olive.

"Iya Om, maklum banyak kerjaan. Tante nggak keliatan? " tanya Indra sambil melihat ke dalam Rumah.

"Ada. di dalem, sebentar ya om panggilin. Loh ini, pacar baru kamu, ya? Bener kata Tante, cantik. Nah gitu, Ndra, move on. Ikhlasin Olive," kata Papah Olive.

Indra terlihat sungkan sambil garuk-garuk kepala.
"Cuma temen kok, Om."

Papahnya Olive masuk ke dalam memanggil Mamahnya Olive.
Aku sedari tadi hanya memperhatikan Danar terus.
Dia menatap Indra dengan sinis. Seperti tidak suka, tapi Indra tidak menyadarinya.

"Ndra ... kemarin temenku ada yang kecelakaan mobil. Anehnya kok, kaya dibikin-bikin gitu. Masa remnya blong. Kaya sengaja diputus orang," kataku sinis sambil melirik ke Danar.

Indra langsung kaget dan melotot ke arahku. Seolah memberi kode agar aku diam tak melanjutkan kalimatku lagi.

"Walau pelakunya belum ketangkep, aku yakin, dosanya dia bawa sampe mati, dan Allah nggak akan tinggal diam!" kataku lagi sambil menatap Danar tajam.

Danar sepertinya merasa kalau semua yang kukatakan itu sengaja ditujukan kepadanya. Dia melihat sinis ke arahku.

" Kalau nggak mau celaka, nggak usah ikut campur urusan orang!" Spontan dia mengatakan itu.

Otomatis Aku dan Indra langsung menatapnya penuh curiga.

Tak lama Papah dan Mamahnya Olive datang. Danar pun langsung pergi.

"Wah, Nisa gimana? Katanya Indra tadi Nisa sakit, ya? " tanya Mamahnya Olive sambil duduk di sampingku.

"Iya, biasa Mah, darah rendah, jadi gampang capek."

Kami mengobrol sampai sore.
Lalu pamit pulang.

_____

"Kamu Nis ! Nekat banget ngomong gitu depan Danar!" kata Indra saat kami dalam perjalanan pulang.

"Biarin ! Aku gregetan sama dia. Dia juga punya niat jelek ke kamu, Ndra. aku liat tadi tatapan matanya aneh. "

"Dan sekarang dia punya niat jelek juga ke kamu!" bentak Indra.

Aku terkejut melihat reaksi Indra. Tiba-tiba dia menjadi pribadi yang lain. Akhirnya aku diam. Tengak-tengok dan meminta Indra berhenti.

"Mau ngapain? Nanti! Kos kamu masih jauh!" Indra menjawab dengan datar dan tetap menjalankan mobilnya. Bahkan lebih cepat.

Aku kembali terdiam. Aku mendengus kesal. Sementara Indra terdengar menarik nafas dalam. Suasana sedikit dingin. Tidak seperti biasanya.

Aku melihat ke spion fan mendadak curiga terhadap pergerakan beberapa mobil yang ada di belakang. Sepertinya mereka mengikuti kami. Karena setiap Indra ngebut mereka juga ngebut. kalau Indra pelan, mereka juga pelan.

Sampai kami ada di daerah yang cukup sepi. Hanya ada kebun dan tanah kosong.

"Ndra ... kita diikutin," kataku.
Indra langsung ikut melihat ke belakang dari spion tengah.

"Pasti Danar! lihat?! puas kamu sekarang?! Dia itu nekat. kita harusnya lebih hati hati ngadepin dia! Bukan kaya tadi! Itu bahaya banget buat kamu! " omel Indra.

Aku pun sadar kalau tindakanku tadi salah. Aku terlalu terbawa emosi dan ternyata Indra sudah mempertimbangkannya, bahwa kejadian ini akan terjadi juga.
Itulah kenapa dia marah marah kepadaku.

" Maaf, Ndra ... Maafin aku, ya."

"Hm. udah lah. Ambilin hpku di dasboar situ." amarah Indra sudah agak reda, karena nada bicaranya sudah kembali pelan.
Aku pun mengambilnya dan memberikan ke Indra.

Indra terlihat mengirim pesan ke seseorang.

Tak lama mobil kami dihadang oleh mobil mobil yang tadi mengikuti. Keluarlah beberapa orang yang masing masing membawa senjata. ada sekitar 10 orang.

"Keluar!" teriak salah satu dari mereka.

"Kamu di sini aja, Nis. kunci pintu. Tunggu di dalem! Temen temenku bakal dateng bentar lagi."

"Tapi ... kamu gimana? Jangan keluar, Ndra. Bahaya," kataku panik.

"Nggak usah khawatir. Hidup mati udah diatur Allah. Asal kamu selamat. Matipun aku rela, Nis. Aku nggak mau ngulangin kesalahan ke 2 kali nya." Indra lalu mengecup keningku.

Apa maksud kata katanya barusan? Dan dia mengecup keningku? Semoga ini bukan salam perpisahan darinya.

"Indra ... Ndra!" teriakku diikuti isak tangis.

Kulihat Danar keluar dari mobilnya juga. Benar dugaanku. Danar dibalik semua ini.
Segera aku menelfon Mamah Olive memakai hp Indra menceritakan yang terjadi.

Indra terlibat adu mulut dengan mereka, lalu salah satu dari mereka memukul Indra dari belakang. Indra masih bisa berdiri dan gantian melawan mereka.

Indra dikeroyok. Jika dibiarkan
Indra bakal kalah. Aku yakin tenaganya tidak cukup mampu mengalahkan mereka semua.

Aku melihat di sekeliling mobil Indra, ada sebuah balok kayu yang cukup besar ada di sebelah mobil Indra.
Aku keluar dari mobil lalu mengambilnya.

Dengan mengendap endap ke arah mereka dan memukulkan kayu itu ke salah 1 orang suruhan Danar, yang membuat orang itu jatuh tersungkur tidak berdaya. Pukulanku cukup telak dan tepat sasaran.

"Nisa! Balik ke mobil!" teriak Indra.

Aku tidak memperdulikannya. Tidak mungkin aku meninggalkan Indra melawan mereka sendirian. kalau Indra kenapa kenapa, aku tidak dapat memaafkan diriku sendiri.

Danar menghampiriku,
"Mm ... Nisa. kalau saja kamu tidak banyak mulut. pacarmu Indra itu tidak akan seperti itu !" dia terus berjalan ke arahku.
Aku lihat Indra sudah babak belur.

Aku diam membatu, mengumpulkan keberanianku sendiri, sambil mempersiapkan seranganku ke Danar.

Saat Danar sudah dekat, kutendang organ vitalnya. Dia mengerang kesakitan, membuat beberapa orang yang awalnya menyerang Indra, sebagian berjalan menghampiriku.

Papahku itu guru karate! Masa anaknya nggak bisa karate? nggak lucu kan?

Aku bersiap dengan kuda kuda ku. Satu orang yang hendak memukulku, ku tangkis dan kuplintir tangannya ke belakang, dia jatuh. Gerakan ku yang tiba tiba-tiba dan cepat membuat mereka agak kaget tak menyangkanya sama sekali.

Melihat temannya tersungkur, 2 orang lainnya mencoba menyerangku. Kutendang langsung ke tenggorokannya, dia tumbang juga menyusul teman teman nya yang sebelumnya sudah ku robohkan.

Buuggg!

Aku kena pukul 1 orang di belakangku. Aku lupa tidak memperhatikan sekelilingku.

Nyeri.
itu yang kurasakan di punggung dan kepalaku.

Aku mengambil balok kayu yang ada disampingku dan kupukulkan balik ke dia. ternyata dia dapat menahan pukulanku.
Aku menerobos ke bawah kakinya dan menarik tangannya sehingga dia jatuh terbalik. lalu aku injak tengkuknya.
Dia mengerang kesakitan.

Wah, lama aku tidak latihan seperti ini. Agak kaku, tapi masih lumayanlah ... pikirku.

Beberapa sudah jatuh oleh pukulan dan tendanganku.
Danar yang kulihat sudah tidak berdaya mendadak berlari ke arahku dan mengarahkan pisau lipat ke leherku.

Aku diam. Jangan sampai aku salah pertimbangan lagi.
bisa bisa aku kena gorok dan tewas mengenaskan.

"Indra! Lihat ! Kamu mau aku habisi dia seperti Olive, hah !? hahaha," katanya yang merasa di atas angin.

Saat dia lengah, kupukul perutnya dengan siku dan kuinjak kakinya kuat kuat. Danar kesakitan, saat itu juga aku hantam tenggorokannya sekuat tenagaku.

Dia jatuh lagi dan kali ini tidak bergerak.
Aku kembali kena pukul di bagian dada dan perutku oleh salah 1 anak buah Danar.
Mulut dan hidungku mengeluarkan darah segar.

Tak lama mobil polisi datang, mereka lantas lari terbirit birit. Tetapi mereka gagal kabur karena polisi menembak kaki mereka yang mencoba lari.

Mamah Papah Olive juga sampai, menangis melihat kejadian ini.

"Pak, ini bukti rekaman Danar. Dia sudah mengakui kalau dia yang membunuh Olive," kataku lalu menyerahkan benda pipih milikku. Aku mengelap darah di bibir dan hidungku.

Aku tidak lah bodoh. Aku sudah menyiapkan ponsel dengan membuka rekaman untuk merekam setiap perkataan Danar.

Baru sekarang kakiku lemas dan aku jatuh terduduk. Indra berlari ke arahku.

"Nis ... kamu nggak apa-apa?" tanyanya khawatir.

Kulihat pelipisnya dan bibirnya robek, pipinya biru
biru. Aku menyentuhnya dan tersenyum.

"kamu nggak apa-apa, Ndra?" tanyaku dan tiba tiba pandanganku gelap.

Aku pingsan lagi.

***

Badanku rasanya sakit semua. Saat aku mengerjap, ada infus di pergelangan tanganku.

Ah, ini Rumah Sakit.

Saat kulihat di sebelahku, Indra di sana memegang tanganku erat.
Aku mengelus kepalanya hingga membuatnya tersadar. Kulihat raut kecemasan di wajahnya.

"Alhamdulillah Nisa. Kamu udah sadar."

"Berapa lama aku di sini, Ndra? " tanyaku dengan suara yang masih berat.

"Dari semalam. Kamu pingsan, terpaksa aku bawa ke sini. Tadi juga temen temen kamu dateng ke sini. Tapi udah balik lagi. katanya besok mau ke sini lagi."

"Oh ... kamu gimana, Ndra? Mana lagi yang luka? Kepala kamu masih sakit? "tanyaku sambil menyentuh pelipisnya yang sudah ditempel plester.

Indra memegang tanganku dan tersenyum.
"Yang harusnya dikhawatirin itu kamu, Nis. Bukan aku," katanya lembut.

"Kamu semaleman di sini? "

"Iya. Aku nggak bakal ninggalin kamu sendirian di sini. kalau kamu takut gimana?"

Aku tertawa geli mendengar Indra menjawab dengan nada sedikit manja.

"Oh iya, Danar gimana? " aku baru ingat penjahat itu, yang telah membuatku seperti ini.

"Udah masuk penjara sama kawanan nya. Tante sama Om shock banget kemarin. "

"Hmm. kasian, ya, Mamahnya Olive."

Deg!! Olive!!
simounlebon
coeloet
kemintil98
kemintil98 dan 4 lainnya memberi reputasi
5