Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ny.sukrisnaAvatar border
TS
ny.sukrisna
story keluarga indigo.

Quote:



KKN Di Dusun Kalimati

Quote:


Kembali ke awal tahun 1990an . Dusun Kalimati kedatangan sekelompok mahasiswa yang hendak KKN. Rupanya salah satu peserta KKN adalah Hermawan, yang biasa dipanggil dengan nama Armand. Dia adalah Kakek Aretha, yang tidak lain adalah ayah Nisa.

Bagai de javu, apa yang dialami oleh Armand juga sama mengerikannya seperti apa yang Aretha alami Di desa itu. Di masa lalu, tempat ini jauh lebih sakral daripada saat Aretha tinggal di sana. Berbagai sesaji diletakkan di beberapa sudut desa. Warga masih banyak yang memeluk kepercayaan memberikan sesaji untuk leluhur. Padahal leluhur yang mereka percayai justru seorang iblis yang sudah hidup selama ribuan tahun.

Banyak rumah yang kosong karena penghuninya sudah meninggal, dan Armand bersama teman temannya justru tinggal di lingkungan kosong itu. Rumah bekas bunuh diri yang letaknya tak jauh dari mereka, membuat semua orang was was saat melewatinya. Apalagi saat malam hari.








INDEKS

Part 1 sampai di desa
Part 2 rumah posko
part 3 setan rumah sebelau
Part 4 rumah Pak Sobri
Part 5 Kuntilanak
Part 6 Rumah di samping Pak Sobri
Part 7 ada ibu ibu, gaes
Part 8 Mbak Kunti
Part 9 Fendi hilang
Part 10 pencarian
Part 11 proker sumur
Part 12 Fendi yang diteror terus menerus
Part 13 Rencana Daniel
Part 14 Fendi Kesurupan lagi
Part 15 Kepergian Daniel ke Kota
Part 16 Derry yang lain
Part 17 Kegelisahan Armand
Part 18 Bantuan Datang
Part 19 Flashback Perjalanan Daniel
Part 20 Menjemput Kyai di pondok pesantren
Part 21 Leluhur Armand
Part 22 titik terang
Part 23 Bertemu Pak Sobri
Part 24 Sebuah Rencana
Part 25 Akhir Merihim
Part 26 kembali ke rumah



Quote:


Quote:


Saat hari beranjak petang, larangan berkeliaran di luar rumah serta himbauan menutup pintu dan jendela sudah menjadi hal wajib di desa Alas Ketonggo.

Aretha yang berprofesi menjadi seorang guru bantu, harus pindah di desa Alas Ketonggo, yang berada jauh dari keramaian penduduk.

Dari hari ke hari, ia menemukan banyak keganjilan, terutama saat sandekala(waktu menjelang maghrib).

INDEKS

Part 1 Desa Alas ketonggo
Part 2 Rumah Bu Heni
Part 3 Misteri Rumah Pak Yodi
Part 4 anak ayam tengah malam
part 5 dr. Daniel
Part 6 ummu sibyan
Part 7 tamu aneh
Part 8 gangguan
Part 9 belatung
Part 10 kedatangan Radit
Part 11 Terungkap
Part 12 menjemput Dani
Part 13 nek siti ternyata...
part 14 kisah nek siti
part 15 makanan menjijikkan
Part 16 pengorbanan nenek
Part 17 merihim
Part 18 Iblis pembawa bencana
Part 19 rumah
Part 20 penemuan mayat
Part 21 kantor baru
Part 22 rekan kerja
Part 23 Giska hilang
part 24 pak de yusuf
Part 25 makhluk apa ini
Part 26 liburan
Part 27 kesurupan
Part 28 hantu kamar mandi
Part 29 jelmaan
Part 30 keanehan citra
part 31 end





Quote:


Quote:



INDEKS

Part 1 kehidupan baru
Part 2 desa alas purwo
part 3 rumah mes
part 4 kamar mandi rusak
part 5 malam pertama di rumah baru
part 6 bu jum
part 7 membersihkan rumah
part 8 warung bu darsi
part 9 pak rt
part 10 kegaduhan
part 11 teteh
part 12 flashback
part 13 hendra kena teror
part 14 siapa makhluk itu?
part 15 wanita di kebun teh
part 16 anak hilang
part 17 orang tua kinanti
part 18 gangguan di rumah
part 19 curahan hati pak slamet
part 20 halaman belakang rumah
part 21 kondangan
part 22 warung gaib
part 23 sosok lain
part 24 misteri kematian keisha
part 25 hendra di teror
part 26 mimpi yang sama
part 27 kinanti masih hidup
part 28 Liya
part 29 kembali ke dusun kalimati
part 30 desa yg aneh
part 31 ummu sibyan
part 32 nek siti
part 33 tersesat
part 34 akhir kisah
part 35 nasib sial bu jum
part 36 pasukan lengkap
part 37 godaan alam mimpi
part 38 tahun 1973
part 39 rumah sukarta
part 40 squad yusuf
part 41 aretha pulang

Konten Sensitif


Quote:

Kembali ke kisah Khairunisa. Ini season pertama dari keluarga Indigo. Dulu pernah saya posting, sekarang saya posting ulang. Harusnya sih dibaca dari season ini dulu. Duh, pusing nggak ngab. Mon maap ya. Silakan disimak. Semoga suka. Eh, maaf kalau tulisan kali ini berantakan. Karena ini trit pertama dulu di kaskus, terus ga sempet ane revisi.

INDEKS
part 1 Bertemu Indra
part 2 misteri olivia
part 3 bersama indra
part 4 kak adam
part 5 pov kak adam
part 6 mantra malik jiwa
part 7 masuk alam gaib
part 8 vila angker
part 9 kepergian indra
part 10 pria itu
part 11 sebuah insiden
part 12 cinta segitiga
part 13 aceh
part 14 lamaran
part 15 kerja
part 16 pelet
part 17 pertunangan kak yusuf
part 18 weding
part 19 madu pernikahan
part 20 Bali
part 21 pulang
part 22 Davin
part 23 tragedi
part 24 penyelamatan
part 25 istirahat
part 26 hotel angker
part 27 diana
part 28 kecelakaan
part 29 pemulihan
part 30 tumbal
part 31 vila Fergie
part 32 misteri vila
part 33 kembali ingat
part 34 kuliner malam
part 35 psikopat
part 36 libur
part 37 sosok di rumah om gunawan
part 38 sosok pendamping
part 39 angel kesurupan
part 40 Diner
part 41 diculik
part 42 trimester 3
part 43 kelahiran
part 44 rumah baru
part 45 holiday
part 46nenek aneh
part 47 misteri kolam
part 48 tamu



Quote:


Quote:


INDEKS

part 1 masuk SMU
part 2 bioskop
part 3 Makrab
part 4 kencan
part 5 pentas seni
part 6 lukisan
part 7 teror di rumah kiki
part 8 Danu Dion dalam bahaya
part 9 siswa baru
part 10 Fandi
part 11 Eyang Prabumulih
part 12 Alya
part 13 cinta segitiga
part 14 maaf areta
part 15 i love you
part 16 bukit bintang
part 17 ujian
part 18 liburan
part 19 nenek lestari
part 20 jalan jalak
part 21 leak
part 22 rangda
INDEKS LANJUTAN
Diubah oleh ny.sukrisna 18-05-2023 14:46
ferist123
kemintil98
arieaduh
arieaduh dan 22 lainnya memberi reputasi
21
19.6K
306
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
ny.sukrisnaAvatar border
TS
ny.sukrisna
#121
Part 40 Squad Yusuf
"Sudah, Sudah. Sudah nggak apa apa. Kamu tenang dulu, ya," bujuk suaminya itu.

"Aku benar benar melihat makhluk itu, Dit. Dia di dalam lemari tadi," ucap Aretha pelan dalam dekapan Radit.

"Iya, aku percaya. Tapi sekarang dia udah nggak ada lagi. Gimana kalau kita keluar dari sini? Mungkin Dedi sama Danu menemukan sesuatu di belakang," tukas Radit.

"Iya. Iya. Ayo, kita pergi dari sini," ajak Aretha.

Di saat mereka beranjak hendak pergi, lemari itu kembali mengeluarkan bunyi. Otomatis keduanya menoleh ke tempat itu. Tidak ada apapun yang terlihat sejauh ini. Walaupun Radit dan Aretha tampak tegang saat menatap benda tersebut.

"Ayo, keluar," ajak Radit kembali membuyarkan lamunan Aretha. Radit dengan telaten memapah istrinya yang tampaknya masih dalam suasana shock akibat insiden sebelumnya. Mereka lantas kembali berjalan menuju pintu. Namun, Aretha tiba tiba berhenti berjalan, saat ia merasakan sesuatu aneh hingga menekan tengkuknya.

"Kamu dengar itu, Dit?" tanya Aretha.

"Dengar apa?" tanya Radit bingung.

"Ada yang panggil namaku."

"Hem? Manggil kamu? Masa sih? Kok aku nggak dengar apa apa, ya, Sayang?"

"Eum, apa cuma perasaanku aja, ya?" Tanya Aretha yang mulai meragukan apa yang ia dengar.

"Iya, mungkin cuma salah dengar. Cuma angin aja. Yuk," ajak Radit kembali menarik tangan Aretha keluar dari kamar.

"ARETHA!" jerit seseorang yang kini suaranya justru keras terdengar.

Aretha menoleh ke belakang, dan tiba tiba sosok pocong yang tadi dia lihat kembali muncul dan menabrak tubuhnya. Tubuhnya mengalami rasa yang sangat aneh, sementara matanya seakan akan tertarik ke dalam tubuh dan mengalami iritasi. Selain itu, bibir, mulut dan tenggorokan menjadi sangat kering. Matanya yang awalnya terpejam, langsung terbuka. Namun tiba-tiba ruangan sekitarnya berubah. Radit juga tidak ada di ruangan itu bersama dengannya. Kamar yang awalnya tampak berantakan dan kacau dengan kondisi yang tidak layak huni berubah menjadi kamar tidur yang rapi walau kesan klasik masih melekat. Ranjang kayu tua itu kini dilapisi tikar. Sebenarnya ranjang itu tidak mirip ranjang pada umumnya. Karena lebih mirip dipan sederhana khas rumah rumah pada era penjajahan. Tidak banyak kemewahan yang bisa ia temukan di kamar tersebut. Semuanya hanya perabot sederhana yang masih tertata rapi di tempatnya masing-masing.

"Masuk! Masuk!" jerit seorang pria di luar.

Areta Yang penasaran Lantas bergegas pergi ke luar. Dia tidak lagi heran dengan apa yang terjadi karena semua hal aneh tentu saja bisa saja terjadi saat dia berada di alam lain seperti sekarang. Alam gaib biasanya memiliki beberapa lapis. Hanya saja semua yang terjadi pasti saling berhubungan, dan tugas Areta itulah mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Saat Areta membuka pintu kamar dia kembali mendapati rumah itu dengan posisi yang rapi layaknya rumah yang berpenghuni.

"Aku di mana lagi sekarang? Apa jangan-jangan aku pergi lagi ke Dimensi waktu lainnya?" gumamnya berbicara sendiri.

Areta yang masih bingung dengan apa yang ada di hadapannya lantas pergi mencari sumber suara tadi. Dari tempatnya berdiri ada beberapa orang yang terdengar saling berbincang. Rupanya ada dua orang yang berada di ruang tamu rumah tersebut. Keberadaan Areta yang memang tidak akan terlihat oleh orang-orang itu membuat Areta dengan bebas bergerak. Dia duduk di salah satu kursi untuk menyimak pembicaraan dua pria di hadapannya.

"Rupanya laki-laki ini adalah Sukarta, dan tamunya pasti pasien yang hendak memakai jasanya," ucap Aretha.

Dari obrolan itu memang sudah sangat jelas sekali kedatangan tamu itu ke rumah Sukarta adalah untuk meminta bantuan. Tentu saja bantuannya diinginkan oleh laki-laki tadi berupa sesuatu yang mistis dan klenik.

"Bisa. Bisa. Tentunya aku bisa melakukan itu. Tapi semuanya tentu punya syarat yang harus kamu penuhi," ucap Sukarta.

"Syaratnya apa, Ki?"

Sukarta memberitahukan Beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh pelanggannya itu. Syarat-syarat yang diberikan tidak terlalu rumit dan biasanya memang kerap diminta ahli dukun untuk pelanggannya. Seperti ayam cemani, aneka bunga tujuh rupa, air dari beberapa sumber mata air, dan yang terakhir satu ekor kambing.

Diskusi mengenai apa yang akan dilakukan oleh Sukarta berakhir dan pelanggannya pun segera pulang ke rumahnya untuk menunggu hasil selanjutnya.

Situasi yang orita lihat sekarang tiba-tiba berubah menjadi gelap dan suasana pun berbeda dari apa yang ia lihat tadi siang. Rupanya dia dilempar langsung ke waktu di mana kejadian mengerikan itu akan terjadi.
Malam harinya Sukarta pun melanjutkan ritual untuk melakukan apa yang sudah diminta oleh pelanggannya tadi siang. Namun di tengah-tengah ritual yang hendak dia lakukan tiba-tiba terdengar suara bising di luar rumahnya. Suaranya lebih mirip orang-orang yang sedang marah-marah dan memaki-maki Sukarta. Pria tua itu pun akhirnya terusik dengan hal tersebut. Dia pun memutuskan keluar dari rumah dan menghentikan dulu ritual yang baru akan dimulainya tadi. Areta pun mengekor Sukarta dan melihat kalau di luar rumah Sukarta saat ini sudah banyak sekali warga desa dengan membawa obor dan ekspresi yang marah marah. Beberapa bahkan menodongkan senjata tajam kepada Sukarta.

"Dasar dukun jahat! Mati saja kau!"

"Mati!"

"Mati!"

"Kami tidak sudi kau ada di desa kami!"

Sukarta yang bingung dengan apa yang terjadi pada warga tampak lebih tenang. Padahal dia tahu kalau apa yang akan terjadi nantinya akan Merugikan dirinya sendiri.

"Mau apa kalian?" tanya Sukarta dengan nada tinggi.

Salah satu warga yang disinyalir adalah pemimpin rombongan tersebut memberikan isyarat agar warga yang lain diam.

"Kami mendapat informasi dari beberapa orang. Kalau kau melakukan praktek ilmu santet! Apa benar?" tanyanya masih berusaha tenang.

"Ya, memang benar. Memangnya kenapa?"

"Jadi benar kalau kematian beberapa warga yang terjadi akhir-akhir ini itu adalah ulahmu?"

" Maaf aku tidak bisa memberitahukan siapa korban yang sudah aku santet ataupun pelanggan yang membayarku. Bukannya kalian sudah tahu apa profesiku selama ini. Mengapa kalian sekarang baru marah-marah dan seperti ingin Membunuhku?"

"Kau sudah menyebabkan kematian banyak warga di sini dengan cara-cara yang keji. Kami sepakat untuk membawamu pergi dari tempat ini agar di desa ini bisa lebih tenang lagi."

"Hahahaha. Memangnya apa yang bisa kalian lakukan kepadaku? Apa kalian bisa mengalahkan ku?"

"Pasti bisa. Apalagi ilmu jahat yang sudah kau lakukan telah membunuh Pak yang sekali nyawa tak berdosa. Jadi sebaiknya kau segera bertaubat!"

"Ah, persetan!"

"Sudah, Pak Rt. Sebaiknya kita langsung saja tangkap dia dan bunuh dia agar tidak melakukan lagi hal hal buruk ke warga desa kita!" jerit warga lainnya.

"Betul, Pak Rt. Sudah, tangkap saja dia!"

Sebagai ketua RT tentu Parmin tidak bisa seenaknya memberikan perintah. Dia hanya diam sambil memikirkan segala konsekuensi Jika dia mengiyakan permintaan warga yang lain. Tapi ternyata kemarahan warga sudah Di luar batas. Bahkan tanpa persetujuan Parmin mereka langsung menyerang rumah Sukarta. Sekalipun Sukarta adalah dukun santet yang memiliki ilmu tinggi tetapi dia tetap saja manusia biasa yang jika diserang oleh puluhan orang seperti sekarang dia pasti akan kewalahan.

Alhasil Sukarta di arak oleh warga keluar dari rumahnya berkeliling desa dan mereka pun berhenti di sebuah hutan yang agak jauh dari pemukiman warga. Warga desa Kalimati jarang sekali berkeliaran di hutan tersebut karena hutan itu banyak memiliki kisah mistis yang membuat bulu kuduk berdiri. Sukarta diikat di sebuah pohon, lalu dia dilempari dengan kayu-kayu yang cukup banyak. Hingga kayu-kayu tersebut pun kini mengelilingi Sukarta. Tidak berhenti sampai di situ beberapa warga menyiramkan cairan. Lalu marah yang lain menyalakan korek api dan berhasil membakar kayu-kayu yang ada di sekitar Sukarta hanya dalam hitungan detik.

"Sialan kalian! Kalian tunggu saja. Aku akan membalaskan dendamku kepada kalian semua warga desa Kalimati. Kalian semua akan hidup sengsara sampai mati!" sumpah serapah Sukarta terdengar hampir ke seisi hutan.
Beberapa warga yang mendengar mulai takut walau sebagian lagi tidak peduli dengan perkataan Sukarta tersebut.

Kereta yang menyaksikan peristiwa itu cukup tercengang karena dia benar-benar melihat kematian pria tua itu di depan matanya sendiri. Tiba-tiba bahunya ditepuk dari belakang. Saat dia menoleh ada wajah seseorang yang sangat ia kenal selama ini.

"Pak de!" pekik Aretha.

Seketika pandangan Areta. Dia merasakan sensasi dingin yang merambat di sekujur tubuhnya. Akhirnya suara beberapa orang terdengar mengusik telinganya.

"Aretha! Bangun!"

"Sayang! Bangun, Sayang!"

Adakah lantas membuka mata dan rupanya ini dia sedang dikelilingi oleh teman-temannya. Di antara mereka ada Yusuf yang menatapnya dengan salah satu ujung bibir yang tertarik ke samping.

"Sudah cukup jalan jalannya, Aretha!" kata Yusuf.

Areta langsung beranjak begitu mengetahui kalau dia sudah terbangun dan juga teman-temannya yang lain pun sudah kembali.

"Yang tadi... Apa itu, Pakde?" tanya Aretha.

"Itu adalah gambaran peristiwa yang pernah terjadi di tempat ini."

"Kenapa aku di perlihatkan hal seperti itu, Pak De?"

"Yah, tentu saja dia ingin mengecoh kalian. Kali ini nggak akan mudah. Jadi sebaiknya kalian semua tunggu saja di sini, biar pakde masuk sendirian sama teman teman Pakde," tutur Yusuf.

Begitu melihat ke belakang Yusuf, ternyata sudah ada beberapa orang yang memakai sorban putih dan sarung. Walau mereka tampak masih muda, tapi aura yang terpancar tampak kuat.

Ada sekitar 10 orang rombongan yang dibawa oleh Yusuf. Mereka semua mulai memasuki halaman rumah Pak Yodi tanpa beban. Bahkan tampak sekali kalau mereka masih bisa tertawa dengan obrolan sederhana saat memasuki tempat itu.

"Wah, sudah lama sekali aku tidak berada di tempat seperti ini," ujar Ahsan.

"Benar. Keponakanmu hebat juga, Suf, bisa menemukan tempat seperti ini."

"Apa pendapat kalian mengenai tempat ini?"

"Gelap," kata Ghafar.

"Penuh hawa negatif," sahut Fatan

"Baru masuk pintu gerbang desa saja, aku sudah merinding," tambah Amirul

"Sepertinya sudah banyak hal negatif di tempat ini," ucap Fajri.

"Yah, itu pasti. Aku merasa desa ini sudah dikutuk. Huft, kalian lihat saja sekitar. Mereka tampaknya malu malu menyambut kita," ujar Hamdan.

"Mereka hanya keroco. Jangan terkecoh," timpal Zulham.

"Yah, tentu. Kita hanya fokus saja pada bos mereka," kata Hamdan lagi.

Padang rumput yang tinggi, awalnya berdiri tegak dan tidak bergerak sama sekali. Namun tiba tiba semua rumput itu mendadak jatuh bagai terinjak sesuatu yang besar. Anehnya, semua rumput itu mengalami hal yang serupa secara serempak saat mereka bersebelas melewati halaman.

"Wah, apakah ini upacara penyambutan?" tanya Lukman sambil memperhatikan sekitar.

"Anggap saja begitu, Man," sahut Rasyad.

"Kalau begitu suatu kehormatan dong."

Mereka pun sampai di teras rumah reyot tersebut. Tidak langsung masuk ke dalam, mereka justru berdiri di depan sambil memperhatikan kondisi rumah itu.

"Hem, agak lain," gumam Zulham.

"Yah, kalian jangan terkejut setelah aku membuka pintu nya, ya," tukas Yusuf.

"Baiklah. Ayo, bersiap." Ahsan menggosok gosok kedua tangannya dengan wajah antusias.

Yusuf memang sudah pernah mendatangi tempat tersebut. Tapi itu sudah lama sekali. Saat kejadian awal Arden dan Aretha berada di desa itu.

"Eh, memangnya ada apa dengan rumah ini?" tanya Amirul meminta penjelasan lebih.

Tapi pintu rumah sudah dibuka oleh Yusuf. Derit khas suara pintu lama yang sudah tua terdengar cumakkan telinga. Aroma debu dan ruangan pengap membuat mereka langsung menutup hidung dengan telapak tangan. Begitu pintu di buka, ada aura hitam yang keluar dari sana. Beberapa dari mereka mengibaskan tangan ke udara. Mungkin jika yang melihat manusia biasa, maka akan dianggap sebagai usaha mengusir debu yang muncul. Padahal yang sebenarnya terjadi bukanlah demikian.

"Wow, pekat sekali! Bismillahirrahmanirrahim!" ucap Fajri.

Mereka mulai melangkah masuk ke dalam dengan perlahan. Mereka mengekor Yusuf yang berjalan lebih dulu yang juga bertugas sebagai pemandu wisata mistis kali ini. Tidak ada yang aneh saat memasuki ruang tamu, tapi saat mereka menyibak korden penghubung ruangan selanjutnya, yang terlihat di depan membuat mereka semua menganga.

"Subhanallah."

"Astagfirulloh!"

"Ya Allah!"

Mereka sampai di hutan terkutuk. Di mana tempat itu adalah markas dari makhluk yang bernama Merihim. Suasana sekitar pun mendadak gelap. Padahal di luar rumah tadi masih siang. Tapi hutan ini menampilkan kondisi malam di sekitarnya. Mereka tidak heran dengan fenomena itu.

PMerihim adalah sosok Iblis yang telah menggerogoti desa itu sejak lama sekali. Dia mendiami tempat itu sudah berpuluh puluh tahun yang lalu, bahkan sebenarnya sudah hampir 1 abad lamanya.

"Aku sudah mempelajari tempat ini sebelumnya. Makhluk yang akan kita hadapi sekarang adalah Merihim. Dia makhluk yang sudah sangat tua sekali. Awalnya dia hanya jin biasa, tapi karena orang orang jaman dulu menyembahnya dan bahkan memberikan sesajen rutin padanya, perlahan lahan Merihim menjadi lebih kuat. Hingga sampai sekarang. Dia bahkan bisa menghancurkan desa ini berkali kali. Jiwa jiwa manusia yang menghuni tempat ini diambil olehnya."

"Kamu tahu dari mana, Suf?" tanya Imran.

"Ayahku. Ternyata ayahku pernah berada di tempat ini sewaktu masih muda dulu. Beliau melakukan kkn di sini bersama teman teman kuliahnya. Ayah ku juga terkejut saat mengetahui kalau cucu cucunya justru kembali ke tempat ini. Tempat yang tidak ingin beliau ingat lagi. Tapi berkat Ayahku, kita menjadi mengenal siapa musuh kita sekarang, kan?"

"Yah, tentu saja. Informasi itu sangat membantu," tukas Hamdan.

"Jadi cuma ada satu makhluk saja, kan?" tanya Zulham.

"Iya, cuma satu yang paling kuat. Aku rasa kalian tidak akan mempermasalahkan makhluk lain di bawahnya, kan?"

"Sepertinya keponakanmu bisa menangani sisanya nanti," tambah Rasyad.

"Kita tangani dulu bosnya. Ayo, cari makhluk itu. Aku yakin dia pasti sedang bersembunyi di suatu tempat!" kata Yusuf menatap sekitar serius.

Mereka yang berjumlah sebelas orang itu berpencar menelusuri tiap sudut hutan ini. Menemukan makhluk yang bernama Merihim bukanlah hal mudah. Karena dia bisa memanipulasi keadaan dan bersembunyi dengan sangat rapi agar tidak ditemukan.

Tiap sudut hutan ditelusuri. Mereka terus berdzikir pada setiap langkah yang mereka lalui. Hingga akhirnya salah satu dari mereka menemukan goa itu.

"Aku menemukan tempat aneh," jerit Imran.

Beberapa dari mereka yang berada di dekat Imran lantas mendekat. Sisanya masih menelusuri tempat itu dengan teliti.

"Apa kita masuk saja ke dalam?" tanya Rasyad.

"Hati hati. Sepertinya agak berbahaya," tukas Ghafar.

"Biar aku lebih dulu," sahut Lukman.

Lukman, Rasyad, dan Ghafar memasuki goa gelap tersebut. Tidak ada penerangan sama sekali. Langkah mereka sangat hati hati, karena harus waspada jika ada sesuatu yang berbahaya menanti mereka di dalam.

"Apa ini?" tanya Rasyad saat dia menginjak tanah di bawahnya. Tanah yang awalnya kering mendadak berubah menjadi lengket dan basah. Walau suasana gelap, tapi perasaan aneh itu bisa dirasakan oleh mereka.

"Hati hati. Ini sepertinya... Air liur!" ucap Ghafar setelah dia jongkok dan memeriksa cairan pekat di bawah kaki mereka.

Tiba tiba tubuh mereka terlempar keluar. Ada sesuatu yang menghantam dada mereka. Mereka bertiga berguling keluar dari goa sambil batuk batuk dengan memegangi dada. Ada sensasi panas yang mereka rasakan. Bahkan pakaian mereka pun mengeluarkan asap tipis dan berbau sangit.

Teman teman mereka yang lain berlari mendekat saat melihat apa yang menimpa tiga orang itu.

"Kalian baik baik saja?" tanya Yusuf cemas.

Beberapa membantu tiga pria itu bangun.

"Wow, lumayan juga. Panas dadaku," tutur Ghafar.

"Ada apa di dalam?" tanya Ahsan.

"Air liur makhluk itu. Kami menginjaknya," ucap Rasyad sambil memperhatikan kedua kakinya.

Ternyata kondisi sepatu yang mereka pakai juga mengalami hal yang serupa. Sepatu mereka terbakar. Seperti telah menginjak aspal panas yang baru saja matang. Terpaksa mereka melepaskan sepatu dari kaki kaki mereka. Walau luka bakar tidak sampai melukai telapak kaki, tetapi tetap saja kaki mereka terasa sedikit pedih.

"Kami baik baik saja kok," ucap Lukman.

"Sepertinya dia ada di dalam," kata Yusuf.

"Kalau begitu, kita masuk saja, Suf!" ajak Fajri.

Enam orang masuk ke dalam goa tersebut. Sementara sisanya menunggu di luar. Sekalipun ada yang berjaga di luar, tetap saja mereka akan membantu teman teman yang memasuki goa dengan cara berdoa.

"Ayo, kita juga harus bersiap," kata Hamdan.

Lima orang yang berada di luar, lantas duduk bersila begitu saja di tanah. Mereka memejamkan mata sambil berdzikir. Namun suara mereka sengaja dikeraskan bahkan bisa terdengar hingga teras rumah depan.

Yusuf berjalan dengan hati hati. Kali ini mereka membawa lampu senter untuk memudahkan penglihatan mereka yang terbatas. Begitu sampai di genangan cairan hitam, mereka berhenti. Lampu dari senter menyorot tanah di bawah. Cairan hitam tersebut seperti air mendidih, karena meletup letup. Mirip kawah yang ada di gunung berapi. Aromanya pun tidak sedap. Hingga mereka menutup hidung agar udara yang mereka hirup jauh lebih baik.

"Suf, pakai ini," kata Fatan, memberikan papan kayu lebar yang ada di sisi kanan goa.

Mereka memakai papan itu untuk melintas agar tidak menginjak cairan hitam tersebut.

"Air liur nya saja sudah sebanyak itu. Wow, sungguh mencengangkan!" tukas Amirul.

Semakin masuk ke dalam goa, udara di sekitar mereka semakin menipis. Nafas mereka mulai pendek pendek seperti telah mendaki gunung yang tinggi.

"Sebenarnya di mana ujungnya?" tanya Ahsan.

"Iya, benar. Kenapa kita tidak sampai juga!" tambah Fatan.

"Sepertinya ada yang tidak beres di sini! Lihat ke bawah," ucap Yusuf menunjuk depan mereka.

Papan kayu yang sebelumnya mereka pakai melewati cairan hitam tadi kembali terlihat di depan. Hal ini membuktikan satu hal.

"Fokus!" pintar Yusuf.

Mereka serempak menundukkan kepala dan memejamkan mata. Mulut berkomitmen kamit membaca doa dengan suara keras dan lantang. Hingga akhirnya suasana yang tadinya gelap dan pengap, berubah.

Udara menjadi lebih sejuk. Begitu mata mereka terbuka, goa yang sempit tadi berubah menjadi besar dan terang. Tapi ada satu hal yang mengejutkan mereka. Pemandangan seseorang yang sedang tergantung dengan posisi terbalik di tengah goa itu.

"Itu makhluknya," bisik Ghafar.

"Bersiap! Jangan sampai lengah!" pinta Yusuf.

"Ihhihihihihihi! Sudah lama sekali aku tidak kedatangan tamu istimewa." Suara makhluk itu menggema ke sekitar goa.

"Kau Merihim?" tanya Yusuf.

"Yah, dan kau anak Hermawan! Dunia sungguh sempit sekali. Tapi ini merupakan keberuntungan ku, karena bisa membalaskan dendamku pada Hermawan lewat anak dan cucunya! Hahahahaha!"

"Hahahaha. Kau percaya diri sekali!"

"Tentu saja. Karena kalian tidak ada apa apanya. Bahkan Ayahmu saja hampir mati di tanganku dulu!"

"Dan, kau akan mati ditangan ku sekarang!"

"Ayo," bisik Ghafar mengeluarkan kedua tangan nya yang bergerak dengan gerakan aneh, seperti sedang menarik sebuah tali yang telah dia buat sendiri. Teman temannya yang lain juga melakukan hal yang sama.

Mereka melakukan gerakan yang mirip orang bermain karet gelang, lalu melemparkan ke yang lain dan ditangkap oleh yang lainnya lagi. Gerakan itu layaknya membentuk tali panjang dan saling terhubung. Setelah selesai, mereka lantas bergerak maju mendekati Merihim. Yusuf yang berada di tengah memimpin dengan melangkah lebih dulu. Tiba tiba dia berlari ke arah Merihim lalu melompat hingga mengenai tubuh makhluk itu. Rupanya Yusuf menusukkan sebuah pisau ke jantung Merihim. Merihim itu menjerit kesakitan. Bersamaan dengan itu angin kencang berembus mengenai mereka berenam. Tubuh mereka terguling karena tidak kuat menahan kuatnya angin tersebut. Kini akar tanaman mulai bergerak sendiri dan meluncur dengan cepat menjerat kaki dan tangan mereka.
Diubah oleh ny.sukrisna 11-05-2023 08:41
Sexbomb
3.maldini
kemintil98
kemintil98 dan 3 lainnya memberi reputasi
4