Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ny.sukrisnaAvatar border
TS
ny.sukrisna
story keluarga indigo.

Quote:



KKN Di Dusun Kalimati

Quote:


Kembali ke awal tahun 1990an . Dusun Kalimati kedatangan sekelompok mahasiswa yang hendak KKN. Rupanya salah satu peserta KKN adalah Hermawan, yang biasa dipanggil dengan nama Armand. Dia adalah Kakek Aretha, yang tidak lain adalah ayah Nisa.

Bagai de javu, apa yang dialami oleh Armand juga sama mengerikannya seperti apa yang Aretha alami Di desa itu. Di masa lalu, tempat ini jauh lebih sakral daripada saat Aretha tinggal di sana. Berbagai sesaji diletakkan di beberapa sudut desa. Warga masih banyak yang memeluk kepercayaan memberikan sesaji untuk leluhur. Padahal leluhur yang mereka percayai justru seorang iblis yang sudah hidup selama ribuan tahun.

Banyak rumah yang kosong karena penghuninya sudah meninggal, dan Armand bersama teman temannya justru tinggal di lingkungan kosong itu. Rumah bekas bunuh diri yang letaknya tak jauh dari mereka, membuat semua orang was was saat melewatinya. Apalagi saat malam hari.








INDEKS

Part 1 sampai di desa
Part 2 rumah posko
part 3 setan rumah sebelau
Part 4 rumah Pak Sobri
Part 5 Kuntilanak
Part 6 Rumah di samping Pak Sobri
Part 7 ada ibu ibu, gaes
Part 8 Mbak Kunti
Part 9 Fendi hilang
Part 10 pencarian
Part 11 proker sumur
Part 12 Fendi yang diteror terus menerus
Part 13 Rencana Daniel
Part 14 Fendi Kesurupan lagi
Part 15 Kepergian Daniel ke Kota
Part 16 Derry yang lain
Part 17 Kegelisahan Armand
Part 18 Bantuan Datang
Part 19 Flashback Perjalanan Daniel
Part 20 Menjemput Kyai di pondok pesantren
Part 21 Leluhur Armand
Part 22 titik terang
Part 23 Bertemu Pak Sobri
Part 24 Sebuah Rencana
Part 25 Akhir Merihim
Part 26 kembali ke rumah



Quote:


Quote:


Saat hari beranjak petang, larangan berkeliaran di luar rumah serta himbauan menutup pintu dan jendela sudah menjadi hal wajib di desa Alas Ketonggo.

Aretha yang berprofesi menjadi seorang guru bantu, harus pindah di desa Alas Ketonggo, yang berada jauh dari keramaian penduduk.

Dari hari ke hari, ia menemukan banyak keganjilan, terutama saat sandekala(waktu menjelang maghrib).

INDEKS

Part 1 Desa Alas ketonggo
Part 2 Rumah Bu Heni
Part 3 Misteri Rumah Pak Yodi
Part 4 anak ayam tengah malam
part 5 dr. Daniel
Part 6 ummu sibyan
Part 7 tamu aneh
Part 8 gangguan
Part 9 belatung
Part 10 kedatangan Radit
Part 11 Terungkap
Part 12 menjemput Dani
Part 13 nek siti ternyata...
part 14 kisah nek siti
part 15 makanan menjijikkan
Part 16 pengorbanan nenek
Part 17 merihim
Part 18 Iblis pembawa bencana
Part 19 rumah
Part 20 penemuan mayat
Part 21 kantor baru
Part 22 rekan kerja
Part 23 Giska hilang
part 24 pak de yusuf
Part 25 makhluk apa ini
Part 26 liburan
Part 27 kesurupan
Part 28 hantu kamar mandi
Part 29 jelmaan
Part 30 keanehan citra
part 31 end





Quote:


Quote:



INDEKS

Part 1 kehidupan baru
Part 2 desa alas purwo
part 3 rumah mes
part 4 kamar mandi rusak
part 5 malam pertama di rumah baru
part 6 bu jum
part 7 membersihkan rumah
part 8 warung bu darsi
part 9 pak rt
part 10 kegaduhan
part 11 teteh
part 12 flashback
part 13 hendra kena teror
part 14 siapa makhluk itu?
part 15 wanita di kebun teh
part 16 anak hilang
part 17 orang tua kinanti
part 18 gangguan di rumah
part 19 curahan hati pak slamet
part 20 halaman belakang rumah
part 21 kondangan
part 22 warung gaib
part 23 sosok lain
part 24 misteri kematian keisha
part 25 hendra di teror
part 26 mimpi yang sama
part 27 kinanti masih hidup
part 28 Liya
part 29 kembali ke dusun kalimati
part 30 desa yg aneh
part 31 ummu sibyan
part 32 nek siti
part 33 tersesat
part 34 akhir kisah
part 35 nasib sial bu jum
part 36 pasukan lengkap
part 37 godaan alam mimpi
part 38 tahun 1973
part 39 rumah sukarta
part 40 squad yusuf
part 41 aretha pulang

Konten Sensitif


Quote:

Kembali ke kisah Khairunisa. Ini season pertama dari keluarga Indigo. Dulu pernah saya posting, sekarang saya posting ulang. Harusnya sih dibaca dari season ini dulu. Duh, pusing nggak ngab. Mon maap ya. Silakan disimak. Semoga suka. Eh, maaf kalau tulisan kali ini berantakan. Karena ini trit pertama dulu di kaskus, terus ga sempet ane revisi.

INDEKS
part 1 Bertemu Indra
part 2 misteri olivia
part 3 bersama indra
part 4 kak adam
part 5 pov kak adam
part 6 mantra malik jiwa
part 7 masuk alam gaib
part 8 vila angker
part 9 kepergian indra
part 10 pria itu
part 11 sebuah insiden
part 12 cinta segitiga
part 13 aceh
part 14 lamaran
part 15 kerja
part 16 pelet
part 17 pertunangan kak yusuf
part 18 weding
part 19 madu pernikahan
part 20 Bali
part 21 pulang
part 22 Davin
part 23 tragedi
part 24 penyelamatan
part 25 istirahat
part 26 hotel angker
part 27 diana
part 28 kecelakaan
part 29 pemulihan
part 30 tumbal
part 31 vila Fergie
part 32 misteri vila
part 33 kembali ingat
part 34 kuliner malam
part 35 psikopat
part 36 libur
part 37 sosok di rumah om gunawan
part 38 sosok pendamping
part 39 angel kesurupan
part 40 Diner
part 41 diculik
part 42 trimester 3
part 43 kelahiran
part 44 rumah baru
part 45 holiday
part 46nenek aneh
part 47 misteri kolam
part 48 tamu



Quote:


Quote:


INDEKS

part 1 masuk SMU
part 2 bioskop
part 3 Makrab
part 4 kencan
part 5 pentas seni
part 6 lukisan
part 7 teror di rumah kiki
part 8 Danu Dion dalam bahaya
part 9 siswa baru
part 10 Fandi
part 11 Eyang Prabumulih
part 12 Alya
part 13 cinta segitiga
part 14 maaf areta
part 15 i love you
part 16 bukit bintang
part 17 ujian
part 18 liburan
part 19 nenek lestari
part 20 jalan jalak
part 21 leak
part 22 rangda
INDEKS LANJUTAN
Diubah oleh ny.sukrisna 18-05-2023 14:46
ferist123
kemintil98
arieaduh
arieaduh dan 22 lainnya memberi reputasi
21
19.6K
306
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
ny.sukrisnaAvatar border
TS
ny.sukrisna
#112
Part 32 Nek Siti
Areta segera mendekat ke Liya yang masih dalam kondisi setengah sadar. "Kakak," panggil Liya sambil berusaha menyentuh wajah Aretha

"Iya, Kakak di sini. Liya nggak apa apa kan, Sayang?" tanya Aretha cemas.

Liya hanya mengangguk dengan kondisi tubuh yang lemas. Satu persatu warga yang ditemukan di dalam gua itu terbangun. Mereka tampak lemah tak berdaya.

"Kalian baik baik saja, kan?" tanya Radit menanyai mereka satu persatu.

Saking lemasnya mereka semua tidak ada yang menjawab pertanyaan Radit hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban yang pasti.

"Kalian bisa jalan?" tanya Aretha.

Mereka semua kembali mengangguk dan berusaha untuk berdiri sesuai dengan komando Radit.

"Ayo, kita harus pergi dari sini secepatnya!" tukas Hendra yang juga membantu orang-orang itu untuk keluar dari tempat ini.

Satu persatu dari mereka berjalan keluar walau dengan tertatih tatih. Ada banyak sekali orang yang terjebak di gua tersebut selama hampir ber bulan-bulan lamanya. Areta Yang penasaran ingin bertanya mengenai banyak hal, hanya bisa mengurungkan niatnya tersebut sampai kondisi mereka benar-benar stabil. Areta yakin kalau kondisi mental mereka semua sedang tidak baik-baik saja setelah kejadian yang telah menimpa mereka. Dari sekian banyak korban sebagian besar memang anak-anak yang masih di bawah umur.

Suara anak ayam terdengar di sekitar. Awalnya samar samar, kemudian makin kencang. Aretha yang berjalan paling belakang bersama Radit, dan Hendra lantas berhenti berjalan. Dia menoleh ke belakang, menyapu pandang sekitar.

"Kenapa, Sayang?" tanya Radit sambil menatap istrinya lalu menatap sekitar.

"Kamu dengar itu?" tanya Aretha. Diam, menajamkan pendengaran dan waspada pada sekitar.

"Dengar apa?"

"Suara anak ayam maksud lo?" sahut Hendra dengan pertanyaan yang membuat Aretha mengangguk cepat.

"Lo dengar juga, kan?"

"Oh iya, aku juga dengar, Sayang. Tunggu dulu! Kalau nggak salah, dulu misalkan ada suara anak ayam seperti ini artinya ...." Radit tidak menyelesaikan kalimatnya dan langsung menatap Aretha.

Keduanya pun saling tatap dengan penuh arti. Hingga membuat Hendra mulai merajuk karena tidak mengetahui apa maksud dari perkataan Radit tadi.

"Kalian selalu begitu. Selalu pakai kode rahasia. Udah tahu, gue nggak ngerti! Masih aja pakai bahasa isyarat," omel Hendra.

"Sebaiknya kita secepatnya pergi dari sini deh, Dit," ajak Aretha.

"Iya, kamu benar! Ayo, Hen! Bahaya kalau kelamaan di sini," cetus Radit.

"Kenapa dulu? Bukannya makhluk tadi udah lenyap? Apa yang kalian takutkan?"

"Ada makhluk lain, Hen. Sepertinya dia ada di sekitar sini. Kau harus waspada!" tukas Radit.

"Makhluk lain? Apalagi? Astaga!"

Baru beberapa langkah mereka pergi meninggalkan tempat itu, bahkan belum sampai ke pintu rumah yang dijadikan jalan masuk menuju hutan aneh ini, suara tawa melengking mulai terdengar.
Orang orang yang berjalan di depan ikut berhenti sambil tampak ketakutan.

"Hen, cepat bawa orang orang itu pergi dari sini. Biar gue sama Radit yang menahan makhluk itu!" kata Aretha.

"Tapi ...."

"Udah, Hen. Sebaiknya lo cepat pergi! Kami baik baik saja! Percayalah!" tambah Radit sambil menepuk bahu Hendra.

Walau ragu-ragu, Hendra akhirnya menuruti perkataan Radit dan Areta untuk segera pergi dari tempat itu sambil membawa korban dari penculikan umum sibyan. Untungnya Radit paham betul bagaimana karakter Hendra. Dia termasuk salah satu manusia yang akan mudah menghafal jalan. Jadi Radit yakin kalau Hendra pasti paham jalan yang sebelumnya mereka lewati untuk sampai ke tempat tersebut. Sehingga Radit yakin kalau Hendra pasti bisa membawa semua korban kembali ke desa dengan selamat.

Areta dan Radit kini tinggal di dalam hutan misterius. Mereka hanya menatap orang-orang yang sudah mereka selamatkan dari kejauhan. Radit lantas meraih tangan Areta dan menggenggamnya erat. Dia tersenyum saat Areta menatap ke arahnya.

"Kita hadapi bersama, seperti sebelumnya," kata Radit.

Areta mengangguk dan tersenyum. Sekalipun ini bukanlah pertama kalinya mereka mengalami hal-hal mistis yang mencekam, tetapi tetap saja keduanya akan merasa tegang saat menghadapi para makhluk halus yang berniat buruk kepada mereka. Apalagi mereka hanya menghadapi nya berdua saja. Biasanya akan banyak bala bantuan dari teman teman yang lain, bahkan saat mereka terjebak di Dusun Kalimati beberapa tahun silam. Mereka menghadapinya dengan beramai-ramai. Hanya saja saat ini situasi berubah tetapi kereta tetap bersyukur karena masih ada Radit yang selalu berada di sisinya.

Suara tawa melengking kembali terdengar kali ini suaranya cukup jelas di telinga mereka. Aretha dan Radit lantas menatap sekitar untuk mencari di mana sosok yang memiliki suara khas tersebut. Sampai akhirnya mereka pun melihat sosok wanita yang kini sedang berdiri di salah satu pohon yang berada tak jauh dari mereka berdua. Sosok wanita dengan penampilan yang sama seperti yang biasanya mereka temui sebelumnya. Dia sedang duduk di salah satu dahan pohon sambil memperhatikan mereka berdua dengan mulut yang menganga lebar.

"Kau lagi rupanya! Aku pikir kau dan teman-temanmu sudah lenyap dari muka bumi ini! Tapi ternyata aku salah! Hanya saja kali ini aku akan memastikan kalau kalian benar-benar menghilang dari tempat ini!" kata Aretha tegas dan lantang.

Hanya saja makhluk itu tidak menyahut perkataan Areta dan hanya tertawa cekikikan seperti biasanya.

"Turun kau! Jangan terus-terusan menghindar. Dasar pengecut!" kata Radit menantang.

Tiba-tiba makhluk itu menatap Radit dengan tatapan nyalang. Sepertinya dia benar-benar tersinggung dengan apa yang dikatakan oleh Radit barusan. Makhluk hidup pun akhirnya turun dari atas pohon dengan terbang melayang ke bawah. Dia berdiri tepat di hadapan Radit dan Areta. Areta mundur selangkah sementara Radit mengulurkan tangannya ke samping untuk menutupi sebagian tubuh Areta.

"Kalian kembali?" tanya Makhluk itu sambil menyeringai.

"Yah, kami kembali! Kenapa? Aku pikir kalian sudah musnah. Tapi ternyata kalian masih berada di desa ini bahkan menyebarkan teror yang lebih jauh. Sepertinya kalian Tidak kapok dengan apa yang sudah terjadi dulu!" Radit tampak berani. Tidak ada sedikitpun perasaan takut saat mengatakan hal itu di depan makhluk mengerikan yang sebenarnya sudah agak lama tidak mereka lihat dan temui.

"Hihihihihi. Kalian pikir kalian itu hebat? Buktinya kami masih berada di tempat ini sampai sekarang!"

"Baiklah. Kalau begitu kalian akan kami musnahkan detik ini juga!"

"Coba saja kalau bisa!"

Sosok kuntilanak itu mendorong tangannya ke depan dan membuat Areta dan Radit justru jatuh berguling ke belakang. Dia lantas tertawa saat melihat lawannya langsung kalah saat pertama kali menyerang. Hanya saja Radit dan Areta tidak akan mau menyerah. Mereka sekarang bangkit dan menyiapkan serangan balasan. Keduanya lantas melantunkan doa-doa seperti biasanya. Radit juga sudah diajarkan doa-doa tersebut oleh Yusuf.

"Hentikan! Hentikan!" jerit Kuntilanak itu sambil menutup telinganya.

Tapi Radit dan Areta justru semakin gencar melantunkan doa-doa tersebut dan bahkan mengeraskan nada bicara mereka. Sosok kuntilanak makin kesakitan. Telinganya bahkan mulai mendengarkan cairan yang membuat jeritannya makin cumakkan telinga. Tiba-tiba makhluk itu terbang melayang dan langsung berada di atas tubuh Areta. Dia mencekik leher Areta dengan posisi menaiki pundak wanita itu dan membuat Aretha dan Radit kehilangan fokus untuk membaca doa.

Melihat istrinya sedikit kewalahan Radit pun akhirnya bergerak untuk membantu Aretha. Dia berusaha untuk melepaskan sosok wanita itu dari tubuh Aretha. Hanya saja tentu itu tidak akan mudah. Justru kini ada sebuah sulur panjang dari akar tanaman yang bergerak mendekati Radit dan menarik kaki pemuda itu hingga membuatnya tergantung di atas pohon. Radit menjerit dan tampak sangat kesal.

"Hei! Lepaskan aku! Lepaskan!" kata Radit dengan suara yang menggema ke sekitar.

Tiba-tiba saja muncul bayangan seseorang yang berdiri tepat di depan Aretha. Aretha yang mulai kehabisan nafas, hanya bisa melihat sekilas sosok di hadapannya. Kain jarik yang ada di bagian bawah tubuh sosok tersebut sangat tidak asing baginya. Bahkan Areta bisa mengenali aroma tubuh dari sosok yang kini berdiri di hadapannya.

"Ne—nek? Si—ti," ucap Aretha.

.
.
.
Beberapa tubuh yang disinyalir masih bernyawa itu terus digoyahkan oleh Aretha. Dia sama sekali tidak ingin jika ada beberapa orang tertinggal di dalamnya. Hingga Aretha dibantu oleh Radit terus berjalan cepat untuk membangunkan orang demi orang di tempat itu.

Seperti tengah mendapat bantuan dari kuasa sang ilahi, pergerakan dari Areta juga Radit terlihat sangat sigap dan menyisakan ruang kosong yang penuh dengan bebatuan.

"Bagaimana semuanya selesai?" tanya Radit membuka matanya lebar ke arah Hendra. Ia tak ingin mendengar kabar buruk selanjutnya, pasalnya nafasnya sudah cukup terkuras dengan aktifitas mengerikan itu.

Hendra juga tak ingin merasakan bulu kuduknya yang masih berdiri tegak seperti tertiup oleh hembusan angin fiktif itu. Ia hanya fokus pada penyelamatan di tengah ketakutannya.

Bongkahan batu alam yang sudah penuh dengan lukut hijau, mempersulit semua jalur evakuasi. Tapi, semua di lakukan dengan kekompakan antara ketiga insan itu 

"Okai, semua selesai." Hendra mengibas debu di kedua telapak tangannya.

"Belum ...," sambar Aretha menggema di lorong itu. 

Kedua pasang mata itu sontak menoleh kebelakang, dan melihat Aretha yang tergopoh-gopoh menahan beban berat dari tubuh liya sahabatnya.

"Aretha?" Radit lekas menyambar dengan cepat menolong Aretha yang sedang kesulitan.

"Tolong bantu Liya keluar ya, Hendra! Ada seorang lagi di dalam sana. Aku harus menolongnya."

"Aku ikut kamu Aretha!" Radit dengan cepat menyambar setelah memberikan tubuh liya kepada Hendra. Hendra pun menyambut Liya dengan menyampirkan sebelah tangannya di atas pundak. Beban itu terasa berat di pundak Hendra. Namun perjuangan tak sampai di sana. Suasana merinding semakin mencekam saat itu.

Aroma bunga kantil cukup menyengat dan masuk ke rongga hidung membuat Hendra menutup hidungnya sambil berjalan melakukan pertolongan.

"Kita kemana lagi?" Tanya Radit yang sudah terpisah ruang dan jarak dengan Hendra. Di luar terlihat ruangan dan gerbang pintu yang sangat kecil, namun lain dengan isi ruang tersebut yang bak istana kegelapan. Penuh dengan dunia keanehan.

"Ayo ikut aku!" ajak Aretha menarik tangan Radit dengan erat. "Aku masih melihat seseorang di sana," lanjut ucap Aretha yang penuh denga pikiran horor di kepalanya.

Meski Aretha terus berpikiran aneh, tapi dia masih meneguhkan pendiriannya agar tidak lantas di kuasai oleh ketakutan. Ia mengumpulkan keberaniannya untuk menapaki beberapa jalanan becek berlendir dan sangat bau.

"Hati-hati nanti jatuh!" Radit perhatian dengan membantu menegakkan tubuh Aretha yang hampir terpeleset.

"Makasih ya, ayo cepat!" Aretha kembali fokus dengan arah yang akan ia datangi.

Semakin dalam berjalan, ruangan lorongbitu semakin gelap. Aretha tak kuasa melangkah di kegelapan. Matanya seperti sedang ditutup sebuah bayangan besar, namun ketika ia mengedipkan mata masih terasa ringan karena di depan kelopak mata itu tak ada apa-apa.

Keanehan terasa oleh Aretha ketika dirinya tak lantas mendapatkan genggaman dari Radit.

"Radit kamu masih di situ kan?" tanya Aretha memastikan pria itu masih berada di belakang punggungnya.

Setahunya Radit terus berjalan mengekor di belakangnya beberapa detik yang lalu. Ketika Aretha mengibas kedua tangannya untuk memindai keberadaan Radit, ternyata Radit sudah tidak ada di sampingnya.

"Radit di mana kamu?" teriak Aretha menggema ketakutan. Ia takut terjadi sesuatu hal pada diri Radit.

"Aku di sini, tolong aku Aretha!" balas Radit menggema begitu kencang. Aretha terkejut saat melihat Radit tengah berada di dalam ikatan akar pohon yang sangat besar. 

Jiwa ingin menolong Aretha memuncak, namun tak punya daya apapun untuk membantu Radit. ia terus mendongak mencari sosok orang yang ingin dia cari sebelumnya. 

"Sabar, aku cari akal dulu, Radit. Sabar di sana ya!" Radit tetap meronta ingin melepaskan diri dari ikatan akar itu.

"Cepetan Aretha!"

Ketika Aretha mendongak untuk kedua kalinya, Aretha tercengang hebat. Ia melihat sosok wanita berkulit keriput yang sangat familiar di hidupnya. 

"Ne-nek Siti?" Aretha tak percaya bisa bertemu wanita paruh baya itu. Matanya berbinar seketika, ia tak bisa mengucapkan apapun lagi selain terkesiap karena masih bisa di pertemukan dengan nenek tua itu.

"Nak' Aretha ... tolong nenek nak!" Suara gambar dari Nenek tua itu membangunka Aretha dari kebahagiaan sesaat ya. Aretha sangat senang atas pertemuan itu. ia berjalan mendekat ke arah Nenek Siti hendak membantunya. Sosok wanita tua itu cukup memberikan stimulus pada Aretha untuk tetap tegar. 

"Nek, ayo Aretha bantu untuk keluar dari sini. Nenek pegang tangan Aretha ya!" pinta Aretha perlahan mendekat dan menyampirkan kedua tangannya hampir sampai di pergelangan nenek tua itu.

Alih-alih tertangkap, tiba-tiba saja tubuh Aretha terasa sakit seperti ada hal yang menghalanginya. Ia berusaha menggerakkan sekujur tubuhnya namun semakin ia bergerak, energi negatif itu semakin mencengkramnya.

"Nek Siti ... Ayo pegang tanganku!"

Nenek Siti itu hanya bisa menggeleng, seperti sedang berpikir di tengah himpitan itu.

Prak.

Detik kemudian tubuh Aretha terlempar mental cukup jauh. Semburat darah segar keluar dari mulut Aretha saat dirinya terpental cukup kencang.

"Nak Aretha?" Teriak Nenek.

Bersamaan dengan itu, tiba-tiba saja ikatan dari akar besar yang melilit tubuh Radit terlepas. Radit loncat dari ketinggian dan merasa lega karena jauh dari akar itu. Melihat Aretha terkapar, Radit lekas berlari menghampirinya.

Lain dengan Nenek Siti yang tak bisa diam saat itu. Dia membelalakan mata mengarah ke sebuah wanita berkain putih dengan rambut panjang membentang hingga ujung kakinya.

"Heh, kuntilanak. Ayo lawan aku kalau berani. Selama ini aku diam, bukan berarti takut pada kalian. Tapi melihat cucu saya di perlakukan seperti itu, aku tidak terima," tantang Nenek Siti pada sosok kuntilanak yang tengah menampakan wujud seramnya.

"Nek Siti ... Jangan Nek!" Aretha berusaha menahan nenek itu, namun tidak kuasa menahan sakit dari area dadanya dan menjalar ke arah punggungnya.

"Kami tidak apa-apa Aretha?" tanya Radit semakin khawatir.

"Tidak. Aku tidak apa-apa. Hanya saja aku tidak mau nek Siti kenapa-napa," pekik Aretha hendak berdiri.

Sebuah pertarungan sengit terlihat di pelupuk mata Aretha juga Radit. Mereka duduk di pinggiran gua itu dan mencoba mendorong dengan doa-doa yang bisa mereka kumandangkan.

Beberapa lama pertarungan berlangsung, Nenek Siti tak bisa menahan dirinya atas keterbatasannya. Dia yang sudah tua, dan tak bernyawa hanya bisa mengandalkan kekuatan terakhirnya hingga Nek Siti pun di kalahkan oleh kuntilanak itu. Tawa kemenangan menggema di ruang gua itu.

"Lari ... Ayo lari kalian!" titah Nek Siti pada Radit juga Aretha yang tak bertenaga.
bejo.gathel
3.maldini
kemintil98
kemintil98 dan 4 lainnya memberi reputasi
5