Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ny.sukrisnaAvatar border
TS
ny.sukrisna
story keluarga indigo.

Quote:



KKN Di Dusun Kalimati

Quote:


Kembali ke awal tahun 1990an . Dusun Kalimati kedatangan sekelompok mahasiswa yang hendak KKN. Rupanya salah satu peserta KKN adalah Hermawan, yang biasa dipanggil dengan nama Armand. Dia adalah Kakek Aretha, yang tidak lain adalah ayah Nisa.

Bagai de javu, apa yang dialami oleh Armand juga sama mengerikannya seperti apa yang Aretha alami Di desa itu. Di masa lalu, tempat ini jauh lebih sakral daripada saat Aretha tinggal di sana. Berbagai sesaji diletakkan di beberapa sudut desa. Warga masih banyak yang memeluk kepercayaan memberikan sesaji untuk leluhur. Padahal leluhur yang mereka percayai justru seorang iblis yang sudah hidup selama ribuan tahun.

Banyak rumah yang kosong karena penghuninya sudah meninggal, dan Armand bersama teman temannya justru tinggal di lingkungan kosong itu. Rumah bekas bunuh diri yang letaknya tak jauh dari mereka, membuat semua orang was was saat melewatinya. Apalagi saat malam hari.








INDEKS

Part 1 sampai di desa
Part 2 rumah posko
part 3 setan rumah sebelau
Part 4 rumah Pak Sobri
Part 5 Kuntilanak
Part 6 Rumah di samping Pak Sobri
Part 7 ada ibu ibu, gaes
Part 8 Mbak Kunti
Part 9 Fendi hilang
Part 10 pencarian
Part 11 proker sumur
Part 12 Fendi yang diteror terus menerus
Part 13 Rencana Daniel
Part 14 Fendi Kesurupan lagi
Part 15 Kepergian Daniel ke Kota
Part 16 Derry yang lain
Part 17 Kegelisahan Armand
Part 18 Bantuan Datang
Part 19 Flashback Perjalanan Daniel
Part 20 Menjemput Kyai di pondok pesantren
Part 21 Leluhur Armand
Part 22 titik terang
Part 23 Bertemu Pak Sobri
Part 24 Sebuah Rencana
Part 25 Akhir Merihim
Part 26 kembali ke rumah



Quote:


Quote:


Saat hari beranjak petang, larangan berkeliaran di luar rumah serta himbauan menutup pintu dan jendela sudah menjadi hal wajib di desa Alas Ketonggo.

Aretha yang berprofesi menjadi seorang guru bantu, harus pindah di desa Alas Ketonggo, yang berada jauh dari keramaian penduduk.

Dari hari ke hari, ia menemukan banyak keganjilan, terutama saat sandekala(waktu menjelang maghrib).

INDEKS

Part 1 Desa Alas ketonggo
Part 2 Rumah Bu Heni
Part 3 Misteri Rumah Pak Yodi
Part 4 anak ayam tengah malam
part 5 dr. Daniel
Part 6 ummu sibyan
Part 7 tamu aneh
Part 8 gangguan
Part 9 belatung
Part 10 kedatangan Radit
Part 11 Terungkap
Part 12 menjemput Dani
Part 13 nek siti ternyata...
part 14 kisah nek siti
part 15 makanan menjijikkan
Part 16 pengorbanan nenek
Part 17 merihim
Part 18 Iblis pembawa bencana
Part 19 rumah
Part 20 penemuan mayat
Part 21 kantor baru
Part 22 rekan kerja
Part 23 Giska hilang
part 24 pak de yusuf
Part 25 makhluk apa ini
Part 26 liburan
Part 27 kesurupan
Part 28 hantu kamar mandi
Part 29 jelmaan
Part 30 keanehan citra
part 31 end





Quote:


Quote:



INDEKS

Part 1 kehidupan baru
Part 2 desa alas purwo
part 3 rumah mes
part 4 kamar mandi rusak
part 5 malam pertama di rumah baru
part 6 bu jum
part 7 membersihkan rumah
part 8 warung bu darsi
part 9 pak rt
part 10 kegaduhan
part 11 teteh
part 12 flashback
part 13 hendra kena teror
part 14 siapa makhluk itu?
part 15 wanita di kebun teh
part 16 anak hilang
part 17 orang tua kinanti
part 18 gangguan di rumah
part 19 curahan hati pak slamet
part 20 halaman belakang rumah
part 21 kondangan
part 22 warung gaib
part 23 sosok lain
part 24 misteri kematian keisha
part 25 hendra di teror
part 26 mimpi yang sama
part 27 kinanti masih hidup
part 28 Liya
part 29 kembali ke dusun kalimati
part 30 desa yg aneh
part 31 ummu sibyan
part 32 nek siti
part 33 tersesat
part 34 akhir kisah
part 35 nasib sial bu jum
part 36 pasukan lengkap
part 37 godaan alam mimpi
part 38 tahun 1973
part 39 rumah sukarta
part 40 squad yusuf
part 41 aretha pulang

Konten Sensitif


Quote:

Kembali ke kisah Khairunisa. Ini season pertama dari keluarga Indigo. Dulu pernah saya posting, sekarang saya posting ulang. Harusnya sih dibaca dari season ini dulu. Duh, pusing nggak ngab. Mon maap ya. Silakan disimak. Semoga suka. Eh, maaf kalau tulisan kali ini berantakan. Karena ini trit pertama dulu di kaskus, terus ga sempet ane revisi.

INDEKS
part 1 Bertemu Indra
part 2 misteri olivia
part 3 bersama indra
part 4 kak adam
part 5 pov kak adam
part 6 mantra malik jiwa
part 7 masuk alam gaib
part 8 vila angker
part 9 kepergian indra
part 10 pria itu
part 11 sebuah insiden
part 12 cinta segitiga
part 13 aceh
part 14 lamaran
part 15 kerja
part 16 pelet
part 17 pertunangan kak yusuf
part 18 weding
part 19 madu pernikahan
part 20 Bali
part 21 pulang
part 22 Davin
part 23 tragedi
part 24 penyelamatan
part 25 istirahat
part 26 hotel angker
part 27 diana
part 28 kecelakaan
part 29 pemulihan
part 30 tumbal
part 31 vila Fergie
part 32 misteri vila
part 33 kembali ingat
part 34 kuliner malam
part 35 psikopat
part 36 libur
part 37 sosok di rumah om gunawan
part 38 sosok pendamping
part 39 angel kesurupan
part 40 Diner
part 41 diculik
part 42 trimester 3
part 43 kelahiran
part 44 rumah baru
part 45 holiday
part 46nenek aneh
part 47 misteri kolam
part 48 tamu



Quote:


Quote:


INDEKS

part 1 masuk SMU
part 2 bioskop
part 3 Makrab
part 4 kencan
part 5 pentas seni
part 6 lukisan
part 7 teror di rumah kiki
part 8 Danu Dion dalam bahaya
part 9 siswa baru
part 10 Fandi
part 11 Eyang Prabumulih
part 12 Alya
part 13 cinta segitiga
part 14 maaf areta
part 15 i love you
part 16 bukit bintang
part 17 ujian
part 18 liburan
part 19 nenek lestari
part 20 jalan jalak
part 21 leak
part 22 rangda
INDEKS LANJUTAN
Diubah oleh ny.sukrisna 18-05-2023 14:46
ferist123
kemintil98
arieaduh
arieaduh dan 22 lainnya memberi reputasi
21
19.6K
306
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
ny.sukrisnaAvatar border
TS
ny.sukrisna
#78
Part 31 End
Aku mulai merapatkan jaket. Laut tidak akan pernah membosankan untuk aku pandang. Tenang dan misterius, namun indah jika dilihat dari tempat ku berdiri sekarang.

"Argh! Gila! Nggak mungkin terulang lagi, kan sekarang?!" jerit Danu yang berteriak kesal. Aku menoleh dan mendapati mereka berdua mulai kesal. Akhirnya aku mengakhiri menikmati laut, dan kembali pada mereka. Sepetinya ada yang tidak beres dengan mobil kami. Matahari makin terik menunjukkan sebentar lagi saat nya azan dzuhur.

"Kenapa?" tanyaku yang ikut melongok ke mesin mobil yang sedang mereka berdua pandangi sejak tadi.

"Aneh banget, Tha! Sumpah. Nggak ngerti gue!" pekik Danu masih terlihat kesal sambil menatap mesin mobil.

"Apanya?! Jangan bilang kalau mobilnya rusak lagi?"

"...." RAdit hanya diam sambil terus berusaha mengutak - atik mesin tersebut.

"Dit? Dan?!" panggilku agar mereka berdua menjawab pertanyaan, yang membuatku makin gelisah sekarang. Radit menarik nafas dalam, ia lantas menatapku dengan raut wajah putus asa.

"Aku juga nggak ngerti, kenapa hal ini terjadi lagi sekarang. Sama seperti saat kita di dusun tempo hari. Padahal ini mobil baik - baik aja, Sayang, tapi kenapa sekarang nggak mau nyala!" Radit menunjuk mobilnya dengan perasaan gusar.

Aku diam, menatap benda di depanku ini. Mulai yakin jika memang ada hal aneh, aku mengalihkan pandangan ke sekitar. Sampai pada akhirnya suara motor terdengar dari kejauhan, teman - teman mulai berdatangan dari hutan.

"Bang Ari jatuh!" jerit Roger yang datang memakai motor trail.

Pernyataannya tentu membuat kami terkejut, apalagi Roger datang seorang diri. Dia lantas berhenti dan memarkirkan motornya.

"Maksudnya apa? Ari jatuh di mana?" tanya Radit sambil membersihkan kedua tangannya yang hitam.

"Itu, Bang. Jatuh ke jurang!" jelas Roger menunjuk ke suatu tempat.

"Kok bisa?" tanya Danu. Kami mengerubungi Roger dan bertanya banyak hal.

"Aku suruh ambil tali!"

Danu segera masuk ke dalam, mencari tali yang dimaksud oleh Roger. Sambil menunggu, dia lantas menceritakan kejadian tiap detailnya pada kami.

"Sayang, kamu sini aja, ya? Aku sama Danu coba tolong Ari, siapa tau mereka butuh bantuan kami." Radit menatapku sedikit ragu dengan keputusannya itu.

"Biar Kak Aretha sama kami saja," ucap Rayi, yakin.

"Bagaimana?" Radit kembali bertanya padaku. Akhirnya aku mengangguk setuju.

Danu keluar dengan gulungan tali yang sepertinya cukup panjang. Mereka lantas segera pergi menyusul yang lain. Kiki dan Doni kembali dengan berjalan kaki, dan bingung melihat kepergian mereka yang terkesan tiba - tiba.

"Kenapa sih?" tanya Doni padaku.

"Ari ... jatuh ke jurang!"

"Hah?! Serius lu?"

"Citra mana?" tanyaku ke mereka berdua.

"Perasaan dia udah balik. Tadi katanya dia capek," jelas Kiki.

"Yakin, mana? Nggak ada!" cetusku sambil menunjuk vila yang memang kosong.

"Kak ...," gumam Rayi menatap dengan tajam ke arah pintu vila. Kami menoleh dan mendapati Citra sedang mengeringkan rambut, seperti habis mandi.

"Sejak kapan dia masuk ke dalam? Padahal dari tadi aku sama sekali ngga lihat ada orang masuk loh," cetusku yakin.

"Sama. Kami juga nggak lihat ada orang masuk vila kakak. Kalau ada, pasti kami lihat, iya kan, Yi?" tanya Bintang, dan diakhiri anggukan Rayi.

"Teman lu, makhluk apa sih, Ki!" sindirku mulai jengah.

"Hah?! Makhluk apa?! Maksud lo?!" Kiki sedikit menjerit dan bingung pada pertanyaan ku.

"Cit, lu masuk lewat mana sih?" tanya Kiki menyelidik. Mendengar pertanyaan sahabatnya itu, Citra hanya menoleh ke belakang, dan menunjuk dengan arah yang tidak jelas.

"Kalian kenapa sih? Aku ada, kalian malah heboh gini, aku ngilang kalian makin heboh. Nuduh aku setan lah, demitlah, anak kuntilah." Citra terus menyerocos dengan kalimat yang justru membuatku terbelalak.

"Tunggu! Dari mana kamu bisa menyimpulkan hal semacam itu?" tanyaku menunjuk nya dengan ekspresi yang menuduh. Jujur saja, dia makin membuatku curiga. Dia benar - benar aneh!

"Oh, aku ... Aku dengar semua yang kalian katakan. Makanya, kalian jangan coba - coba untuk membohongiku! Jangan pernah lagi membicarakan ku di belakang! Paham!" jeritnya dan membuat kami mundur sedikit ke belakang. Hawa sekitar tiba - tiba terasa lain. Aku mulai merasakan keanehan pada diri Citra. Ada hawa hitam pekat dari dirinya yang terasa jahat.

"Cit, Ari mana? Bukannya tadi dia sama elu?" tanya Kiki yang makin mengintimidasi.

"Ari? Nggak tau, tadi gue balik duluan, Ki. Capek. Pusing gue." Dia lantas berjalan masuk kembali ke dalam rumah. Meninggalkan kami begitu saja, dalam ekspresi yang penuh tanda tanya.

Hari mulai beranjak sore. Mobil belum bisa dinyalakan, sementara teman - teman lain belum juga kembali. Sepertinya kami harus menginap lagi di sini.

Aku hendak menutup pintu, sampai pada akhirnya melihat kerumunan orang dari arah hutan tengah mendekat ke vila ini. Aku memicingkan mata melihat siapa mereka, dan segera membuka lebar pintu saat melihat mereka pulang. Ari sedang di papah oleh Dedi dan Radit. Di belakang mereka ada teman - teman yang lain mengikuti.

Kondisi Ari sedikit memprihatinkan. Dia terlihat kacau sekali. "Don! Ki!" jeritku agar mereka keluar dan melihat hal ini. Kiki dan Doni segera keluar dan melihat kondisi Ari.

"Gimana? Ari kenapa?!" tanyaku panik.

"Kita taruh dulu di kamarnya. Kasihan dia!" sahut Radit dengan kepayahan membawa Ari.

Banyak luka gores di wajah Ari, bahkan beberapa pakaiannya koyak. Entah apa yang telah menimpanya sampai dia seperti ini. Aku dan Kiki segera menolongnya, mengobati lukanya dengan perlahan dan hati hati sekali. Para pria berada di ruang tengah, memikirkan bagaimana cara kami keluar dari tempat ini.

"Mana Citra?" tanyaku ke Kiki saat kami membalut luka luka di tubuh Ari. Kiki hanya menggeleng sambil memeriksa sekitar.

Aku langsung pergi keluar kamar, dan mencarinya.

"Citra mana?" tanyaku pada mereka yang masih berdiskusi.

***

Mereka menatapku lalu mencari Citra ke sekitar. Namun tidak juga menemukan wanita tersebut. Sampai akhirnya teras vila riuh oleh langkah kaki dari banyak orang. Pintu di pukul pukul kencang. Suara Bintang dan Roger mendominasi.

Dedi membuka pintu dan mendapati mereka semua ada di luar dan memohon agar bisa masuk ke vila kami.

"Ada apa sih?" tanya Radit begitu mereka masuk.

"Tutup pintu, Bang!" pinta Roger dengan tubuh menggigil.

Dedi segera menutup pintu setelah sebelumnya mengintip keadaan di luar. Dia menggeleng sebagai pertanda kalau tidak ada orang lain di luar sana.

"Duduk dulu," suruh ku pada mereka.

"Ada apa sih?" Kiki mulai tidak sabaran. Semua berkumpul dan ingin tau apa yang terjadi pada anak muda di hadapan kami ini.

"Ollie! Kesurupan lagi, Bang!" jelas Rayi.

"Sekarang Ollie di mana?" tanyaku.

"Di vila."

"Kita harus tolong dia dong!"

"Jangan Kak Aretha. Berbahaya!"

"Maksud kalian?"

"Karena ... Ada Kak Citra di sana. Dan sepertinya Ollie juga salah satu seperti Kak Citra."

"Maksud lu apa sih? Salah satu apa?"

"Dia anak kuntilanak merah. Karena sewaktu kami masuk ke kamar, Ollie sedang duduk bersama mereka berdua. Kak Citra dan kuntilanak itu," bisik Roger ketakutan. Adnan berjalan mondar mandir dan berkali kali melihat ke arah jendela.

"Kita harus pergi dari sini!" kata Adnan serius.

"Tapi gimana caranya. Mobil kami rusak semua!" cetus Danu kesal.

"Bentar!" aku meraih gawai dan segera menghubungi seseorang. "Ah, sial! Kak Arden nggak aktif!" pungkasku. Namun aku mengetik pesan padanya agar dia bisa datang ke sini. Semoga Kak Arden membaca pesanku.

Bunyi anak ayam terdengar samar. Semua orang saling pandang, terutama kami yang sudah pernah merasakan kengerian di dusun Kalimati.

"Tha, Suara ini...," Danu mulai panik.

Tak lama suara burung hantu dan lolongan anjing membuat kami makin ketakutan.

Dari jendela, kami dapat melihat bayangan seseorang yang melintas di teras. Ah, tidak hanya satu, tapi ada 3 bayangan dengan pakaian berwarna merah menyala.

"Gaes!" jerit Roger menunjuk ke luar. Kami terpaku di tempat kami berdiri, terus melihat ke jendela dan pintu, yang mana memang sebagian besar terbuat dari kaca tebal. Bayangan tersebut tampar nyata dan mulai mendekat ke pintu.

Ketukan terdengar pelan. Namun tak lama terus naik nadanya. Semua orang mundur. Kami ketakutan. Pukulan di pintu terus membuat kami ingin segera berlari dari tempat ini, tapi kami tidak tau ke mana kami harus pergi.

Brakkk! Pintu berhasil didobrak. Hingga daun pintu tersebut lepas dari tempatnya. Meninggalkan lubang besar di luar, dan menampilkan tiga sosok mengerikan tersebut.

"Mampus kita!" gumam Kiki.

"Tha, kita harus gimana?" tanya Dion.

"Aku nggak tau," sahutku lemas.
****

Mereka bertiga masuk ke dalam. Menatap kami intens sambil menyeringai menakutkan. Wajah Citra dan Ollie berubah aneh. Hal ini menunjukkan kalau mereka benar - benar bagian dari setan merah itu.

"Baca doa!" jerit Radit dan membuat semua perlahan mulai menggumamkan doa doa yang mereka tau. Radit mengumandangkan azan. Sementara Dedi membaca ayat kursi, dan yang lain membaca surat pendek yang mereka tau. Kiki terus beristigfar dengan menempel padaku.

Tiga sosok itu menjerit, menutup telinga dan makin marah. Kuntilanak merah tadi menjulurkan tangannya dan kini memanjang hingga dapat mencekik Radit dan Dedi. Mereka berdua di bawa naik ke langit langit rumah sambil kesakitan.

"Radit!"

"Dedi!"

Melihat hal itu, aku mendekat sambil mengambil tasbih yang ada di saku celana. Terus berzikir, kuntilanak merah itu terus menatapku tajam.

"Lepaskan mereka!" kataku menggumam pelan, sambil terus berzikir dalam hati.

"Tidak akan!" sahutnya dengan suara serak dan mengerikan.

Aku terus maju, menunjukkan tasbih tersebut hingga terus mendekat padanya. Dia mulai mengerang, tidak nyaman pada benda di tanganku ini. Tangannya terlepas dari Radit dan Dedi. Kini aku justru di hempaskan hingga jatuh menghantam bufet.

Rayi dan Bintang mendekat dan berusaha membantuku. "Kak, nggak apa apa?"

Aku mengangguk. Kuntilanak itu terus berusaha melukai semua orang yang ada di ruangan ini. "Kalian bantu mereka!" pintaku sambil memegangi punggung dan perutku yang sakit. Rayi dan Bintang mengangguk walau terlihat ragu. Rayi mengambil tasbih milikku, lalu melakukan sama seperti yang aku lakukan tadi. Saat dia mendekat, Rayi kembali dihempaskan sama sepertiku. Bintang melanjutkan misi ini, dia pun bernasib sama.

"Hei!" jerit Radit saat melihat kuntilanak itu mendekat padaku. Dia mengeluarkan tasbih miliknya yang kutau itu adalah pemberian Pakde Yusuf. Radit berlari dan mengalungkan tasbih itu ke leher kuntilanak merah. Iblis itu mengerang kesakitan. Dia terus menjerit dan berputar putar di tempat.

Citra dan Ollie sedang berkelahi dengan teman teman yang lain. Walau mereka wanita, tapi mereka bukan manusia biasa, dan teman teman pria justru kalah telak. Mereka terkapar di lantai sambil memegangi dada, tangan, kepala yang terluka.

Suara mobil terdengar di luar. Cahaya lampu nya menyorot ke dalam vila dengan terang. Kami menoleh dan berusaha mencari tau siapa yang datang.

"Kalian nggak apa apa?" tanya seseorang dari arah pintu, yang ternyata adalah Kak Arden.

"Kakak!" jeritku dengan mata berkaca kaca.

Kak Arden mendekat santai ke Citra. Dia membaca doa doa sambil memegangi kepala Citra lalu mencabut sesuatu dari pucuk kepalanya. Citra menjerit dengan kesakitan, tubuhnya perlahan berubah. Dan dia kembali menjadi sosok seperti kuntilanak merah tadi. Citra berguling guling di lantai. Sepertinya perubahan itu terasa sangat menyakitkan. Kak Arden lantas mendekat lagi ke Ollie, dan melakukan hal yang sama. Kini tiga sosok mengerikan penyebab teror vila selama ini mulai mengeluarkan asap. Perlahan sosok mereka hilang.

Kondisi vila terlihat sangat kacau. Kami berusaha bangkit dan mengobati diri sendiri. Tidak ada yang tidak terluka. Semua terluka entah ringan hingga berat. Kak Arden membantu kami semua. Beruntung Kak Arden datang.

"Kok kakak udah ke sini aja?" tanyaku penasaran sambil melihat pesan yang tadi aku kirimkan.

"Kakak dari kemarin hubungin kamu tapi nggak aktif. Kakak cemas, makanya nyusulin ke sini. Ternyata bener, ada yang nggak beres!"

"Ya ampun, untung kakak dateng!" kataku lalu memeluknya erat.

"Iya, dek, kamu nggak apa apa ,kan?"

"Aku nggak apa apa kok."

Pelukan kami terlepas, kak Arden mengobrol dengan Radit dan Dedi tentang masalah yang kami alami selama di vila ini.

"Oke, besok kita semua balik. Jangan ada yang tinggal lagi. Tempat ini belum bisa dipakai sepertinya. Dion kamu perlu mengadakan syukuran dulu sebelum tempat ini dikelola. Jangan sampai ada korban jiwa lagi. Kalian tau nggak, kalau di sekitar ini ada kerajaan kuntilanak? Jadi makhluk seperti tadi akan terus berdatangan. Perlu pagar gaib, agar makhluk itu tidak bisa masuk ke dalam."

"Tapi, Den, kenapa Citra salah satu dari kuntilanak juga. Bukannya dia itu pacar Ari yang otomatis dia punya kehidupan selama ini di luar."

"Ya memang, kadang ada sebagian dari mereka yang menyamar menjadi manusia. Tugas mereka adalah menyesatkan manusia. Menjerumuskan kita untuk menjadi pengikut mereka. Yah, kalau sampai Ari terus bersama Citra, maka dia akan menjadi budak mereka. Naudzubillah."

Malam semakin larut. Kami mulai istirahat dalam satu vila. Rombongan Rayi dan teman temannya juga menginap di vila ini. Mereka masih trauma atas kejadian tadi.

________

"Gimana? Mobil? Nyala?" tanyaku saat baru selesai mandi pagi. Semua orang sudah bersiap akan pulang ke rumah. Mobil pun sudah bisa menyala dan siap pergi.

"Udah, yah, memang mobil mati karena ada gangguan mistis, makanya sekarang mobil udah baik baik aja setelah gangguan itu hilang," jelas Kak Arden.

"Kita bisa pulang dong!" jerit Kiki bahagia. "Horee!"

Aku hanya tersenyum melihatnya yang sangat bahagia. Semua orang juga terlihat lega.

"Tha." Radit menarik tanganku menjauh. Berjalan terus ke dekat tebing. Teman teman yang lain hanya menatap kami sambil bersorak.

"Ciee."

"Asiik."

Aku bahkan tidak tau apa yang mereka lakukan. Padahal sikap Radit yang seperti ini, sudah biasa bagiku.

"Kenapa, Dit?"

Radit hanya menunduk tersenyum sambil merogoh kantung celananya. Ada sebuah kotak berwarna merah dengan bahan beludru. Hati kecilku sudah bisa menebaknya. Cincin!

"Aretha, kita udah lama saling mengenal. Sejak masa putih abu abu, kuliah, dan sampai sekarang. Sudah bertahun tahun kita jalani dan hubungan kita makin dekat. Aku bahagia bisa kenal kamu, Aretha. Sebenarnya aku pengen buat acara yang lebih romantis dari ini, tapi karena kejadian semalam, semua buyar. Hehe." Radit tertawa masih dengan back song dari teman teman di depan vila yang terus menyoraki kami.

"Aku ingin melamar kamu, menjadi istriku. Aku mau kita terus bersama sama. Udah nggak ada lagi yang ingin aku capai sekarang, selain menikahi kamu, Aretha. Aku sayang kamu, kamu mau menikah sama aku?" tanyanya sambil menunjukkan cincin di kotak merah tersebut. Dia lalu berjongkok, layaknya pria pria romantis yang aku temui di film. Aku tertawa dengan mata berkaca kaca. Menutup mulut lalu mengangguk cepat menjawab pertanyaan itu.

"Apaan dong, jawab, jangan pakai bahasa tubuh. Biar nitijen di sana denger," kata Radit sambil menunjuk teman teman. Aku sontak tertawa lepas.

"Iya, Radit. Ayok kita menikah!" sahutku dengan menaikkan nada bicara.

"Horeeee!"

__________

Acara dipercepat. Hanya hitungan hari, dari prosesi lamaran, hingga akad hanya butuh satu bulan saja. Kak Arden dan Mba Alya memilih menikah belakangan, karena ada beberapa hal yang harus mereka persiapkan matang - matang. Sementara Aku dan Radit yang sudah siap menikah, meminta ijin terlebih dahulu. Karena pamali jika adik melangkahi kakaknya menikah. Tapi semua sudah disepakati bersama.

Semua teman teman dekatku dan Radit datang. Semua berkumpul di acara resepsi yang kami adakan di hotel mewah. Aku memakai gaun putih yang panjang menjuntai. Tak lepas senyum dari bibir kami berdua terukir. Ini adalah hari paling bahagia sepanjang hidupku. Aku tau, aku dan Radit pasti akan menikah. Tapi tidak menyangka, kalau hari itu akan terjadi juga sekarang.

Aku tak pernah menunggumu. Kamu tak pernah sengaja datang. Tapi kita sengaja dipertemukan Tuhan. Entah untuk saling duduk berdampingan atau saling memberi pelajaran.Entah untuk saling mengirim undangan pernikahan, atau duduk bersama di pelaminan. -Rohmatikal Maskur-


_______
simounlebon
3.maldini
kemintil98
kemintil98 dan 4 lainnya memberi reputasi
5