Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ny.sukrisnaAvatar border
TS
ny.sukrisna
story keluarga indigo.

Quote:



KKN Di Dusun Kalimati

Quote:


Kembali ke awal tahun 1990an . Dusun Kalimati kedatangan sekelompok mahasiswa yang hendak KKN. Rupanya salah satu peserta KKN adalah Hermawan, yang biasa dipanggil dengan nama Armand. Dia adalah Kakek Aretha, yang tidak lain adalah ayah Nisa.

Bagai de javu, apa yang dialami oleh Armand juga sama mengerikannya seperti apa yang Aretha alami Di desa itu. Di masa lalu, tempat ini jauh lebih sakral daripada saat Aretha tinggal di sana. Berbagai sesaji diletakkan di beberapa sudut desa. Warga masih banyak yang memeluk kepercayaan memberikan sesaji untuk leluhur. Padahal leluhur yang mereka percayai justru seorang iblis yang sudah hidup selama ribuan tahun.

Banyak rumah yang kosong karena penghuninya sudah meninggal, dan Armand bersama teman temannya justru tinggal di lingkungan kosong itu. Rumah bekas bunuh diri yang letaknya tak jauh dari mereka, membuat semua orang was was saat melewatinya. Apalagi saat malam hari.








INDEKS

Part 1 sampai di desa
Part 2 rumah posko
part 3 setan rumah sebelau
Part 4 rumah Pak Sobri
Part 5 Kuntilanak
Part 6 Rumah di samping Pak Sobri
Part 7 ada ibu ibu, gaes
Part 8 Mbak Kunti
Part 9 Fendi hilang
Part 10 pencarian
Part 11 proker sumur
Part 12 Fendi yang diteror terus menerus
Part 13 Rencana Daniel
Part 14 Fendi Kesurupan lagi
Part 15 Kepergian Daniel ke Kota
Part 16 Derry yang lain
Part 17 Kegelisahan Armand
Part 18 Bantuan Datang
Part 19 Flashback Perjalanan Daniel
Part 20 Menjemput Kyai di pondok pesantren
Part 21 Leluhur Armand
Part 22 titik terang
Part 23 Bertemu Pak Sobri
Part 24 Sebuah Rencana
Part 25 Akhir Merihim
Part 26 kembali ke rumah



Quote:


Quote:


Saat hari beranjak petang, larangan berkeliaran di luar rumah serta himbauan menutup pintu dan jendela sudah menjadi hal wajib di desa Alas Ketonggo.

Aretha yang berprofesi menjadi seorang guru bantu, harus pindah di desa Alas Ketonggo, yang berada jauh dari keramaian penduduk.

Dari hari ke hari, ia menemukan banyak keganjilan, terutama saat sandekala(waktu menjelang maghrib).

INDEKS

Part 1 Desa Alas ketonggo
Part 2 Rumah Bu Heni
Part 3 Misteri Rumah Pak Yodi
Part 4 anak ayam tengah malam
part 5 dr. Daniel
Part 6 ummu sibyan
Part 7 tamu aneh
Part 8 gangguan
Part 9 belatung
Part 10 kedatangan Radit
Part 11 Terungkap
Part 12 menjemput Dani
Part 13 nek siti ternyata...
part 14 kisah nek siti
part 15 makanan menjijikkan
Part 16 pengorbanan nenek
Part 17 merihim
Part 18 Iblis pembawa bencana
Part 19 rumah
Part 20 penemuan mayat
Part 21 kantor baru
Part 22 rekan kerja
Part 23 Giska hilang
part 24 pak de yusuf
Part 25 makhluk apa ini
Part 26 liburan
Part 27 kesurupan
Part 28 hantu kamar mandi
Part 29 jelmaan
Part 30 keanehan citra
part 31 end





Quote:


Quote:



INDEKS

Part 1 kehidupan baru
Part 2 desa alas purwo
part 3 rumah mes
part 4 kamar mandi rusak
part 5 malam pertama di rumah baru
part 6 bu jum
part 7 membersihkan rumah
part 8 warung bu darsi
part 9 pak rt
part 10 kegaduhan
part 11 teteh
part 12 flashback
part 13 hendra kena teror
part 14 siapa makhluk itu?
part 15 wanita di kebun teh
part 16 anak hilang
part 17 orang tua kinanti
part 18 gangguan di rumah
part 19 curahan hati pak slamet
part 20 halaman belakang rumah
part 21 kondangan
part 22 warung gaib
part 23 sosok lain
part 24 misteri kematian keisha
part 25 hendra di teror
part 26 mimpi yang sama
part 27 kinanti masih hidup
part 28 Liya
part 29 kembali ke dusun kalimati
part 30 desa yg aneh
part 31 ummu sibyan
part 32 nek siti
part 33 tersesat
part 34 akhir kisah
part 35 nasib sial bu jum
part 36 pasukan lengkap
part 37 godaan alam mimpi
part 38 tahun 1973
part 39 rumah sukarta
part 40 squad yusuf
part 41 aretha pulang

Konten Sensitif


Quote:

Kembali ke kisah Khairunisa. Ini season pertama dari keluarga Indigo. Dulu pernah saya posting, sekarang saya posting ulang. Harusnya sih dibaca dari season ini dulu. Duh, pusing nggak ngab. Mon maap ya. Silakan disimak. Semoga suka. Eh, maaf kalau tulisan kali ini berantakan. Karena ini trit pertama dulu di kaskus, terus ga sempet ane revisi.

INDEKS
part 1 Bertemu Indra
part 2 misteri olivia
part 3 bersama indra
part 4 kak adam
part 5 pov kak adam
part 6 mantra malik jiwa
part 7 masuk alam gaib
part 8 vila angker
part 9 kepergian indra
part 10 pria itu
part 11 sebuah insiden
part 12 cinta segitiga
part 13 aceh
part 14 lamaran
part 15 kerja
part 16 pelet
part 17 pertunangan kak yusuf
part 18 weding
part 19 madu pernikahan
part 20 Bali
part 21 pulang
part 22 Davin
part 23 tragedi
part 24 penyelamatan
part 25 istirahat
part 26 hotel angker
part 27 diana
part 28 kecelakaan
part 29 pemulihan
part 30 tumbal
part 31 vila Fergie
part 32 misteri vila
part 33 kembali ingat
part 34 kuliner malam
part 35 psikopat
part 36 libur
part 37 sosok di rumah om gunawan
part 38 sosok pendamping
part 39 angel kesurupan
part 40 Diner
part 41 diculik
part 42 trimester 3
part 43 kelahiran
part 44 rumah baru
part 45 holiday
part 46nenek aneh
part 47 misteri kolam
part 48 tamu



Quote:


Quote:


INDEKS

part 1 masuk SMU
part 2 bioskop
part 3 Makrab
part 4 kencan
part 5 pentas seni
part 6 lukisan
part 7 teror di rumah kiki
part 8 Danu Dion dalam bahaya
part 9 siswa baru
part 10 Fandi
part 11 Eyang Prabumulih
part 12 Alya
part 13 cinta segitiga
part 14 maaf areta
part 15 i love you
part 16 bukit bintang
part 17 ujian
part 18 liburan
part 19 nenek lestari
part 20 jalan jalak
part 21 leak
part 22 rangda
INDEKS LANJUTAN
Diubah oleh ny.sukrisna 18-05-2023 14:46
ferist123
kemintil98
arieaduh
arieaduh dan 22 lainnya memberi reputasi
21
19.6K
306
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
ny.sukrisnaAvatar border
TS
ny.sukrisna
#99
Part 19 Curahan Hati Pak Slamet
Pintu dibuka perlahan. Aretha terus memperhatikan suasana di luar. Dia jelas jelas mendengar ada suara langkah orang yang sedang berlarian di ruang tengah. Tetapi saat pintu kamarnya dibuka, Aretha tidak menemukan siapa pun di sana.

Notifikasi grup di ponselnya berdering beberapa kali. Dia tahu kalau teman-temannya mulai memberondong nya dengan pesan-pesan lewat grup WhatsApp mereka. Hanya saja peta belum berniat untuk melihat apa yang mereka tulis Karena kini dia lebih fokus dengan suasana di rumahnya.

Suasana di ruang tengah, lantai dua dan dapur sepi. Tidak ada terlihat satupun orang atau sosok di sana. Posisi kamar kereta memang sangat strategis bisa melihat seluruh tempat di rumah ini kecuali ruang tamu.

Tiba-tiba di kakinya terasa ada seseorang yang menyentuh ujung bajunya. Aretha bersentuhan dengan sesuatu yang terasa dingin. Sontak dia menoleh ke samping. Sosok itu terlihat. Sosok anak kecil, perempuan, tengah terkekeh setelah menarik narik ujung bajunya lalu berlari ke dalam kamar.

Aretha terkejut, lalu memperhatikan sekitar kamarnya. Sosok itu menghilang. Tapi dia yakin betul kalau baru saja Ada sosok anak kecil yang telah menampakkan wujudnya di depan Areta. 

"Siapa kamu?" tanya Aretha setengah menjerit.

"Hihihihi." Hanya ada suara tawa Anak kecil seakan-akan sedang meledek Areta. Wujudnya sudah tidak lagi terlihat di manapun Aretha mencari.

Braak!

Lagi-lagi pintu kamar utama yang berada di lantai dua terdengar menutup dengan keras. Ini memang sangat aneh karena wanita yakin betul kalau pintu kamar itu sudah ia tutup dan dikunci dari luar. Tapi kenapa selalu ada suara keras yang berasal dari pintu kamar tersebut. Areta yang masih berdiri di ambang pintu lantas menoleh ke kamar utama yang berada di lantai dua tersebut.

"Bener bener! Lo pada kebangetan ngerjain gue! Awas aja, ya!" ujar Aretha.

Dia kini berniat untuk menghampiri sosok yang mungkin sedang bersembunyi di kamar utama di lantai dua. Tanpa ragu-ragu lagi Areta berjalan dengan cepat dan mantap menaiki tangga. Aretha tampak sangat kesal. Sudah beberapa hari lamanya dia merasa diteror oleh kehadiran makhluk halus yang ada di rumah itu. Sepertinya dia sudah sangat lelah dan muak dengan gangguan-gangguan tersebut.

Sampai di pintu kamar utama lantai 2 tersebut, Aretha berhenti di depan pintu sejenak. Bukan untuk mengumpulkan keberanian karena dia memang sedang tidak takut dengan kehadiran makhluk tak kasat mata yang ada di rumah itu. Melainkan mengumpulkan tenaga untuk mengumpat siapapun yang berada di dalamnya.

Saat Areta membuka pintu itu, rupanya terkunci. Dia mengernyitkan kening. Dirinya sadar betul kalau beberapa menit yang lalu dia mendengar kalau pintu kamar ini menutup dengan cukup keras yang artinya pintu Ini seharusnya tidak terkunci. Karena kesal Areta terus menggerak-gerakan gagang pintu dengan penuh emosi.

"Heh! Setan! Keluar lo! Sialan! Jangan ngerjain gue mulu! Jangan cemen lo! Kalau emang lo mau nunjukin wujud ke gue, TUNJUKIN! BRENGSEK! SIALAN!" Arena terus mengumpat dengan emosi. Tidak hanya itu saja dia juga memukul-mukul pintu itu seakan-akan tantangannya benar-benar serius. Ketakutan yang selama ini ia rasakan semenjak berada di rumah itu tiba-tiba langsung hilang. Dia lelah dengan drama petak umpet dari makhluk yang menghuni rumah tersebut.

Tiba-tiba pintu kamar itu terbuka sendiri. Kondisi di dalam kamar yang gelap membuat area tadi yang sejenak untuk mengintip dari luar. Dia ingin memastikan Siapa yang ada di dalam sana. Tapi tiba-tiba tangannya diraih oleh seseorang. Saat Areta menoleh Ada sesosok anak kecil yang tadi berkeliaran di kamarnya. Anak kecil itu tidak lagi tertawa seperti sebelumnya. Dia menatap Aretha serius lalu menggeleng pelan. Gestur tubuhnya seakan-akan menyuruh Aretha untuk tidak masuk ke dalam.

"Kenapa?" tanya Aretha.

Tapi sosok anak kecil itu tidak menjawab apapun. Saat arena fokus pada sosok anak kecil yang ada di sampingnya itu, dari dalam kamar ada suara menggeram. Sontak Areta kembali melihat ke dalam kamar. Dia Yang penasaran dengan sosok yang ada di dalam kamar, kembali melangkahkan kaki untuk bisa masuk ke dalam kamar tersebut. Lagi-lagi anak kecil itu menarik tangan Aretha dan menahannya agar tidak masuk ke dalam sana. Anak itu kembali menggeleng. Namun saat sosok anak kecil itu melihat ke pintu kamar, dia seperti terkejut melihat sesuatu yang ada di dalam sana dan langsung pergi meninggalkan Areta. Seperti sedang ketakutan akan sesuatu.

"Hei, kamu ke mana?" tanya Aretha menjerit sambil tengak tengok sekitar mencari keberadaan anak kecil tadi. Hanya saja sosok anak kecil itu tidak lagi terlihat di manapun berada.

Aretha kembali menatap ke pintu kamar yang terbuka sedikit. Dia yakin betul Ada sosok lain di dalam kamar tersebut yang membuat anak kecil tadi ketakutan.

'Siapa, ya? Apa sosok perempuan berbaju merah?' tanya Aretha dalam hati. ' tapi sosok itu biasanya ada di kebun teh depan rumah. Rasanya nggak mungkin dia.'

" Assalamualaikum. Sayang. Areta, kamu di mana?" tanya seseorang yang baru saja membuka pintu depan. Radit segera masuk ke dalam rumah dengan tergesa-gesa dan langsung menuju ke arah kamar mereka. Dia benar-benar terlihat cemas akan keselamatan Areta, istrinya.

Melihat Kalau Radit sudah pulang Akhirnya Areta pun memutuskan untuk menemui suaminya itu.

"Aku di sini, Dit!" jerit Aretha yang akhirnya memutuskan untuk turun.

Radit yang baru saja masuk ke kamar lantai segera keluar lagi. Dia bingung saat melihat Areta baru saja turun dari tangga. " Kamu ngapain sayang di sana? Kamu baik-baik aja kan?" tanya Radit.

"Aku nggak apa apa kok, Dit."

Begitu keduanya sudah berhadapan Radit lantas memeriksa kondisi istrinya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Bahkan dia juga menatap kedua bola mata Aretha lekat-lekat.

"Serius? Dari tadi aku teleponin kamu tapi nggak diangkat-angkat. Teman-teman yang lain juga khawatir mereka terus kirim pesan di grup dari tadi. Kamu nggak buka handphone?"

"Enggak. Waktu aku chat yang terakhir itu, aku langsung keluar kamar, jadi aku nggak lihat handphone lagi."

"Terus ada apa? Ada yang ganggu kamu lagi?" tanya Radit sambil tengak tengok sekitar, terutama lantai dua rumah itu.

" Iya gitu deh. Dari awalnya aku dengar suara orang lari-larian di ruang tengah sini, tapi pas aku cek malah suara itu pindah ke kamar dan ternyata itu adalah anak kecil yang lagi lari-larian gitu."

" Terus kenapa kamu ada di lantai 2 Memangnya kamu lagi ngapain??"

" setelah anak kecil itu hilang aku dengar suara pipa yang nutup keras banget dan aku yakin itu berasal dari pintu kamar utama. Aku kesel, Dit. Setiap hari diteror terus sama mereka. Jadinya aku samperin ke sana."

"Astaga, Sayang. Kenapa kamu malah jadi nekat gitu sih?"

"Sebel. Aku capek tahu, Dit. Setiap hari ada aja teror di rumah ini Entah di dalam rumah ataupun di luar rumah. Yang aku heran, ternyata di rumah ini ada lebih dari satu sosok makhluk tak kasat mata."

"Di dalam rumah? Memangnya Apa yang kamu lihat?"

" sepertinya ada sosok yang menempati kamar utama di atas. Dan sosok itu bukan sosok anak kecil yang biasanya aku lihat selama ini. Justru anak kecil itu malah takut waktu dia lihat kan kamar utama."

" tapi kamu nggak masuk ke dalam kamar itu kan? Udah deh mendingan renovasi kamar mandinya berhenti aja. Kunci aja terus kamar itu dan gak usah di apa-apain," tutur Radit tampak sebal.

" kenapa gitu kan udah kepalang tanggung kita udah beli bahan material buat renovasi kamar itu. Sayang banget kalau misalnya nggak jadi sampai selesai."

"Daripada kamu terus-terusan di teror gini."

" Terus mau kamu ngapain kamar itu dibiarin gitu aja?"

"Iya. Kunci aja selamanya."

"Dit, justru kalau kita tahu di sana ada yang menghuni seharusnya kita rapikan, kita bersihkan, dan kita pakai untuk salat misalkan atau kita bacakan Alquran di sana. Jangan malah dibiarin aja justru akan membuat catatan itu lebih senang. Lagi pulang kamu mau gembok pintu kamar itu Sekalipun Aku yakin pintu itu akan bisa dengan mudah buka dan tutup seperti selama ini."

"Hem. Serba salah. Ya sudah."

Ratno tersedak kopi yang baru saja dia minum. Dia menoleh ke Aretha karena pertanyaan wanita itu yang baru saja mengejutkannya.

"Jadi Mbak Aretha di ganggu anak kecil di rumah?"

"Iya, Pak. Jadi bener itu adalah Keisha anaknya Pak Ibrahim yang katanya meninggal di rumah ini, dan dimakamkan di halaman belakang rumah?" tanya Aretha serius sambil menatap Pak Slamet dan Ratno.

Kedua pria itu hanya saling tatap seakan-akan ragu untuk membahas masalah ini.

"Nggak apa-apa cerita aja sama saya. Saya nggak papa kok," ujarnya agar dua orang di depannya itu mau terbuka perihal masalah ini.

"Kalau memang mbak Areta melihat penampakan sosok anak kecil perempuan mungkin itu memang Keisha. Karena selama kami ada di desa ini penampakan anak kecil yang biasanya terlihat di sekitar rumah ini hanyalah Keisha saja," jelas Pak Slamet.

"Terus kalau sosok perempuan di depan sana, siapa, Pak?" tanya Aretha sambil menunjuk ke kebun teh depan rumah.

Sontak kedua pria itu menatap ke arah yang Areta tunjuk. Lagi-lagi Ratno dan Pak Slamet tampak kebingungan untuk menjawab pertanyaan Areta.

"Perempuan yang mana, ya, Mbak?" tanya Ratno.

"Biasanya saya melihat perempuan itu berdiri di tengah kebun teh sana. Dia pakai gaun warna merah. Berdiri di tengah kebun dan hanya memperhatikan rumah ini. Kira-kira itu siapa ya? Apa dia juga salah satu sosok yang sering menampakan diri di desa ini, selain Keisha?" Tanya Areta lagi.

Ratno kini menatap Pak Slamet. Sementara pria paruh baya itu tampak menunduk dengan raut wajah yang sedih. Areta mengerti alasan Pak Slamet melakukan hal itu. Tetapi dia pura-pura tidak tahu dan sengaja menanyakan hal ini untuk mendapatkan penjelasan yang lebih akurat dari Pak Slamet sendiri.

"Apa mungkin itu Kinanti, Pak?" tanya Ratno.

" Kinanti? Siapa Kinanti? " tanya Areta menatap kedua pria itu bergantian.

" Kinanti itu anak pertama saya. Kakaknya Ridho."

"Ya ampun. Jadi maksudnya Kinanti itu sudah meninggal Pak?" tanya Areta lagi dengan ekspresi bingung terkejut yang menjadi satu. " Memangnya kenapa, Pak? Eh, tapi saya minta maaf sebelumnya, kalau pertanyaan saya membuat Pak Slamet jadi sedih, dan Kalau Pak Slamet nggak mau menjawab pertanyaan saya juga nggak apa-apa kok, Pak."

"Hem, bukan begitu, Mbak. Saya baik-baik saja kok. Cuma kaget aja kalau tiba-tiba mbak Areta bercerita seperti itu. Padahal mbak Areta belum ada satu bulan tinggal di sini, tapi justru malah sering melihat penampakan Kinanti, anak saya. Sementara saya sebagai ayahnya tidak pernah ditampakkan apapun selama ini."

Mereka melirik ke arah Ratno. Kayaknya mengkerut seperti sedang bertanya kepada Ratno tentang situasi yang sedang terjadi sekarang.

"Eh, Pak. Mungkin karena Mbak Areta adalah orang yang sensitif, yang memiliki kemampuan melihat makhluk-makhluk yang tidak tampak oleh kita. Soalnya Mbak Areta ini dulu adalah orang yang pernah tersesat di Dusun Kalimati, Pak. Pak Slamet Ingatkan cerita itu?" tanya Ratno.

"Dusun Kalimati? Oh, yang kejadian dulu itu, To? Mbak Aretha yang tinggal di dusun itu, padahal di sana nggak ada kehidupan?" Tanya Pak Slamet antusias.

"Iya. Mbak Aretha sama temannya yang kemarin di dusun itu, Pak. Jadi otomatis kan mereka berinteraksi sama makhluk di sana. Jadi pasti Mbak Areta itu sensitif terhadap makhluk halus. Iya, kan, Mbak?" tanya Ratno

"Eh, eum, iya. Hehe. Yah, begitulah, Mas Ratno. Jadi kalau misal membahas tentang sensitif, ya memang saya sensitif sama keberadaan makhluk halus. Kebetulan saya punya saudara kembar, dan saudara kembar saya juga sama seperti saya. Makanya waktu datang ke sini... Saya nggak terlalu kaget tentang gangguannya mereka. Cuma penasaran aja sih lebih tepatnya. Tapi bener? Kalau Keisha itu dikuburkan di belakang rumah?" tanya Aretha kembali ke topik pembicaraan.

"Kalau Keisha memang benar di makamkan di belakang rumah ini, Mbak. Kan ada batu nisan nya di belakang dekat pohon beringin. Mbak Aretha belum pernah jalan jalan ke belakang rumah, ya?" tanya Pak Slamet.

'Hah? Batu nisan? Pohon beringin? Lengkap sudah!' batin Aretha.

"Oh belum, Pak. Saya lupa kalau rumah ini punya halaman belakang. Memangnya di belakang rumah itu ada apa aja Pak? Selain makam," tanya Aretha.

"Ada kebun dan kolam ikan. Wah, Mbak Aretha harus lihat. Karena pasti akan suka," ujar Pak Slamet.

"Hehe. Mungkin saya akan suka, kalau nggak ada makam nya," kata Aretha cengengesan.

Ratno ikut tertawa begitupun Pak Slamet. Mereka bertiga sedang duduk di teras rumah sambil menikmati camilan yang sudah dibeli oleh Bu Jung di warung Bu Darsi. Siang itu pekerjaan di kamar mandi lantai 2 sudah dalam tahap setengah jadi. Pendapat Radit tentang berhenti meneruskan pekerjaan tersebut tidak dihiraukan Areta. Dia justru ingin kamar mandi di lantai 2 itu segera selesai diperbaiki.

"Mengenai Kinanti, saya sendiri pun tidak tahu apakah dia masih hidup atau sudah meninggal," kata Pak Slamet tiba tiba.

Tawa Areta dan Ratno meredup. Apalagi saat melihat wajah Pak Slamet tampak serius.

" Sebenarnya apa yang terjadi dengan Kinanti, Pak? Apa dia diculik atau bagaimana. Kenapa Pak Slamet selaku orang tuanya justru tidak tahu keberadaan Putri bapak sendiri?" Mereka sadar kalau pertanyaannya pasti sedikit menyakiti hati Pak Slamet. Tetapi apalah daya terkadang Areta memang suka cepat-ceplos dalam bertutur kata. Apalagi dia sudah sejak lama diliputi rasa penasaran terhadap sosok wanita bergaun merah yang sering ia lihat di desa ini, terutama di kebun teh depan rumah.

"kejadian itu sudah sangat lama terjadi. Tiba-tiba Kinanti tidak ada di rumah dan sudah tidak pulang hampir 3 hari lamanya. Akhirnya saya melaporkan hal itu ke pihak polisi. Saya memang tidak tahu ke mana anak saya pergi. Yang saya khawatirkan adalah anak saya diculik atau terjadi hal buruk kepada dia karena Kinanti bukan tipe anak yang pemberontak. Dia sangat menurut dan baik selama ini. Malam itu saya baru tahu kalau ternyata sebelum Kinanti menghilang dia habis bertengkar dengan istri saya."

"Sama Bu Jum? Memangnya ada masalah apa Pak?"

"Kata istri saya, cuma masalah sepele. Katanya Kinanti ingin pergi ke kota karena hidup di desa yang penuh dengan keterbatasan. Dia ingin bisa meraih cita-citanya. Sejak kecil Kinanti ingin bisa bekerja di kantoran. Tetapi kami ini hanya warga desa biasa dan Kinanti pun hanya sekolah sampai SMP saja karena keterbatasan biaya. Jadi rasanya tidak mungkin kalau dia bisa bekerja di kantoran seperti orang-orang kebanyakan. Tapi kata bu Jum Ki nanti ngotot minta izin untuk pergi ke kota karena ada panggilan kerja di salah satu kantor di Jakarta. Karena alasan itulah mereka bertengkar dan tiba-tiba Kinanti pergi dari rumah. Begitulah ceritanya sebelum Kinanti hilang."

"Oke, kalau memang ceritanya seperti itu ada kemungkinan kalau Kinanti itu memang pergi ke kota kan, Pak? Tapi kenapa bapak bilang kalau Kinanti bisa saja sudah meninggal. Memangnya ada buktinya?"

" satu minggu setelah kami melaporkannya ke polisi tiba-tiba ada yang menemukan pakaian yang dipakai oleh Kinanti saat hari terakhir Dia terlihat. Gaun merah. Dan itu ditemukan di sungai yang ada di bawah tebing. Melihat pakaian Kinanti di sana pikiran buruk tentu saja mulai muncul, kan Mbak Areta. Saya jadi berpikir kalau sebenarnya Kinanti itu belum pergi ke kota tapi malah sudah meninggal. Entah bagaimana dia meninggal, tapi pakaian yang terakhir dia kenakan memang itu dan akhirnya Saya dan istri saya sudah merelakan kepergian Kinanti."

" jadi sekalipun sudah dilaporkan ke polisi nggak ada hasil sama sekali Pak? Bahkan sampai sekarang?"

"Nggak ada, mbak. Makanya saya sedikit kaget waktu Mbak Areta bilang melihat sosok perempuan dengan Gaun Merah di sekitar sini. Karena bukan hanya Mbak Arah tak saja yang pernah melihat ada sosok wanita bergaun merah di desa ini Tapi beberapa warga lain juga pernah melihatnya dan mereka meyakini kalau itu adalah Kinanti."

"Hem, jadi begitu, ya. Ya sudah nanti coba saya cari tahu lagi ya pak. Siapa tahu nanti saya melihat Kinanti lagi. Kalau memang dia muncul saya akan coba mengajak dia berbicara."

"Eh, serius, Mbak? Bisa?" tanya Ratno yang sejak tadi diam menyimak pembicaraan ini.

"Yah, seharusnya sih bisa. Apalagi kalau Kinanti memang sering menampakan wujudnya ke saya. Mungkin saja dia memang ingin menyampaikan sesuatu lewat saya."

"Terima kasih, Mbak Aretha. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih kalau mbak Areta berniat seperti itu. Tolong kasih tahu juga kalau saya kangen sama Kinanti."

Hati Areta terenyuh saat melihat ekspresi Pak Slamet yang benar-benar tampak kehilangan dan merindukan sosok Kinanti. Sepertinya memang telah terjadi hal buruk dengan Kinanti. Dia pun benar-benar bertekad untuk menemui Kinanti jika nanti Gadis itu kembali menampakkan wujudnya di depan Areta.

"Iya, Pak. Jangan berterima kasih dulu titik Bapak tunggu saja kabar dari saya nanti. Tapi saya juga tidak bisa menjanjikan apapun untuk bapak."

" Tidak apa-apa, Mbak Aretha. Saya memang sudah tidak berharap banyak mengenai keberadaan Kinanti. Saya hanya ingin tahu saja dia itu masih hidup atau sudah meninggal. Supaya saya tenang. Tidak terus-menerus berharap dan dikecewakan oleh keadaan."

"Yang sabar, Pak." Ratno mengelus punggung Pak Slamet yang duduk di sampingnya, berusaha memberikan kekuatan untuk pria itu.

***
bejo.gathel
3.maldini
kemintil98
kemintil98 dan 4 lainnya memberi reputasi
5