Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ny.sukrisnaAvatar border
TS
ny.sukrisna
story keluarga indigo.

Quote:



KKN Di Dusun Kalimati

Quote:


Kembali ke awal tahun 1990an . Dusun Kalimati kedatangan sekelompok mahasiswa yang hendak KKN. Rupanya salah satu peserta KKN adalah Hermawan, yang biasa dipanggil dengan nama Armand. Dia adalah Kakek Aretha, yang tidak lain adalah ayah Nisa.

Bagai de javu, apa yang dialami oleh Armand juga sama mengerikannya seperti apa yang Aretha alami Di desa itu. Di masa lalu, tempat ini jauh lebih sakral daripada saat Aretha tinggal di sana. Berbagai sesaji diletakkan di beberapa sudut desa. Warga masih banyak yang memeluk kepercayaan memberikan sesaji untuk leluhur. Padahal leluhur yang mereka percayai justru seorang iblis yang sudah hidup selama ribuan tahun.

Banyak rumah yang kosong karena penghuninya sudah meninggal, dan Armand bersama teman temannya justru tinggal di lingkungan kosong itu. Rumah bekas bunuh diri yang letaknya tak jauh dari mereka, membuat semua orang was was saat melewatinya. Apalagi saat malam hari.








INDEKS

Part 1 sampai di desa
Part 2 rumah posko
part 3 setan rumah sebelau
Part 4 rumah Pak Sobri
Part 5 Kuntilanak
Part 6 Rumah di samping Pak Sobri
Part 7 ada ibu ibu, gaes
Part 8 Mbak Kunti
Part 9 Fendi hilang
Part 10 pencarian
Part 11 proker sumur
Part 12 Fendi yang diteror terus menerus
Part 13 Rencana Daniel
Part 14 Fendi Kesurupan lagi
Part 15 Kepergian Daniel ke Kota
Part 16 Derry yang lain
Part 17 Kegelisahan Armand
Part 18 Bantuan Datang
Part 19 Flashback Perjalanan Daniel
Part 20 Menjemput Kyai di pondok pesantren
Part 21 Leluhur Armand
Part 22 titik terang
Part 23 Bertemu Pak Sobri
Part 24 Sebuah Rencana
Part 25 Akhir Merihim
Part 26 kembali ke rumah



Quote:


Quote:


Saat hari beranjak petang, larangan berkeliaran di luar rumah serta himbauan menutup pintu dan jendela sudah menjadi hal wajib di desa Alas Ketonggo.

Aretha yang berprofesi menjadi seorang guru bantu, harus pindah di desa Alas Ketonggo, yang berada jauh dari keramaian penduduk.

Dari hari ke hari, ia menemukan banyak keganjilan, terutama saat sandekala(waktu menjelang maghrib).

INDEKS

Part 1 Desa Alas ketonggo
Part 2 Rumah Bu Heni
Part 3 Misteri Rumah Pak Yodi
Part 4 anak ayam tengah malam
part 5 dr. Daniel
Part 6 ummu sibyan
Part 7 tamu aneh
Part 8 gangguan
Part 9 belatung
Part 10 kedatangan Radit
Part 11 Terungkap
Part 12 menjemput Dani
Part 13 nek siti ternyata...
part 14 kisah nek siti
part 15 makanan menjijikkan
Part 16 pengorbanan nenek
Part 17 merihim
Part 18 Iblis pembawa bencana
Part 19 rumah
Part 20 penemuan mayat
Part 21 kantor baru
Part 22 rekan kerja
Part 23 Giska hilang
part 24 pak de yusuf
Part 25 makhluk apa ini
Part 26 liburan
Part 27 kesurupan
Part 28 hantu kamar mandi
Part 29 jelmaan
Part 30 keanehan citra
part 31 end





Quote:


Quote:



INDEKS

Part 1 kehidupan baru
Part 2 desa alas purwo
part 3 rumah mes
part 4 kamar mandi rusak
part 5 malam pertama di rumah baru
part 6 bu jum
part 7 membersihkan rumah
part 8 warung bu darsi
part 9 pak rt
part 10 kegaduhan
part 11 teteh
part 12 flashback
part 13 hendra kena teror
part 14 siapa makhluk itu?
part 15 wanita di kebun teh
part 16 anak hilang
part 17 orang tua kinanti
part 18 gangguan di rumah
part 19 curahan hati pak slamet
part 20 halaman belakang rumah
part 21 kondangan
part 22 warung gaib
part 23 sosok lain
part 24 misteri kematian keisha
part 25 hendra di teror
part 26 mimpi yang sama
part 27 kinanti masih hidup
part 28 Liya
part 29 kembali ke dusun kalimati
part 30 desa yg aneh
part 31 ummu sibyan
part 32 nek siti
part 33 tersesat
part 34 akhir kisah
part 35 nasib sial bu jum
part 36 pasukan lengkap
part 37 godaan alam mimpi
part 38 tahun 1973
part 39 rumah sukarta
part 40 squad yusuf
part 41 aretha pulang

Konten Sensitif


Quote:

Kembali ke kisah Khairunisa. Ini season pertama dari keluarga Indigo. Dulu pernah saya posting, sekarang saya posting ulang. Harusnya sih dibaca dari season ini dulu. Duh, pusing nggak ngab. Mon maap ya. Silakan disimak. Semoga suka. Eh, maaf kalau tulisan kali ini berantakan. Karena ini trit pertama dulu di kaskus, terus ga sempet ane revisi.

INDEKS
part 1 Bertemu Indra
part 2 misteri olivia
part 3 bersama indra
part 4 kak adam
part 5 pov kak adam
part 6 mantra malik jiwa
part 7 masuk alam gaib
part 8 vila angker
part 9 kepergian indra
part 10 pria itu
part 11 sebuah insiden
part 12 cinta segitiga
part 13 aceh
part 14 lamaran
part 15 kerja
part 16 pelet
part 17 pertunangan kak yusuf
part 18 weding
part 19 madu pernikahan
part 20 Bali
part 21 pulang
part 22 Davin
part 23 tragedi
part 24 penyelamatan
part 25 istirahat
part 26 hotel angker
part 27 diana
part 28 kecelakaan
part 29 pemulihan
part 30 tumbal
part 31 vila Fergie
part 32 misteri vila
part 33 kembali ingat
part 34 kuliner malam
part 35 psikopat
part 36 libur
part 37 sosok di rumah om gunawan
part 38 sosok pendamping
part 39 angel kesurupan
part 40 Diner
part 41 diculik
part 42 trimester 3
part 43 kelahiran
part 44 rumah baru
part 45 holiday
part 46nenek aneh
part 47 misteri kolam
part 48 tamu



Quote:


Quote:


INDEKS

part 1 masuk SMU
part 2 bioskop
part 3 Makrab
part 4 kencan
part 5 pentas seni
part 6 lukisan
part 7 teror di rumah kiki
part 8 Danu Dion dalam bahaya
part 9 siswa baru
part 10 Fandi
part 11 Eyang Prabumulih
part 12 Alya
part 13 cinta segitiga
part 14 maaf areta
part 15 i love you
part 16 bukit bintang
part 17 ujian
part 18 liburan
part 19 nenek lestari
part 20 jalan jalak
part 21 leak
part 22 rangda
INDEKS LANJUTAN
Diubah oleh ny.sukrisna 18-05-2023 14:46
ferist123
kemintil98
arieaduh
arieaduh dan 22 lainnya memberi reputasi
21
19.6K
306
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
ny.sukrisnaAvatar border
TS
ny.sukrisna
#122
Part 41 Aretha Pulang
Mereka berusaha melepaskan diri dari jeratan akar pohon. Namun, semakin mereka bergerak, akar itu membelit dengan semakin kuat. Mereka tampak kesulitan. Tetapi mereka tidak menyerah begitu saja. Mulut mereka masih mengumamkan dzikir dengan suara yang lantang. Angin yang berhembus pun juga semakin kuat. Bahkan tubuh mereka sampai-sampai melayang seperti hendak terbawa angin. Untungnya mereka masih berusaha bertahan dengan berpegangan pada benda yang ada di sekitar. Seperti pohon, dahan, akar tanaman yang menjulang, bahkan rumput rumput yang tumbuh subur di sekitar.

Merihim terus tertawa dengan sangat puas. Dia merasa sangat yakin akan memenangkan pertarungan ini. Kekuatannya memang cukup besar apalagi karena dia adalah makhluk yang sudah hidup selama ribuan tahun lamanya. Dia sudah menyerap berbagai macam energi dan jiwa manusia yang ada di sekitar tempat itu. Dan itulah makanan utama Merihim yang membuatnya menjadi sangat kuat. Apalagi saat Merihim pernah dianggap sebagai leluhur. Di saat itulah dia paling banyak menyerap energi dan jiwa manusia. Itu terjadi saat ayah Yusuf datang ke tempat itu sebagai mahasiswa kkn.

Yusuf yang mulai kesulitan bernafas, lantas berusaha meraih tas yang ada di punggungnya. Tangannya bergetar, karena tubuhnya seakan akan ditahan oleh sesuatu yang tak kasat mata. Perlahan dia berhasil melepaskan tas itu dan benda tersebut beralih ke samping. Namun saat tangan Yusuf hendak membuka resleting tas ransel itu, tiba tiba Merihim terbang mendekatinya. Dengan mudah makhluk itu mencekik leher Yusuf dan mengangkat tubuh Yusuf tinggi tinggi. Kaki Yusuf meronta ronta mencari pijakan. Tangannya yang sebenarnya sudah dekat dengan tas ransel, akhirnya semakin menjauh lagi.

"Ya Allah, Tolong hamba," gumam Yusuf dalam hati.

Mendadak orang orang yang awalnya menunggu di luar, masuk ke dalam. Teman-teman Yusuf datang menolong. Membuat angin ribut yang membuat tubuh 6 orang tadi terangkat ke atas, tiba tiba jatuh kembali ke bawah. Walau angin itu masih berembus kencang di sekitar goa itu. Hamdan, Imran, Lukman, Rasyad dan Zulham menolong teman temannya yang lain. Mereka serempak berdzikir dengan kalimat yang sama. Suara yang awalnya pelan, akhirnya makin kencang. Yusuf yang jatuh ke tanah juga, dengan sudah payah merangkak menuju tas ranselnya. Merihim yang mulai terganggu dengan dzikir mereka, lantas menutup telinga. Dzikir yang dikumandangkan memang tidak langsung memberikan pengaruh pada makhluk itu, tetapi kekuatannya melemah. Dan itu merupakan waktu yang tepat untuk mencari celah, menyerang balik.

Rasyad berlari mendekati Yusuf yang cukup kesulitan bergerak. "Suf, Suf! Kamu baik baik saja, kan?" tanya Rasyad sambil membantu memegangi kedua tangan Yusuf.

"Syad, ambilkan tas ransel ku, to—tolong," pintar Yusuf terbatas bata.

Rasyad mengangguk lalu bergegas mengambil tas ransel Yusuf yang memang tidak berada jauh dari mereka. Dia kembali, dan memberikan benda itu pada kawannya.

"Ini, Suf!"

Dengan sedikit kesulitan, Yusuf membuka tas itu dan mencari sesuatu di dalamnya. Namun pencarian itu tidak membutuhkan waktu lama, karena hanya dalam hitungan detik, Yusuf langsung mengeluarkan sebuah benda yang berbentuk seperti ... Boneka Jailangkung.

"Suf? Ini apa?" tanya Rasyad sedikit terkejut melihat benda yang dibawa oleh Yusuf.

"Boneka ini adalah kelemahan makhluk itu. Dia menyerap semua jiwa manusia melalui perantara boneka ini."

"Kamu dapat itu darimana?"

"Dari ayahku. Ayahku yang menyimpannya selama ini. Kata Ayah, boneka ini sengaja dijauhkan dari tempat ini dan makhluk itu agar kekuatan Merihim tidak bertambah kuat. Karena jika Merihim memiliki boneka ini, maka dia bisa pergi dari desa ini, dan mencari tempat baru untuk melanjutkan apa yang ia lakukan dulu," jelas Yusuf.

"Lalu bagaimana caranya?"

"Dia harus masuk ke boneka ini lalu di saat itulah kita bakar benda ini," jelasnya.

"Oke. Kalau begitu, ayo kita bertindak sekarang juga. Sebelum dia melakukan hal yang lebih buruk lagi," kata Rasyad.

Rasyad lantas mendekat ke teman temannya yang lain dan membisikkan apa yang Yusuf katakan tadi. Mereka paham apa yang harus dilakukan. Doa doa yang mereka baca berubah, tapi apa yang mereka ucapkan merupakan doa yang sama satu sama lain. Mereka bersebelas berjalan memutari Merihim yang kini berdiri sambil menjerit dan menutupi telinganya.

Hal ini memudahkan mereka untuk menyerang makhluk itu. Yusuf lantas mengangkat boneka jailangkung itu tinggi tinggi. Doa yang mereka ucapkan semakin membuat Merihim meronta. Hingga saat dia melihat benda yang ada di tangan Yusuf, tanpa pikir panjang Merihim langsung terbang menembus boneka itu dan masuk ke dalamnya untuk mendapatkan perlindungan.

Dahulu boneka jailangkung itu diletakkan di tengah hutan terlarang. Hutan terlarang adalah tempat satu-satunya yang tidak pernah didatangi oleh warga desa Kalimati. Mereka dilarang berkeliaran di tempat itu karena berbagai alasan. Terutama karena di hutan itu tempat Merihim berada. Warga desa menjadikan Merihim sebagai leluhur yang disembah dan selalu memberikan sesajen setiap hari hari tertentu. Hanya orang orang yang tertentu juga yang boleh memberikan sesajen itu. Biasanya yang melakukan ritual itu adalah dukun yang sudah ada di sana sejak dulu. Yah, Sukarta. Dia adalah salah satu pengikutnya. Sukarta juga sudah mengambil banyak keuntungan dari Merihim. Tetapi tentu saja itu adalah simbiosis mutualisme. Merihim memberikan apa yang Sukarta mau, apapun, dan Sukarta akan melakukan apapun yang Merihim perintahkan. Tak terkecuali menghabisi nyawa seseorang.
Merihim akan mendiami boneka itu dan biasanya dia akan berkeliaran dengan terbang menggunakan benda itu mengelilingi desa.

Boneka Jailangkung yang awalnya terasa ringan, mendadak menjadi berat. Bahkan tangan Yusuf seakan akan tidak kuat menahan beban dari boneka tersebut. Alhasil, Ghafar dan Zulham membantunya agar boneka itu tidak terlepas dari tangan Yusuf.

"Cepat! Lakukan!" jerit Ahsan pada teman temannya yang lain.

Mereka menunjuk ke tengah lingkaran yang mereka buat. Lalu tiba tiba ada percikan api di sana. Melihat hal itu, Yusuf, Ghafar, dan Zulham melemparkan boneka itu ke dalam percikan api. Boneka itu langsung terbakar. Seakan akan sudah disiram bensin agar nyala api yang di hasilkan menjadi besar. Dalam kobaran api, Boneka itu bergerak gerak. Tapi, mereka semua terus menggumamkan doa doa. Perlahan boneka itu hangus, meninggalkan bekas jelaga hitam di tanah. Seketika api pun padam setelah membakar habis benda itu beberapa saat yang lalu.

Angin kencang tadi pun mendadak hilang. Situasi sekitar menjadi lebih tenang. Mereka yang baru saja menyelesaikan misi, akhirnya bisa bernafas lega. Sebagian langsung merebahkan tubuh begitu saja di tanah karena rasa lelah yang timbul akibat pertempuran tadi. Ada yang memutuskan duduk duduk saja sambil menghirup udara lebih banyak untuk mengisi paru paru yang sempat kehabisan oksigen beberapa saat lalu.

"Gimana? Sudah berakhir, kan?" tanya Amirul sambil terus memperhatikan bekas kebakaran di tengah tengah mereka.

"Yah, aku berharap demikian," sahut Fajri.

"Tapi sepertinya dia sudah lenyap. Iya, kan, Suf?" tanya Fatan.

"Insya Allah. Kita sudah berusaha semaksimal mungkin. Jadi untuk saat ini, kita serahkan saja pada Allah."

"Semoga saja hal buruk di tempat ini sudah berakhir," tukas Hamdan.

"Ya sudah. Sebaiknya kita pergi saja dari sini. Sepertinya keponakanmu sudah menunggu kita di luar, Suf," cetus Zulham.

"Iya, kau benar. Ayo, kita pergi."

Mereka pun sepakat meninggalkan tempat tersebut. Tidak ada korban jiwa, dan mereka justru memenangkan pertempuran tadi. Arden, Aretha, dan bersama teman teman yang menunggu di luar terkejut saat melihat Yusuf dan teman temannya keluar dari rumah itu.

"Pakde? Gimana? Apa yang terjadi?" tanya Aretha yang sangat penasaran. Walau sebenarnya yang lain juga penasaran pada apa yang terjadi, tapi mereka tidak ada yang berani bertanya langsung. Mereka masih cukup segan dengan Yusuf, yang selama ini dikenal sebagai sosok yang berwibawa dan ber karismatik. Tapi mereka semua kagum pada sosok Yusuf yang selalu datang di saat genting. Terutama saat mereka sedang mengalami kesulitan karena makhluk halus.

"Sudah selesai. Semua sudah berakhir, Aretha."

"Selesai? Jadi... Makhluk itu sudah dimusnahkan? Begitu, kah?" tanya Aretha meminta penjelasan lebih.

Yusuf mengangguk dengan senyum tipis di wajahnya. "insya Allah."

Aretha menoleh ke Radit yang berada di belakangnya. Dia memeluk suaminya dengan perasaan senang yang bercampur aduk. Sampai sampai kedua bola mata Aretha berkaca kaca setelah mengetahui apa yang terjadi di dalam.

"Kita pindah dulu ke sana, ada yang harus kita bahas bersama," pinta Yusuf menunjuk ke jalan desa yang berada di depan rumah ini.

Mereka semua berjalan kembali ke jalan utama. Jalanan yang belum diaspal dan hanya ditandai dengan batu batu Kerikil yang ditata rapi. Mereka kembali duduk di sana tanpa alas apapun. Sambil menikmati bekal yang sudah dibawa sebelumnya, berada kembali membahas mengenai apa yang terjadi dan apa yang akan mereka lakukan setelahnya.

"Insya Allah makhluk itu sudah lenyap. Semoga dia benar benar hilang dan tidak lagi mengusik tempat ini. Sebenarnya, semua ini berkat kakek. Karena ternyata jauh sebelum kalian ada di tempat ini, kakek Armand dulu pernah kkn di sini. Kakek pun mengalami hal hal aneh di luar nalar manusia, bahkan hampir merenggut nyawa teman teman kakek Armand, bahkan nyawa kakek Armand sendiri. Singkat cerita, Kakek berhasil menemukan kelemahan makhluk itu, dan benda tersebut sengaja kakek bawa pulang. Agar makhluk itu terpenjara di sini selamanya. Jadi tadi, Pakde membawanya ke sini lalu memenjarakan makhluk di dalamnya. Dengan demikian kita berhasil memusnahkan nya." Yusuf menjelaskan dengan detil apa yang terjadi di dalam rumah itu.

Aretha, dan teman temannya hanya diam sambil mendengarkan. Sesekali mereka geleng geleng kepala dan menunjukkan reaksi terkejut dan khawatir.

"Ya sudah. Sebaiknya kita pulang dulu. Besok Pakde kembali lagi ke sini bersama orang orang untuk merayakan bangunan di sini."

"Semua bangunan, Pakde?" tanya Danu.

"Iya semua. Sebaiknya semua rumah dan segala macam bangunan yang berdiri di desa ini, diruntuhkan. Oh, iya, Syad, bagaimana? Kamu bisa mengurusnya?" tanya Yusuf beralih ke kawannya.

"Insya Allah, bisa, Suf. Aku sudah menghubungi pihak terkait. Tapi perlu proses, dan aku harus ke sana untuk menjelaskan maksud dan tujuan kita."

"Oke. Aku ikut dengan mu, Syad."

"Baiklah."

"Kenapa, Pakde?" tanya Arden.

"Kalian tentu ingat, berita bahwa tempat ini akan dijadikan fasilitas umum oleh pemerintah daerah setempat?" tanya Yusuf.

Mereka hanya mengangguk mengiyakan pernyataan tersebut.

"Rasyad punya kenalan pegawai pemerintahan di daerah ini. Jadi kami akan mendatangi beliau untuk meminta agar program pembangunan di tempat ini Segera dilaksanakan. Sepertinya kami ingin membangun pondok pesantren di tempat ini. Pakde sudah membahasnya dengan beberapa teman Pakde yang lain. Dan mereka setuju untuk membantu Pak de membangun tempat ini menjadi pondok pesantren cabang. Dan jika Pemerintah daerah setempat menyetujui hal tersebut maka kami akan mengawasi pembangunan tempat ini dengan lebih teliti. Agar halal buruk yang mungkin akan terjadi lagi di sini bisa ditindaklanjuti."

"Syukurlah kalau begitu. Lega banget rasanya dengar itu," ucap Kiki.

"Iya, bener. Sepertinya itu ide yang bagus. Daripada dibangun tempat hiburan takutnya masih ada efek-efek buruk dari tempat ini yang bisa berbahaya bagi pengunjung yang hendak mengunjungi tempat ini nantinya," tambah Dedi

"Yah, itulah alasannya. Kebetulan pondok pesantren tempat Pakde menimba ilmu dulu, memang sedang membuka cabang baru. Karena jumlahnya peserta didik yang hendak masuk ke pondok meningkat maka pembangunan pondok pesantren cabang akan segera diresmikan."

"Akhirnya. Tapi memang ini tempat cocok banget buat dibangun pondok pesantren. Kalian situasi di sekitarnya yang sangat menunjang sekali untuk proses belajar anak-anak."

"Itu betul sekali. Barangkali saudara atau kerabat kalian sedang mencari pondok pesantren, biasa mencoba mendaftar di tempat kami," tutur Ahsan dengan percaya diri.

"Hehehe. Baik, Om. Nanti kami pasti hubungin Om kalau ada informasi itu," sahut Dedi.

Hari sudah beranjak sore. Sudah waktunya mereka meninggalkan tempat itu. Mereka pun berjalan keluar Desa Kalimati karena mobil di parkir di depan gerbang desa. Begitu sampai di depan gerbang Desa beberapa warga desa tetangga justru sedang berada di sana menunggu mereka keluar dari desa tersebut. Mereka tampak cemas saat mengetahui kalau ada insiden lain yang terjadi di tempat itu. Yusuf dan teman-temannya pun akhirnya memberikan klarifikasi atas apa yang terjadi dengan singkat. Dan untuk menenangkan warga desa setempat Mereka pun memberitahukan kalau teror Dusun Kalimati sudah berakhir dan sebentar lagi tempat tersebut akan dibangun menjadi pondok pesantren. Warga desa sekitar tampak antusias mendengar kabar tersebut. Warga desa Alas Purwo dan desa Alas Ketonggo tampaknya bisa tidur dengan nyenyak mulai hari ini. Karena teror dari makhluk yang menghuni dusun Kalimati sudah berakhir.

***
Karena hari sudah hampir malam maka sebagian dari mereka memutuskan untuk menginap di rumah Areta. Sudah teman-temannya memutuskan untuk kembali ke kota karena tugas mereka masih belum selesai dan PR mereka masih sangat banyak.

"Wah, gede juga rumahnya. Tapi horor juga sih rasanya. Pantas aja lo cerita kalau tempat ini angker, Tha!" cetus Dion.

"Kenapa emangnya?"

"Kelihatan dari luar. Hawanya agak ngeri ngeri sedap."

"Tapi, Tha, makam yang lo ceritain ada di belakang rumah ini gimana? Jadi dipindahin nggak?" tanya Doni.

"Jadi kok. Makam-makam itu dipindahkan. Polisi akhirnya menetapkan Bu Jum sebagai tersangka dan dalang dibalik kematian mereka berdua. Keisha dan Pak Purno. Akhirnya makam Keisha dan Pak Purno pun dipindahkan ke pemakaman umum yang ada di desa ini."

"Wah, pasti heboh banget ya. Setelah kasus ini terbongkar?" tanya Ari.

"Pastilah. Bahkan rumah ini pun sering didatangi warga desa yang ingin melihat langsung lokasi makam itu," kata Radit.

"Tapi soal penampakan di rumah ini gimana? Apa kalian sudah pernah bertemu dengan penampakan lain setelah kasus ini terbongkar?" tanya Danu.

"Belum, Dan. Mungkin karena kami fokus sama dusun Kalimati kemarin kali ya," pungkas Aretha

"Sudah nggak ada kok. Tempat ini sudah bersih, Dek."

"Yang bener, Den? Beneran kan ini?" tanya Radit.

"Lo itu aneh. Bukannya lo sendiri bisa lihat makhluk makhluk itu? Kenapa sih nggak lo periksa sendiri, Dit?" tanya Arden kesal.

"Bukannya nggak mau, Den. Gue sekarang udah nggak bisa kayak gitu lagi. Nggak tahu kenapa. Yah, memang kadang bisa melihat hal hal seperti itu, tapi nggak bisa sedetil itu. Bahkan di kantor gue aja, yang ramai penampakan makhluk halus beberapa minggu terakhir ini, gue sendiri nggak pernah lihat seperti apa wujudnya!"

"Ya udah sih, Sayang. Justru bagus. Kamu jadi nggak terganggu sama hal hal seperti itu," cetus Aretha.

"Tapi kenapa bisa gitu, Tha? Aneh aja. Padahal aku pun perlu bisa menyadari keberadaan mereka. Jadi aku bisa melindungi kamu, nggak seperti kemarin. Rasanya aku seperti pramuriadang. Selama ini kamu selalu diganggu, tapi aku nggak bisa berbuat apa apa."

Tampaknya Radit benar benar frustrasi karena kemampuannya sedikit memudar.

"Mungkin karena lo kecapekan, Dit. Lagipula kerjaan lo banyak. Pasti lo sekarang lebih fokus sama kerjaan, jadi kemampuan lo sedikit berkurang. Bukan berarti hilang loh ya."

"Jadi kemungkinan bisa balik lagi, ya?"

"Iya. Karena gue lihat aura tubuh lo emang ganti ganti sih, tapi aura biru keunguan kadang masih kelihatan."

"Udah udah. Stop bahas soal setan! Mumpung di sini, sebaiknya kita menikmati liburan ini dengan bahagia!" pekik Danu.

***

Lima bulan kemudian.

"Mas Radit dan Mbak Aretha, sehat sehat ya di sana. Kalau ada waktu main ke sini. Sayang sekali, padahal saya sudah senang Mbak sama Mas ada di sini," harap Pak Slamet.

"Iya, Pak. Insya Allah, kalau kami ada waktu, nanti kami main lagi ke sini. Bapak sehat sehat terus, ya. Jangan terlalu banyak kerja kasar. Biar nggak gampang sakit," ujar Aretha.

"Baik, Mbak. Lagipula sudah ada Kinanti dan Ridho. Justru sekarang mereka melarang saya ke ladang. Tapi saya yang ngeyel. Hehee."

"Iya, benar itu, Mbak. Bapak nggak mau diam di rumah. Katanya kalau diam saja nanti badannya sakit sakit," tambah Ridho. Dia justru mengadukan apa yang terjadi pada keluarga mereka ke Aretha dan Radit.

"Boleh gerak, hitung hitung olahraga, Pak. Tapi jangan mencangkul lagi di ladang, ya. Lebih baik jalan santai saja tiap pagi. Biar sehat," celetuk Radit.

"Tenang saja, Mas. Nanti saya yang pantau Pak Slamet," ucap Ratno penuh semangat.

Hari ini Radit dan Aretha pindah dari rumah tersebut. Pekerjaan Radit di daerah itu sudah selesai dan kini dia akan kembali ke kantor pusat yang otomatis mereka akan kembali pulang ke rumah. Hampir 1 Tahun Lamanya Radit dan Aretha tinggal di tempat itu, sehingga ada perasaan berat saat mengetahui kalau mereka sudah tidak akan lagi tinggal di lingkungan itu. Terlebih lagi mereka berdua sudah akrab dengan sebagian besar warga desa dan mereka pun sudah berbaur dengan sangat baik selama ini. Tapi mereka pun tetap harus pergi dan kembali ke rumah seperti sebelumnya.

Tidak banyak yang dibawa oleh mereka berdua karena saat pindah Dulu pun mereka hanya membawa beberapa potong pakaian dan perlengkapan dapur saja. Sehingga kepindahan kali ini pun tidak membutuhkan kendaraan besar untuk mengangkut perabotan atau barang-barang mereka. Rasanya nggak ada sesuatu yang hilang saat mereka naik mobil meninggalkan tempat itu bersama Radit. Ada banyak sekali kenangan yang sudah mereka alami di sana bersama dengan warga desa dan juga makhluk tak kasat mata.

***

"Bunda nyuruh kita ke rumah Kakek," ucap Aretha saat Radit baru saja selesai mandi.

"Tumben?"

"Iya, katanya mau merayakan kepulangan kita."

"Wah, ya sudah kita siap siap sekarang."

Sejak Areta menikah dia memang sudah sangat jarang sekali pergi ke rumah kakeknya. Bahkan ke rumah orang tuanya sendiri saja bisa dihitung dengan jari. Tapi kali ini dia sangat bersemangat setelah tahu diundang oleh kakeknya untuk datang ke rumah.

Rumah besar itu tampak ramai, karena seluruh keluarga berkumpul malam itu. Nisa, Adam, Yusuf dan anak anak mereka datang memenuhi undangan kakek nenek mereka. Tawa dan canda mengiringi suasana malam itu. Hingga saat suasana mulai tenang dan santai, Aretha mendekati kakeknya yang kini sedang duduk di teras rumah dengan ditemani kopi hitam andalannya.

"Eh, Cucu Kakek yang paling bikin anak kakek jantungan," ucap Armand bermaksud mencandai Aretha.

Areta hanya tersenyum Mendengar hal itu. Baginya perkataan kakeknya itu memang benar, dan dia tidak perlu tersinggung karena Aretha memang kerap membuat Nisa jantungan karena sering melakukan tindakan berbahaya.

"Kek, Retha penasaran deh soal kisah kakek yang kkn di dusun kalimati."

"Hm? Penasaran apanya? Sepertinya Pakde mu sudah menceritakan semua ke kamu?" tanya Armand.

"Iya, tapi Reta ingin Dengar langsung dari kakek. Ayolah, Kek, ceritakan!" rengeknya pada pria yang umurnya sudah lebih dari setengah abad itu.

Armand paham betul bagaimana karakter cucunya Aretha itu. Karena setiap kali dia melihat Areta,Hermawan teringat pada Putri semata wayangnya, Nisa, yang tidak lain adalah Ibunda Aretha sendiri.

" Jadi kamu mau mendengar kisah itu?"

"Iya, Kek!"

"Hm? Mulai dari mana, ya? Kakek bingung."

"Dari awal. Dari pas kakek masih di kampus. Siapa teman teman kakek, terus kenapa kok memilih tempat itu, dan apa saja yang terjadi di sana?"

"Heh! Kamu ini sudah mirip wartawan saja!"

"Hehehe. Sebenarnya itu cita cita terpendam Retha, Kek!"

"Ada ada saja!" kata Armand tertawa.
Diubah oleh ny.sukrisna 11-05-2023 08:41
3.maldini
itkgid
kemintil98
kemintil98 dan 4 lainnya memberi reputasi
5