Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ny.sukrisnaAvatar border
TS
ny.sukrisna
story keluarga indigo.

Quote:



KKN Di Dusun Kalimati

Quote:


Kembali ke awal tahun 1990an . Dusun Kalimati kedatangan sekelompok mahasiswa yang hendak KKN. Rupanya salah satu peserta KKN adalah Hermawan, yang biasa dipanggil dengan nama Armand. Dia adalah Kakek Aretha, yang tidak lain adalah ayah Nisa.

Bagai de javu, apa yang dialami oleh Armand juga sama mengerikannya seperti apa yang Aretha alami Di desa itu. Di masa lalu, tempat ini jauh lebih sakral daripada saat Aretha tinggal di sana. Berbagai sesaji diletakkan di beberapa sudut desa. Warga masih banyak yang memeluk kepercayaan memberikan sesaji untuk leluhur. Padahal leluhur yang mereka percayai justru seorang iblis yang sudah hidup selama ribuan tahun.

Banyak rumah yang kosong karena penghuninya sudah meninggal, dan Armand bersama teman temannya justru tinggal di lingkungan kosong itu. Rumah bekas bunuh diri yang letaknya tak jauh dari mereka, membuat semua orang was was saat melewatinya. Apalagi saat malam hari.








INDEKS

Part 1 sampai di desa
Part 2 rumah posko
part 3 setan rumah sebelau
Part 4 rumah Pak Sobri
Part 5 Kuntilanak
Part 6 Rumah di samping Pak Sobri
Part 7 ada ibu ibu, gaes
Part 8 Mbak Kunti
Part 9 Fendi hilang
Part 10 pencarian
Part 11 proker sumur
Part 12 Fendi yang diteror terus menerus
Part 13 Rencana Daniel
Part 14 Fendi Kesurupan lagi
Part 15 Kepergian Daniel ke Kota
Part 16 Derry yang lain
Part 17 Kegelisahan Armand
Part 18 Bantuan Datang
Part 19 Flashback Perjalanan Daniel
Part 20 Menjemput Kyai di pondok pesantren
Part 21 Leluhur Armand
Part 22 titik terang
Part 23 Bertemu Pak Sobri
Part 24 Sebuah Rencana
Part 25 Akhir Merihim
Part 26 kembali ke rumah



Quote:


Quote:


Saat hari beranjak petang, larangan berkeliaran di luar rumah serta himbauan menutup pintu dan jendela sudah menjadi hal wajib di desa Alas Ketonggo.

Aretha yang berprofesi menjadi seorang guru bantu, harus pindah di desa Alas Ketonggo, yang berada jauh dari keramaian penduduk.

Dari hari ke hari, ia menemukan banyak keganjilan, terutama saat sandekala(waktu menjelang maghrib).

INDEKS

Part 1 Desa Alas ketonggo
Part 2 Rumah Bu Heni
Part 3 Misteri Rumah Pak Yodi
Part 4 anak ayam tengah malam
part 5 dr. Daniel
Part 6 ummu sibyan
Part 7 tamu aneh
Part 8 gangguan
Part 9 belatung
Part 10 kedatangan Radit
Part 11 Terungkap
Part 12 menjemput Dani
Part 13 nek siti ternyata...
part 14 kisah nek siti
part 15 makanan menjijikkan
Part 16 pengorbanan nenek
Part 17 merihim
Part 18 Iblis pembawa bencana
Part 19 rumah
Part 20 penemuan mayat
Part 21 kantor baru
Part 22 rekan kerja
Part 23 Giska hilang
part 24 pak de yusuf
Part 25 makhluk apa ini
Part 26 liburan
Part 27 kesurupan
Part 28 hantu kamar mandi
Part 29 jelmaan
Part 30 keanehan citra
part 31 end





Quote:


Quote:



INDEKS

Part 1 kehidupan baru
Part 2 desa alas purwo
part 3 rumah mes
part 4 kamar mandi rusak
part 5 malam pertama di rumah baru
part 6 bu jum
part 7 membersihkan rumah
part 8 warung bu darsi
part 9 pak rt
part 10 kegaduhan
part 11 teteh
part 12 flashback
part 13 hendra kena teror
part 14 siapa makhluk itu?
part 15 wanita di kebun teh
part 16 anak hilang
part 17 orang tua kinanti
part 18 gangguan di rumah
part 19 curahan hati pak slamet
part 20 halaman belakang rumah
part 21 kondangan
part 22 warung gaib
part 23 sosok lain
part 24 misteri kematian keisha
part 25 hendra di teror
part 26 mimpi yang sama
part 27 kinanti masih hidup
part 28 Liya
part 29 kembali ke dusun kalimati
part 30 desa yg aneh
part 31 ummu sibyan
part 32 nek siti
part 33 tersesat
part 34 akhir kisah
part 35 nasib sial bu jum
part 36 pasukan lengkap
part 37 godaan alam mimpi
part 38 tahun 1973
part 39 rumah sukarta
part 40 squad yusuf
part 41 aretha pulang

Konten Sensitif


Quote:

Kembali ke kisah Khairunisa. Ini season pertama dari keluarga Indigo. Dulu pernah saya posting, sekarang saya posting ulang. Harusnya sih dibaca dari season ini dulu. Duh, pusing nggak ngab. Mon maap ya. Silakan disimak. Semoga suka. Eh, maaf kalau tulisan kali ini berantakan. Karena ini trit pertama dulu di kaskus, terus ga sempet ane revisi.

INDEKS
part 1 Bertemu Indra
part 2 misteri olivia
part 3 bersama indra
part 4 kak adam
part 5 pov kak adam
part 6 mantra malik jiwa
part 7 masuk alam gaib
part 8 vila angker
part 9 kepergian indra
part 10 pria itu
part 11 sebuah insiden
part 12 cinta segitiga
part 13 aceh
part 14 lamaran
part 15 kerja
part 16 pelet
part 17 pertunangan kak yusuf
part 18 weding
part 19 madu pernikahan
part 20 Bali
part 21 pulang
part 22 Davin
part 23 tragedi
part 24 penyelamatan
part 25 istirahat
part 26 hotel angker
part 27 diana
part 28 kecelakaan
part 29 pemulihan
part 30 tumbal
part 31 vila Fergie
part 32 misteri vila
part 33 kembali ingat
part 34 kuliner malam
part 35 psikopat
part 36 libur
part 37 sosok di rumah om gunawan
part 38 sosok pendamping
part 39 angel kesurupan
part 40 Diner
part 41 diculik
part 42 trimester 3
part 43 kelahiran
part 44 rumah baru
part 45 holiday
part 46nenek aneh
part 47 misteri kolam
part 48 tamu



Quote:


Quote:


INDEKS

part 1 masuk SMU
part 2 bioskop
part 3 Makrab
part 4 kencan
part 5 pentas seni
part 6 lukisan
part 7 teror di rumah kiki
part 8 Danu Dion dalam bahaya
part 9 siswa baru
part 10 Fandi
part 11 Eyang Prabumulih
part 12 Alya
part 13 cinta segitiga
part 14 maaf areta
part 15 i love you
part 16 bukit bintang
part 17 ujian
part 18 liburan
part 19 nenek lestari
part 20 jalan jalak
part 21 leak
part 22 rangda
INDEKS LANJUTAN
Diubah oleh ny.sukrisna 18-05-2023 14:46
ferist123
kemintil98
arieaduh
arieaduh dan 22 lainnya memberi reputasi
21
19.6K
306
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
ny.sukrisnaAvatar border
TS
ny.sukrisna
#18
Part 4 Rumah Pak sobri
Semua orang sudah masuk ke kamar masing masing. Insiden bayangan yang terlihat di rumah bekas bunuh diri membuat mereka ketakutan. Dua kamar yang sudah diisi para wanita tampak tertutup pintunya sejak mereka masuk tadi. Sementara sisanya sudah menggelar kasur lantai di ruang tamu. Hanya saja posisi mereka sedikit masuk ke dalam, tidak berani terlalu dekat dengan jendela dan pintu. Hanya Arman saja yang berani tidur di kursi yang letaknya justru dekat dengan jendela. Sepertinya dia memiliki keberanian yang patut diacungi jempol. Bahkan di saat teman temannya belum bisa tidur dengan tenang, Arman justru sudah mendengkur karena kelelahan akibat kegiatan selama seharian tadi.
Sekalipun waktunya tidur, lampu petromak sengaja tidak dimatikan. Sehingga suasana di sekitar tetap terang. Walau demikian tidak berpengaruh banyak bagi Arman. Bahkan hanya Arman satu satu nya orang yang tidak lari saat teman temannya menjerit akibat bayangan yang tampak di rumah bekas bunuh diri. Dia justru berjalan santai sambil mengejek teman temannya lalu menutup pintu dan menguncinya.

Pukul 02.00 dini hari. Tiba-tiba Indi berlari keluar kamar sambil menjerit ketakutan. Dia terus meminta tolong sambil berusaha membangunkan teman-teman yang tidur di ruang tamu. Alhasil karena tindakannya itulah, mereka semua pun terbangun dengan malas-malasan.

"Apaan sih, Ndi! Gila! Masih ngantuk banget gue!" runtuk Dollmen.

"Tolongin! Tolongin! Itu... Itu," ucap Indi sambil menunjuk ke arah kamarnya.

"Kenapa? Itu apa?" tanya Arman.

Sayangnya Dery dan Cendol justru berbalik badan, melanjutkan tidur tanpa berniat mengetahui apa yang terjadi pada Indy.

"Man, si Mey! Mey kesurupan kayaknya deh! Coba lihat!" pinta Indy panik.

"Hah? Mey? Serius?" tanya Dollmen yang tiba tiba duduk, lalu menyibak selimutnya dan berlari ke kamar mereka berdua.

"Kok bisa sih?" tanya Arman yang akhirnya mengikuti Dollmen.

Begitu sampai di dalam kamar rupanya perkataan Indy ada benarnya. Karena kini mereka melihat Mey sedang melotot sambil mengeram dengan posisi merangkak. Dollmen yang sudah sampai lebih dulu tidak berani masuk ke dalam. Dia hanya sampai di depan pintu kamar dan hanya memperhatikan Apa yang Mey lakukan.

"Duh, kok bisa gini sih? Mana gue nggak tahu cara menangani orang kesurupan!" ucap Arman sambil garuk garuk kepala.

"Terus gimana dong, Man! Masa mau dibiarin aja sih?" tanya Indy.

Tiba tiba Mey yang sejak tadi hanya diam di posisinya mendadak melompat dan kini mendarat tepat di atas tubuh Dollmen. Dollmen pun berteriak histeris.

"Tolong! Man! Arman! Tolongin gue! Buruaan!" pintanya.

"Man, gimana?" tanya Indi ikut panik.

Sementara Arman justru masih diam, sambil, berpikir keras. Dia lantas segera maju dan berusaha melepaskan tangan Mey yang terus menerus memegangi leher Dollmen.

"Mey, lepasin! Lepas! Kasihan Dollmen. Nanti mati! Mey! Maemunah! Heh! Ya Allah gusti."

Keributan ini membuat teman-teman yang ada di luar pun akhirnya ikut masuk ke dalam. Khusnul, Ike dan Rahma terkejut saat melihat adegan itu.
Dery pun ikut terbangun karena penasaran.

"Tolongin gue, Dodol!" kata Arman menoleh ke Dery yang justru diam saja.

"Gue pikir lo bisa tanganin sendiri, Man! Hehe!"

"Kalau bisa, udah lepas nih dari tadi!" omel Arman.

Bahkan sekalipun Arman kini dibantu oleh Dery, tetap tidak berhasil membuat Mey melepaskan Dolmen. Mereka berdua bahkan sudah mengerahkan tenaga yang besar, agar bisa memisahkan Mey dengan Dolmen. Bahkan jari Mei saja tidak bisa mereka lepaskan dari leher Dolmen.

"Duh, gimana nih!" pekik Khusnul.

"Coba dibaca bacain!" kata Ike.

"Baca apaan, Ke! Lo coba bacain apa kek! Jangan cuma nyuruh!" kata Dery yang masih berusaha sekuat tenaga melepaskan tangan Mey.

"Eh baca itu aja! Ayat kursi!" kata Ike dengan semangat.

"Ya udah, lo baca, Ike!" ucap Dery.

"Bismillahirrahmanirrahim .... "

"Ke, jangan kejauhan! Deket sini!" suruh Arman.

"Tunggu! Kenapa harus gue? Kenapa nggak kalian aja!" omel Ike.

"Gue nggak hafal, Ke," ucap Arman.

"Gue cuma hafal Al-Fatihah doang!" tambah Dery.

Mendengar hal itu, Ike melirik tajam kepada dua temannya itu sementara Khusnul dan Rahma ikut memegangi tangan Mey, karena sudah melihat kondisi Dolmen yang mulai lemas.

"Ike! Buruan! Jangan kebanyakan mikir! Mati nanti anak orang nih!" omel Dery.

"Ke, ndeket lagi sini!" suruh Khusnul. Ike pun menurut, dia lalu mulai membaca Ayat tersebut dengan pelan dan cukup dekat dengan telinga Mey.

"Allahu laa ilaaha illaa huwal hayyul qoyyuum, laa ta’khudzuhuu sinatuw walaa naum. Lahuu maa fissamaawaati wa maa fil ardli man dzal ladzii yasyfa’u ‘indahuu illaa biidznih, ya’lamu maa baina aidiihim wamaa kholfahum wa laa yuhiithuuna bisyai’im min ‘ilmihii illaa bimaa syaa’ wasi’a kursiyyuhus samaawaati wal ardlo walaa ya’uuduhuu hifdhuhumaa wahuwal ‘aliyyul ‘adhiim."

Begitu doa selesai di baca, Mey mulai mengendurkan pegangannya dari leher Dolmen. Tetapi dia masih menjerit dengan histeris. Dolmen yang sudah berhasil terlepas dari cekikan Mey, lalu dibawa mundur menjauh oleh Rahma.

"Kok masih kesurupan gini sih, Ke?" tanya Khusnul.

"Mana gue tahu!"

"Coba baca doa lain aja, Ke!" kata Arman.

"Doa apaan lagi, Man?"

"Doa buat sembuhin orang kesurupan! Masa lo nggak tahu?" tanya Dery yang kembali membuat Ike kesal.

"Lo aja nggak tahu, kan?" tanya Mey balik sedikit ketus.

"Nul! Inul!" panggil Rahma dari luar kamar.

Merasa dipanggil, Khusnul pun akhirnya bergegas keluar dari kamar dan melepaskan tangan Mey.

"Ini ada apa sih?" tanya Cendol yang tiba-tiba kini sudah muncul di depan pintu kamar. Dia masih tampak lesu dengan wajah orang yang khas bangun tidur. Cendol mengucek ucek mata.

"Mey kesurupan, Cen! Tadi udah gue bacain ayat kursi tapi cuma bisa bikin dia ngelepasin Dolmen. Tapi dia masih kayak gini sama seperti tadi!" jelas Ike.

"Cen, ambilin tali. Dia kuat banget! Gue udah capek," kata Dery.

"Astaga! Kok bisa sih!"

Cendol langsung segera berlari keluar kamar. Dia lantas mencari tali yang diminta oleh Deri. Untungnya bawaan mereka cukup lengkap karena sebuah tali yang cukup tebal kini berhasil diambil oleh cendol dan digunakan untuk mengikat Mey.

Mey diikat di ranjang dengan cukup kuat. Ikatan tersebut memang tidak membuat Mei terlepas lagi. Mulutnya pun disumpal kain. Sehingga jeritannya tidak lagi terdengar nyaring.
Mereka memutuskan untuk keluar kamar berdiskusi tentang tindakan selanjutnya.

"Gimana nih? Masa kita biarin aja Mey kayak gitu? Kasihan tahu!" pekik Indy.

"Ya gimana lagi. Lagi pula nggak ada satupun dari kita yang bisa menyembuhkan orang yang kesurupan kan?" tanya Dery.

"Terus kita bakalan ngebiarin Mei kayak gitu sampai kapan?"

"Mungkin sampai pagi? Karena setelah pagi kita bisa mencari bantuan ke warga desa yang lain.

Mereka terus mendengar suara teriakan Mey dari dalam kamar. Tidak ada satu pun dari mereka yang bisa menyembuhkan Mey, dan kini yang bisa mereka lakukan hanyalah menunggu pagi datang untuk melaporkan hal ini ke Pak Kades agar bisa meminta bantuan

Arman menguap, dia merentangkan tangan ke kanan dan ke kiri. Saat bangun pemuda itu langsung melihat cahaya terang yang berasal dari jendela. Korden tipis yang menutupinya, membuat cahaya dari luar bisa dilihat dengan jelas.

"Ya Allah!" pekik Arman.

Dia yang baru saja sadar, lantas membangunkan seluruh teman-temannya yang sedang tertidur di lantai. Sejak kejadian Mei kesurupan semalam, mereka semua menunggu Mey sadar di luar kamar dan rupanya semua orang tertidur di ruang tamu. Ada yang tidur sambil duduk di kursi, sambil bersandar pada tembok, bahkan terlentang di kasur lantai sambil memeluk selimut.

"Bangun! Wey! Bangun buruan!" teriak Arman.

"Ah, apa sih, Man. Gue masih ngantuk!" erang Cendol.

"Man, gue baru merem ini," tambah Dollmen.

"Mey gimana! Mey! Kok sepi?" tanya Armand masih berusaha membangunkan teman temannya.

"Oh iya! Jangan jangan itu anak mati!" pekik Dollmen lalu segera beranjak begitu membuka mata.

Keributan ini membuat teman teman yang lain ikut terbangun. Mereka semua lantas bergegas ke kamar di mana Mey berada semalam. Begitu pintu kamar dibuka, rupanya Mey sedang tertidur dengan kedua tangan dan kaki yang masih terikat. Mereka ragu untuk mendekat, karena tidak mengetahui apa yang terjadi pada Mey.

"Cek dulu, masih hidup nggak!" kata Dolmen.

"Heh! Sembarangan lo!" pekik Indy.

Akhirnya Armand mendekat dan memeriksa kondisi Mey yang masih tampak tidak berdaya. Armand memeriksa nafas, serta denyut nadi Mey, sampai akhirnya dia menoleh ke arah teman temannya.

"Iya, dia cuma tidur. Atau mungkin pingsan."

Mendengar hal itu, semua orang pun berani mendekat, dan ikut memeriksa kondisi Mey sambil terus menatap gadis itu iba.

"Terus gimana, Man?" tanya Cendol.

"Paling kita harus lapor Pak Kades dulu aja. Siapa tahu di sekitar sini ada 'orang pintar'. Bagaimana pun juga kita harus pastikan kondisi Mey sudah baik baik aja, atau belum."

"Iya, bener. Terus kita biarin aja dia kayak gini?" tanya Dollmen.

"Eum .... " Armand yang belum bisa memberikan keputusan hanya bisa menatap Mey. Tentu dia harus memberikan keputusan terbaik untuk kondisi saat ini.

Tiba tiba Mey yang mereka anggap sedang pingsan, mulai bergerak layaknya orang yang habis tidur nyenyak. Dia menggeliat sambil menguap dengan gerakan sangat alami. Mereka awalnya diam, lalu mundur selangkah guna menghindari kejadian susulan seperti semalam. Tapi setelah ditunggu rupanya Mey tidak melakukan tindakan berbahaya seperti sebelumnya.

"Kenapa kalian di sini semua?" tanya Mey saat melihat semua teman temannya kini sedang menatapnya intens.

"Mey? Lo baik baik aja?" tanya Indy agak ragu ragu.

"Baik baik aja. Kenapa emang?" tanya Mey dengan tampak polos bagai tidak tahu apa pun atas apa yang terjadi pada dirinya.

"Pian, nggak inget soal kejadian semalam?" tanya Khusnul dengan panggilan khas dari tanah kelahiran mereka.

"Kejadian semalam? Memangnya ada apa? Setahuku semalam kita semua langsung tidur habis duduk-duduk di teras dan lihat bayangan di rumah hantu itu."

"Terus setelahnya lo nggak ingat, Mey?"

"Setelahnya? Hm... Enggak. Sepertinya gue tidur terlalu nyenyak tadi malam, sampai-sampai nggak inget kejadian apapun. Memangnya ada kejadian apa sih?" tanyanya penasaran.

Mendengar penuturan Mey teman-temannya kini saling tatap. Mereka juga bingung atas apa yang sebenarnya terjadi karena tiba-tiba saja Mei sama sekali tidak teringat dengan kejadian itu.

"Heh! Kalian kenapa sih, sebenarnya ada kejadian apa semalam?" tanya Mey dengan terus mendesak teman temannya yang justru sejak tadi hanya diam.

"Lo kesurupan, Mey," ucap Dolmen blak blakan.

"Hah? Kesurupan? Masa sih? Kok bisa!" pekik Mey dengan berbagai pertanyaan.

"Heh! Harusnya kita yang tanya begitu! Kok bisa lo kesurupan sampai sampai hampir mau nge-bunuh gue!" ucap Dolmen sambil mengusap lehernya.

"Eh, yang bener? Ini serius? Emangnya apa yang terjadi?" tanya nya mulai serius. Apalagi saat mengetahui kalau apa yang terjadi semalam hampir merenggut nyawa Dolmen.

Akhirnya mereka pun menceritakan semua kejadian itu secara rinci tanpa ada yang ditambahkan atau dikurangi. Mendengar penjelasan teman temannya, Mey tampak terkejut dan sempat bengong beberapa saat.

"Duh, kok bisa gitu sih!" ucapnya mulai merengek dengan kondisinya semalam.

"Makanya pagi ini, kita ke rumah Pak Kades deh. Buat bahas masalah ini," kata Armand.

"Iya, mendingan cepetan ke sana. Sebelum Pak Kades berangkat ke balai desa. Takutnya lo bisa kambuh lagi kayak semalem. Nyeremin tahu!" pekik Dolmen.

"Ya udah. Siap siap aja lo, Mey. Kita berdua ke rumah Pak Kades sekarang. Eh jangan berdua. Nul, temenin kita. Yang lain di sini aja, persiapin proker kalian untuk hari ini. Inget! Kita di sini cuma sebentar, jadi jangan sia siakan waktu untuk bersantai," kata Armand.

"Oke."

Setelah cuci muka dan gosok gigi, mereka bertiga lantas pergi ke rumah Pak Kades. Sengaja pergi pagi pagi sekali agar saat sampai di sana, mereka masih punya banyak waktu untuk mengobrol.

"Jadi begitu ceritanya," ucap Pak Kades setelah mereka berdua, Khusnul dan Armand menceritakan apa yang telah terjadi pada mereka semalam.

"Iya, Pak. Sebenarnya apakah hal seperti ini sering terjadi sebelumnya? Mengingat di sekitar desa ini masih banyak sesaji yang selalu warga berikan pada penunggu tempat ini?" tanya Armand.

Pak Kades tersenyum.

"Kegiatan memberikan sesaji memang sudah ada jauh saat nenek moyang kami hidup. Hanya saja menurut penuturan mereka, sesaji ini diberikan bukan untuk penunggu desa, melainkan untuk dewa dewa yang bersemayam di sini. Mereka sudah hidup lama sekali, bahkan sebelum desa ini ada."

"Masa sih, Pak? Bagaimana bapak bisa yakin tentang hal itu? Dewa? Dewa apa, Pak? Memangnya warga di sini memeluk agama apa, Pak? Mengingat saya lihat hanya ada mushola di desa ini. Dan yang saya tahu, di agama islam tidak ada istilah dewa dewa yang harus di sembah dan diberikan sesaji."

Khusnul berkali kali menyenggol kaki Armand karena telah lancang menanyakan hal sensitif pada Kepala Desa. Hanya saja, Armand seakan akan tidak mengetahui bahasa isyarat yang Khusnul berikan arah sebenarnya dia tahu tapi tidak mau tahu?

Bukannya marah, tetapi Pak Kades justru kembali tersenyum.

"Saya senang dengan pertanyaan Mas Armand tadi. Memang sebagian besar warga desa memeluk agama islam. Hanya saja, banyak orang yang tidak menjalankan syariat agama islam itu sendiri. Walau mereka tetap menjalankan ibadah salat, tetapi mereka tetap mengikuti ajaran yang sudah turun temurun diberikan oleh nenek moyang. Salah satunya dengan sesaji itu."

"Maaf, ya, Pak. Temen saya terlalu lancang mengatakan hal itu," kata Khusnul segera mengajukan permintaan maaf, karena dia sendiri pun merasa kalau apa yang Armand katakan sudah sedikit kelewatan. Apalagi mereka adalah tamu di desa itu.

"Tidak apa apa, Mbak. Wajar kok kalau Mas Arman beranggapan seperti tadi. Saya maklum."

"Pak, Maaf. Kalau boleh saya tahu, memangnya rumah yang dekat kami itu, rumah yang bapak bilang bekas bunuh diri sering memunculkan hal hal aneh atau seram, ya? Apakah setan yang masuk ke dalam tubuh saya berasal dari sana? Mengingat kami duduk duduk di teras kemarin malam sebelum saya kesurupan."

"Hahahaha. Yah, sebenarnya memang benar. Di sana memang sering tampak bayangan bayangan. Saya pikir itu hanya jin qorin saja. Kalian tahu sendiri kan, kalau jin qorin dari manusia yang sudah meninggal akan terus berada di tempat tinggal orang itu dan menyerupai manusia itu sendiri. Apalagi kasus kematian penghuni rumah itu adalah bunuh diri. Setahu saya, orang yang meninggal karena bunuh diri, jin qorin nya akan terus melakukan kejadian semasa dia meninggal berulang kali hingga dunia berakhir. Itu sih yang saya tahu."

"Berarti semalam memang sosok jin tersebut ya, Pak?" tanya Mey.

"Sepertinya begitu. Nah, kalian bisa mendatangi rumah Pak Sobri. Dia bisa menyembuhkan orang yang kesurupan. Coba periksa saja di sana, Mbak. Dia akan tahu apa yang menimpa Mbak kemarin."

"Rumahnya di mana, Pak?" tanya Khusnul.

"Itu, yang ada di dekat hutan. Nggak jauh dari rumah kalian. Kalian sudah pernah ke sana belum, ya?"

"Oh, saya tahu, Pak. Saya pernah lihat rumah itu," ucap Armand.
Diubah oleh ny.sukrisna 17-04-2023 14:46
3.maldini
unhappynes
kemintil98
kemintil98 dan 14 lainnya memberi reputasi
15