Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ny.sukrisnaAvatar border
TS
ny.sukrisna
story keluarga indigo.

Quote:



KKN Di Dusun Kalimati

Quote:


Kembali ke awal tahun 1990an . Dusun Kalimati kedatangan sekelompok mahasiswa yang hendak KKN. Rupanya salah satu peserta KKN adalah Hermawan, yang biasa dipanggil dengan nama Armand. Dia adalah Kakek Aretha, yang tidak lain adalah ayah Nisa.

Bagai de javu, apa yang dialami oleh Armand juga sama mengerikannya seperti apa yang Aretha alami Di desa itu. Di masa lalu, tempat ini jauh lebih sakral daripada saat Aretha tinggal di sana. Berbagai sesaji diletakkan di beberapa sudut desa. Warga masih banyak yang memeluk kepercayaan memberikan sesaji untuk leluhur. Padahal leluhur yang mereka percayai justru seorang iblis yang sudah hidup selama ribuan tahun.

Banyak rumah yang kosong karena penghuninya sudah meninggal, dan Armand bersama teman temannya justru tinggal di lingkungan kosong itu. Rumah bekas bunuh diri yang letaknya tak jauh dari mereka, membuat semua orang was was saat melewatinya. Apalagi saat malam hari.








INDEKS

Part 1 sampai di desa
Part 2 rumah posko
part 3 setan rumah sebelau
Part 4 rumah Pak Sobri
Part 5 Kuntilanak
Part 6 Rumah di samping Pak Sobri
Part 7 ada ibu ibu, gaes
Part 8 Mbak Kunti
Part 9 Fendi hilang
Part 10 pencarian
Part 11 proker sumur
Part 12 Fendi yang diteror terus menerus
Part 13 Rencana Daniel
Part 14 Fendi Kesurupan lagi
Part 15 Kepergian Daniel ke Kota
Part 16 Derry yang lain
Part 17 Kegelisahan Armand
Part 18 Bantuan Datang
Part 19 Flashback Perjalanan Daniel
Part 20 Menjemput Kyai di pondok pesantren
Part 21 Leluhur Armand
Part 22 titik terang
Part 23 Bertemu Pak Sobri
Part 24 Sebuah Rencana
Part 25 Akhir Merihim
Part 26 kembali ke rumah



Quote:


Quote:


Saat hari beranjak petang, larangan berkeliaran di luar rumah serta himbauan menutup pintu dan jendela sudah menjadi hal wajib di desa Alas Ketonggo.

Aretha yang berprofesi menjadi seorang guru bantu, harus pindah di desa Alas Ketonggo, yang berada jauh dari keramaian penduduk.

Dari hari ke hari, ia menemukan banyak keganjilan, terutama saat sandekala(waktu menjelang maghrib).

INDEKS

Part 1 Desa Alas ketonggo
Part 2 Rumah Bu Heni
Part 3 Misteri Rumah Pak Yodi
Part 4 anak ayam tengah malam
part 5 dr. Daniel
Part 6 ummu sibyan
Part 7 tamu aneh
Part 8 gangguan
Part 9 belatung
Part 10 kedatangan Radit
Part 11 Terungkap
Part 12 menjemput Dani
Part 13 nek siti ternyata...
part 14 kisah nek siti
part 15 makanan menjijikkan
Part 16 pengorbanan nenek
Part 17 merihim
Part 18 Iblis pembawa bencana
Part 19 rumah
Part 20 penemuan mayat
Part 21 kantor baru
Part 22 rekan kerja
Part 23 Giska hilang
part 24 pak de yusuf
Part 25 makhluk apa ini
Part 26 liburan
Part 27 kesurupan
Part 28 hantu kamar mandi
Part 29 jelmaan
Part 30 keanehan citra
part 31 end





Quote:


Quote:



INDEKS

Part 1 kehidupan baru
Part 2 desa alas purwo
part 3 rumah mes
part 4 kamar mandi rusak
part 5 malam pertama di rumah baru
part 6 bu jum
part 7 membersihkan rumah
part 8 warung bu darsi
part 9 pak rt
part 10 kegaduhan
part 11 teteh
part 12 flashback
part 13 hendra kena teror
part 14 siapa makhluk itu?
part 15 wanita di kebun teh
part 16 anak hilang
part 17 orang tua kinanti
part 18 gangguan di rumah
part 19 curahan hati pak slamet
part 20 halaman belakang rumah
part 21 kondangan
part 22 warung gaib
part 23 sosok lain
part 24 misteri kematian keisha
part 25 hendra di teror
part 26 mimpi yang sama
part 27 kinanti masih hidup
part 28 Liya
part 29 kembali ke dusun kalimati
part 30 desa yg aneh
part 31 ummu sibyan
part 32 nek siti
part 33 tersesat
part 34 akhir kisah
part 35 nasib sial bu jum
part 36 pasukan lengkap
part 37 godaan alam mimpi
part 38 tahun 1973
part 39 rumah sukarta
part 40 squad yusuf
part 41 aretha pulang

Konten Sensitif


Quote:

Kembali ke kisah Khairunisa. Ini season pertama dari keluarga Indigo. Dulu pernah saya posting, sekarang saya posting ulang. Harusnya sih dibaca dari season ini dulu. Duh, pusing nggak ngab. Mon maap ya. Silakan disimak. Semoga suka. Eh, maaf kalau tulisan kali ini berantakan. Karena ini trit pertama dulu di kaskus, terus ga sempet ane revisi.

INDEKS
part 1 Bertemu Indra
part 2 misteri olivia
part 3 bersama indra
part 4 kak adam
part 5 pov kak adam
part 6 mantra malik jiwa
part 7 masuk alam gaib
part 8 vila angker
part 9 kepergian indra
part 10 pria itu
part 11 sebuah insiden
part 12 cinta segitiga
part 13 aceh
part 14 lamaran
part 15 kerja
part 16 pelet
part 17 pertunangan kak yusuf
part 18 weding
part 19 madu pernikahan
part 20 Bali
part 21 pulang
part 22 Davin
part 23 tragedi
part 24 penyelamatan
part 25 istirahat
part 26 hotel angker
part 27 diana
part 28 kecelakaan
part 29 pemulihan
part 30 tumbal
part 31 vila Fergie
part 32 misteri vila
part 33 kembali ingat
part 34 kuliner malam
part 35 psikopat
part 36 libur
part 37 sosok di rumah om gunawan
part 38 sosok pendamping
part 39 angel kesurupan
part 40 Diner
part 41 diculik
part 42 trimester 3
part 43 kelahiran
part 44 rumah baru
part 45 holiday
part 46nenek aneh
part 47 misteri kolam
part 48 tamu



Quote:


Quote:


INDEKS

part 1 masuk SMU
part 2 bioskop
part 3 Makrab
part 4 kencan
part 5 pentas seni
part 6 lukisan
part 7 teror di rumah kiki
part 8 Danu Dion dalam bahaya
part 9 siswa baru
part 10 Fandi
part 11 Eyang Prabumulih
part 12 Alya
part 13 cinta segitiga
part 14 maaf areta
part 15 i love you
part 16 bukit bintang
part 17 ujian
part 18 liburan
part 19 nenek lestari
part 20 jalan jalak
part 21 leak
part 22 rangda
INDEKS LANJUTAN
Diubah oleh ny.sukrisna 18-05-2023 14:46
ferist123
kemintil98
arieaduh
arieaduh dan 22 lainnya memberi reputasi
21
19.6K
306
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
ny.sukrisnaAvatar border
TS
ny.sukrisna
#106
Part 26 Mimpi Yang Sama
"Hahahaha. Pak Slamet, kucingnya lari ke depan! Tolong tangkap!" Suara tawa riang seorang gadis kecil terdengar menggema di seluruh rumah.

Aretha terbangun dari tidur. Dia kebingungan sambil menepuk ke samping. "Dit! Radit! Kamu denger itu? Itu Keisha, kan?" tanya Aretha.

Namun begitu dia menoleh ke samping, rupanya tidak ada siapa pun di sana. Aretha bingung, lalu dia memanggil manggil nama Radit. Ia pun putuskan untuk keluar dari kamar dan mencari Radit.

"Jangan jangan dia udah berangkat ke kantor!" gumam Aretha lalu meraih jubah tidur dan segera memakai nya. Pakaian tidurnya bukan pakaian seksi. Dia hanya mengenakan celana pendek selutut dan kaus pendek saja, dan itu adalah pakaian tidur Aretha selama ini. Tidak perduli dia ada di tempat dingin atau panas. Asal ada selimut tebal, cukup untuk menutupi tubuh nya dari udara dingin. Bagi Aretha penampilan seperti itu tidak akan dia tunjukkan ke orang lain selain suaminya.

Begitu dia membuka pintu, Aretha terkejut saat melihat Hendra masih tidur di sofa. Alhasil dia pun membangunkan Hendra dengan menepuk pipinya.

"Hen? Hendra! Hen! Radit mana? Udah berangkat kerja? Kok lo masih di sini sih? Hen? Hendra! Bangun ih! Lo tidur apa mati sih? Hendra! Banguuun!" jerit Aretha dan berhasil membuat Hendra bergerak.

"Apa sih, Tha? Gue masih ngantuk!" ucap Hendra tanpa membuka matanya.

"Ih, jam berapa ini! Lihat tuh! Lo nggak kerja emangnya?" tanya Aretha sambil menunjuk jam dinding di atas TV.

"Astaga! Kesiangan gue? Lah, Radit mana? Kenapa gue nggak dibangunin sih?" tanya Hendra.

"Nah, itu. Gue juga nggak tahu. Pas bangun tadi Radit udah nggak ada di kamar! Ini gue mau cek ke depan, lihat mobilnya ada apa nggak," kata Aretha.

"Ya udah, lo cek dulu. Gue cuci muka deh. Aneh bener si Radit. Masa dia pergi nggak bilang bilang dan nggak ajak ajak gue!"

Tapi saat Areta keluar rumah tiba-tiba dia dikejutkan oleh seorang gadis kecil yang berlari dari pintu depan menuju ke ruang tengah membawa seekor kucing. Tidak hanya itu saja di belakangnya ada Pak Slamet yang ikut masuk sambil membawa sebuah kandang kucing.

Areta membeku dia memperhatikan dua orang yang baru saja masuk ke dalam rumah dengan tatapan bingung. "Pak? Pak Slamet bukannya saya bilang kalau hari ini libur, ya?" tanya Aretha.

Tapi anehnya Pak Slamet justru seperti tidak mendengar suara Aretha. Dia terus berjalan masuk ke dalam mengikuti gadis kecil yang tadi membawa seekor kucing naik ke lantai 2. Areta menoleh ke arah Hendra yang juga sama-sama kebingungan seperti dirinya.

"Itu anak kecil siapa, Tha?" tanya Hendra menunjuk ke atas.

"Keisha!" ucap Aretha yakin.

"Keisha? Keisha siapa?"

"Gue sama Radit memangnya belum pernah cerita sama lo tentang Keisha?" tanya Aretha.

"Enggak. Siapa sih? Terus itu tukang kebun lo juga sombong amat? Ditanya bukannya jawab, malah ngeloyor pergi gitu aja. Kalau gue jadi lo, udah gue pecat deh dia!"

Aretha diam, karena perkataan Hendra ada benarnya juga. Bukan karena ia menyetujui saran Hendra untuk memecat Pak Slamet, tapi Aretha heran dengan sikap Pak Slamet yang aneh.

"Tunggu! Lo lihat Keisha juga tadi, kan?"

"Iya. Kenapa? Eh, siapa si Keisha itu sih? Cerita!"

"Kok aneh," ucap Aretha.

"Apanya yang aneh?"

"Keisha itu udah meninggal, Hen. Jadi kok lo bisa lihat dia."

"Heh! Jangan main main lo! Bercandanya nggak lucu tahu, Tha!" omel Hendra.

"Enggak bercanda. Gue serius. Jadi Keisha itu anak pemilik rumah ini yang meninggal karena jatuh dari balkon, dan dia dikuburkan di halaman belakang rumah. Dia itu yang sering muncul gangguin gue sama Radit di rumah ini. Tapi... Lo sama Pak Slamet kenapa bisa lihat dia?"

"Eh, eh. Bohong lo. Nggak mungkin kayak gitu konsepnya. Secara logika, itu anak masih sehat wal afiat, Tha. Jalannya napak tanah, mukanya seger aja, nggak pucet kayak setan yang biasanya muncul. Terus itu dia tadi lagi interaksi sama tukang kebun lo, kan? Jadi nggak mungkin dia udah meninggal!"

Aretha sadar, ada yang tidak beres yang terjadi. Dia pun lantas menyusul Pak Slamet dan Keisha yang tadi berlari ke lantai dua. Tempat yang ia tuju tentu saja kamar utama. Melihat Aretha pergi, Hendra pun menyusulnya, karena dia juga penasaran dengan apa yang terjadi.

Saat pintu kamar utama di buka, Aretha tidak mendapati Keisha dan Pak Slamet di dalam. Tapi yang mengejutkan adalah perabotan di kamar itu berbeda. Beberapa barang tampak asing bagi Aretha. Karena dia sudah hafal tiap sudut rumah dan terutama kamar ini. Apalagi ditambah dengan sebuah foto keluarga yang ada di salah satu tembok di kamar. Aretha masuk ke dalam diikuti Hendra. Mereka memperhatikan foto tersebut. Ada sebuah keluarga. Sepasang orang tua, dan 3 orang anaknya. Salah satu anak tersebut sangat familiar bagi Aretha. Dia adalah Keisha.

"Ini anak yang tadi, kan?" tanya Hendra menunjuk sosok gadis kecil di tengah foto yang tengah berdiri di antara kedua orang tuanya. Sementara kedua kakaknya berada di belakang Pak Ibrahim dan istrinya.

"Iya, itu Keisha. Kenapa foto ini ada di sini? Perasaan nggak ada kemarin. Pak Slamet juga nggak ke rumah sejak aku bilang waku itu, dan aku yakin foto ini juga nggak ada!" kata Aretha berbicara sendiri.

"Kenapa sih, Tha? Cerita ke gue. Ini kenapa? Jangan bikin gue bingung!"

"Gue juga bingung, Hen! Cuma... Rasanya ini bukan seperti nyata," kata Aretha sambil memperhatikan sekitarnya.

"Bukan seperti nyata? Maksud lo apaan? Ini halusinasi? Kalau iya, lo nggak nyata dong? Gue? Gue apa?" tanya Hendra kebingungan.

"Bentar gue tanya, kejadian terakhir kali yang lo ingat apa?"

"Terakhir kali? Hem, perasaan kejadian terakhir kali yang gue inget itu ya gue tidur di sofa bawah. Radit kasih selimut, terus dia balik kamar, dan gue tidur!" jelas Hendra.

"Ya sama kalau gitu. Gue juga tidur waktu itu, dan bangun di sini. Atau jangan jangan...." Aretha bergegas keluar kamar. Tidak perduli Hendra terus memanggil namanya.

Dia pergi ke kamar Keisha dan begitu pintu kamar itu dibuka, Keisha dan Pak Slamet ada di dalam sedang bermain main dengan kucing tadi.

"Tha? Kenapa? Apa maksud lo tadi?" tanya Hendra terus menerus.

Sementara Aretha diam saja dan malah masuk ke dalam, berdiri di hadapan Pak Slamet yang saat itu sedang memperhatikan Keisha bermain main bersama kucing peliharaannya.

"Pak? Pak Slamet, lihat aku nggak? Pak? Pak Slamet?" panggil Aretha terus menerus sambil melambaikan tangan di depan wajah Pak Slamet.

Hanya saja Pak Slamet diam saja, seakan akan dia tidak melihat Aretha berdiri di hadapannya. Aretha lantas beralih ke Keisha. Dia melakukan hal yang sama seperti apa yang dia lakukan pada Pak Slamet, dan hasilnya pun sama.

Aretha lantas beranjak, dia mundur mundur sambil tetap memperhatikan Keisha dan Pak Slamet di hadapannya.

"Tha? Kenapa?"

"Hen, sepertinya... Kita lagi mimpi," ucap Aretha.

"Hah? Mimpi? Kita berdua? Masa kita berdua mimpi hal yang sama?" tanya Hendra.

"Gue nggak tahu, apakah lo ini memang Hendra yang sama atau Hendra bayangan yang ikut hadir di mimpi gue. Tapi kita lagi mimpi! Ini nggak nyata! Atau ... Bukan bukan! Bukan mimpi? Tapi residual energi!" pekik Aretha.

"Residual energi? Apaan tuh?"

"Residual energi adalah proses alam merekam peristiwa yang begitu kuat nilai traumatiknya, seperti kecelakaan atau peristiwa lainnya. Dan tempat ini memiliki residual energi yang kuat juga. Hal tersebut akan tetap tertinggal di sini nyaris selamanya. Proses residual energi itulah yang kemudian bisa tervisualisasi menjadi penampakan-pemanpakan di lokasi kejadian suatu peristiwa. Kadang itu juga bisa berbentuk arwah atau semacamnya yang melakukan kebiasaan seperti semasa dia hidup dulu. Residual energy sebenarnya memiliki bentuknya tersendiri. Tapi pada hakikatnya tetap arwah atau roh manusia yang sudah meninggal hanya 40 hari akan berada disekitar keluarganya, setelah itu dia akan masuk ke alam baka dan menunggu hari Akhir tiba. Jadi yang selama ini kita kenal dengan sosok "hantu" hanyalah residual atau gambaran dari masa lalu yang didukung oleh beberapa hal, seperti energi yang berasal dari makhluk astral yang lebih besar (jin dan setan), maupun energi yang mereka serap yang berasal dari kekuatan imajinasi dan rasa takut manusia," jelas Aretha panjang lebar.

"Jadi... Kita lagi ada di residual energi rumah ini beberapa tahun yang lalu, sebelum Keisha meninggal?" tanya Hendra.

"Iya, bener banget."

"Tapi kok bisa? Maksudnya kok gue bisa ikutan masuk ke sini, nggak lo aja gitu sama Radit. Ah, pantes aja Radit nggak ada! Dia nggak ikut kita masuk sini ya?"

"Hem, yah seperti nya begitu. Tapi poinnya satu, kita bisa melihat apa yang sebenarnya terjadi."

"Memangnya kenapa? Apa yang terjadi?"

Hendra memang belum pernah mendengar kisah mengenai tragedi di rumah itu. Radit selama ini bahkan jarang sekali menceritakan kengerian rumah yang ia tinggali. Jadi maklum saja kalau Hendra jadi lebih banyak bertanya.

"Udah, lo lihat aja. Jangan banyak tanya dulu!"

Benar saja, saat mereka mulai fokus memperhatikan, tiba tiba kejadian yang ada di depan mata berubah lagi. Pak Slamet tidak ada di kamar itu lagi, hanya ada Keisha saja sedang bermain boneka. Tiba tiba Keisha mendengar sesuatu dan langsung menoleh ke arah pintu. Dia diam sejenak sampai akhirnya memutuskan berdiri dan keluar dari kamarnya. Dengan mengendap endap, Keisha berjalan keluar dan mencari sumber suara tadi. Aretha dan Hendra pun mendengar suara berisik tersebut. Rupanya saat melintas di depan kamar utama, ada seseorang di dalam. Keisha lantas bersembunyi sambil tetap mengintip dari celah pintu yang terbuka sedikit.

Aretha dan Hendra rupanya juga ikut mengintip seperti Keisha, dan di dalam kamar itu mereka melihat seseorang yang sangat familiar selama ini. Dia adalah Bu Jum. Reaksi mereka bertiga tampak sama. Menutup mulut karena terkejut melihat apa yang Bu Jum lakukan. Bu Jum tampak sedang membuka lemari pakaian dan mengambil beberapa lembar uang di dalamnya.

"Hei, gadis kecil! Sedang apa kamu?" tanya seorang pria yang ternyata memergoki Keisha.

Pria itu bertubuh tinggi, kurus, dan Aretha langsung mengenalinya. Dia makin terkejut saat melihat sosok pria itu ada di sekitarnya, dalam kondisi masih hidup.

"Enggak. Enggak kok," kata Keisha lalu berlari kembali ke kamarnya.

Aretha dan Hendra hanya berdiri diam sambil terus memperhatikan. Pria tadi lantas masuk ke dalam kamar Pak Ibrahim dan bertemu Bu Jum.

"Kamu ketahuan anak kecil itu," kata pria tersebut.

"Siapa? Keisha?" tanya Bu Jum sambil memamerkan kalung berlian yang sedang ia pakai. Tentu saja itu bukan miliknya. Melainkan milik Ibu Keisha.

"Iyalah, siapa lagi. Lagian kamu kok nggak hati hati sih? Nanti kalau ketahuan gimana?"

"Nggak usah khawatir. Anak itu nggak akan pernah ngadu ke orang tuanya kok. Aku sudah pernah ancam dia. Dia itu takut sama aku," ucap Bu Jum bangga dengan kelakuannya.

"Hem, ya sudah. Tapi kalau dia berulah, kamu bilang saja. Biar aku yang bereskan!" kata pria itu lalu mendekat ke Bu Jum.

Aretha melotot saat melihat adegan tak senonoh yang terjadi di depan matanya. Bu Jum dan pria itu berciuman mesra. Bahkan tangan pria itu meraba raba tubuh Bu Jum yang saat itu masih sah menjadi istri Pak Slamet. Hari ini, Aretha mendapatkan tiga kejutan yang di luar logikanya.

Tiba tiba suasana di tempat itu kembali berubah. Kejadian lain mulai terjadi dan itu adalah bayangan saat Aretha melihat siluet kematian Keisha waktu itu. Hanya saja kali ini bayangan itu jelas terlihat. Sosok pria yang ternyata selingkuhan Bu Jum mendekati Keisha yang sedang bermain di kamar orang tuanya. Pria itu melakukan hal itu lagi. Membunuh Keisha dengan menyuntikkan racun yang sebelum itu dia membuat Keisha tak sadarkan diri lebih dulu. Ia lalu melemparkan tubuh Keisha dari balkon. Kejadiannya sama persis seperti apa yang ia lihat sebelumnya.

Mereka berdua kembali mengalami perubahan situasi. Kali ini mereka tidak lagi berada di kamar, melainkan dapur. Di sana Bu Jum tampak sedang bertengkar dengan seorang gadis. Aretha langsung dapat mengenali gadis tersebut hanya dari pakaian yang ia kenakan.

"Siapa lagi ini?" tanya Hendra.

"Kinanti. Anak Bu Jum dan Pak Slamet."

"Wah, pemain baru lagi. Jangan bilang dia juga udah mati!"

"Yah, memang seperti itu sih."

"What the .... " Hendra menjambak rambutnya sendiri begitu mengetahui ada banyak orang mati di rumah tersebut.

"Ibu harusnya sadar, kalau perbuatan itu itu salah! Tobat, Bu! Tobat! Kinan malu sama Ibu! Kinan malu punya Ibu kaya Ibu!"

"Heh! Jangan sembarangan kamu ya kalau bicara! Kamu itu nggak akan ada di dunia ini, kalau bukan karena ibu!  Lagi pula ibu melakukan ini juga demi kebaikan kamu dan adik kamu juga keluarga kita! Kamu tahu sendiri kan gaji bapakmu itu nggak cukup untuk menghidupi keluarga kita!" teriak Bu Jum.

" tapi bukan dengan mencuri Bu. Apalagi keluarga Pak Ibrahim sudah sangat baik kepada kita. Kenapa Ibu justru mencurangi mereka dengan melakukan perbuatan buruk seperti ini!"

" Sudahlah, kamu sebaiknya diam saja, nggak perlu ikut campur urusan orang tua. Lagi pula resikonya akan Ibu tanggung sendiri!"

"Sayang, aku lapar. Kamu masak apa?" tanya kekasih Bu Jum yang tiba-tiba masuk begitu saja ke dalam dan duduk di salah satu kursi meja makan.

"Tumben kamu baru datang,  aku sudah rindu sekali!" kata Bu Jum lalu memeluk pria itu tanpa malu malu di hadapan anaknya sendiri.

"Ibu? Apa apaan ini?" tanya Kinanti sambil menaikkan nada bicaranya.

"Kenapa kamu di sini, Kinan?"

"Pak Purno? Apa yang Bapak lakukan sama ibu saya? Astaga! Jadi kalian selama ini berselingkuh di belakang bapak?  Apa Bapak sudah tahu semua ini?"

" Ya jelas nggak tahu lah. kalau tahu ya mungkin mereka sudah pisah," ucap Pak Purno santai sambil mencomot buah apel di meja.

"Ibu! Tega-teganya ibu melakukan perbuatan sekeji ini. Kinanti Nggak sangka selain pencuri, Ibu juga seorang pramuria!" cemooh anak sulung Bu Jum itu.

" jaga mulut kamu!"

Sebuah tamparan mendarat di pipi kanan Kinanti. Kinanti memang tidak membalas perbuatan ibunya. Tetapi dia terus menatap Bu Jum dengan tatapan benci.

"Lihat saja! Kinanti bakalan Bilang sama Bapak tentang semua perempuan itu! Kinanti juga bakalan bilang sama Pak Ibrahim kalau selama ini Ibu sering mencuri uang di rumah ini!"

Setelah mengatakan hal itu Kinanti lantas segera pergi dari rumah tersebut. Melihat kalau situasi sudah tidak bisa dikendalikan lagi, Bu Jum dan Pak Purno Lantas sepakat untuk membungkam Kinanti.

"Tutup mulutnya agar dia nggak cerita ke mana mana!" perintah Bu Jum.

"Serahkan padaku!"

Pak Purno mengikuti Kinanti. Pria paruh baya itu mengendarai motornya lalu setelah situasi aman, dia lantas menabrak Kinanti begitu saja tepat di depan jalan rumah Pak Ibrahim. Gadis itu terguling-guling masuk ke dalam kebun teh di depan rumah. Pak purno memperhatikan Kinanti yang tidak sadarkan diri. Setelah memeriksa sekitar dia lantas menyembunyikan tubuh Kinanti dengan menggali lubang di tengah kebun teh tersebut. Parahnya lagi Kinanti sebenarnya saat itu masih hidup, dan dia justru dikubur hidup-hidup oleh Pak Purno. Berkali-kali Areta menutup mulut sambil geleng-geleng kepala melihat Apa yang terjadi. Bahkan Hendra pun mengutuk perbuatan Bu Jum dan Pak Purno yang kelewat batas.

Setelah menyingkirkan Kinanti, Pak Purno kembali ke rumah untuk melaporkan hal itu ke kekasihnya.

"Sudah beres," katanya sambil memeluk Bu Jum yang berada di dapur.

"Baguslah. Apa yang kamu katakan ke anak itu? Anak bau kencur memang nggak tahu apa apa!" kata Bu Jum mengejek.

"Aku menabrak nya dan mengubur dia di kebun teh depan rumah."

"Apa?!" jerit Bu Jum.

Dia menoleh ke Pak Purno dengan tatapan tidak percaya. "Katakan sekali lagi, apa yang kamu lakukan ke anakku?"

"Aku menabrak nya dan menguburkan dia di depan."

"Kamu gila, ya! Nanti kalau orang curiga bagaimana! Bodoh sekali kamu itu!" Bu Jum memaki Pak Purno sambil terus memukuli dada pria itu.

"Hei, kita bisa bikin rencana, kalau dia kabur. Jadi nggak akan ada yang curiga kalau dia mati!" kata Pak Purno sambil memegangi tangan Bu Jum.

Mereka berdua lantas membuat sebuah skenario dengan cara mengambil seluruh pakaian Kinanti dan membawanya pergi jauh-jauh dari desa tersebut. Bu Jum Lantas menceritakan hal itu kepada suaminya. Kalau dia baru saja bertengkar dengan Kinanti dan Putri mereka meninggalkan rumah Karena tidak tahan hidup dalam garis kemiskinan bersama dengan keluarganya.

Semua orang percaya hal tersebut. Setelah kematian Kinanti dan Keisha gerak gerik Bu Jum dan Pak Purno menjadi semakin mudah. Mereka makin gencar mencuri harta Pak Ibrahim, dan bermesraan di rumah itu saat pemilik rumah tidak ada di sana. Kebetulan keluarga Pak Ibrahim memang jarang ada di rumah karena kesibukan masing masing. Kakak Keisha semua sudah kuliah dan tidak tinggal di rumah itu. Sementara Pak Ibrahim dan istrinya sibuk bekerja. Hingga suatu ketika Pak Purno dan Bu Jum terlibat pertengkaran hebat.

"Kau itu pembunuh! Jadi sebaiknya jangan berpikir untuk melakukan hal lain selain apa yang aku perintahkan!" ancam Bu Jum.

"Dan kau dalang dibalik semua kematian mereka! Jika aku buka mulut pasti kau juga akan mendekam dalam penjara!"

Pak purno lantas berjalan meninggalkan rumah tersebut setelah bertengkar dengan Bu Jum. Hanya saja Bu Jum tampaknya tidak puas dengan perkelahian tersebut. Dia Lantas membuka laci yang ada di meja kamar pembantu, lalu mengambil dua cairan yang bertuliskan sodium petothal dan succinylcholine. Dia memasukkan kedua cairan itu ke dalam suntikan. Ujung lantas mengejar Pak porno sambil membawa suntikan tersebut.

Pak purno yang berjalan ke arah belakang rumah tidak menyadari keberadaan Bu Jum. Lalu suntikan tersebut mendarat tepat di leher Pak Purna. Dalam beberapa detik saja Ia pun mati lemas karena kelumpuhan otot pernafasan yang disebabkan oleh suntikan itu.

"Mati kau!" umpat Bu Jum.

Untuk menyembunyikan mayat Pak purno Bu Jum lantas menggali sebuah makam yang berada tepat di samping makam Keisha. Dia lantas menguburkan mayat Pak Purno di sana seorang diri.

"Aretha! Aretha!" Kereta mendengar suara seseorang yang sedang memanggil namanya. Dia tahu benar kalau suara itu berasal dari Radit, suaminya.

Areta lantas kembali masuk ke dalam rumah diikuti dengan Hendra. Suara Radit yang makin lama makin jelas membuat area yakin galau suara tersebut tidak berasal dari luar dunia rasional energi ini. Dan benar saja tiba-tiba Radit terlihat berlari dengan tergopoh gopoh Masuk dari pintu depan.

"Radit!" jerit Aretha lalu berlari memeluk suaminya.

"Aretha!"

Keduanya berpelukan. Tetapi lain halnya dengan Hendra yang terus-menerus menatap pasangan tersebut.

"Ini siapa yang halu?" tanya Hendra.

"Oh ya, Kenapa kamu bisa ada di sini, Sayang?" tanya Aretha.

" Aku juga nggak tahu, tiba-tiba aku ada di kebun teh depan rumah. Aku melihat Mas Ratno. Tapi waktu aku panggil dan aku ajak bicara dia cuma diam saja. Yang bikin aneh lagi Mas Ratno terlihat menggali sesuatu di kebun depan. Pas aku perhatikan ternyata itu adalah mayat!"

"Mas Ratno? Dia ambil mayat Kinanti?" tanya Aretha heran.

"Kinanti? Kinanti anaknya Pak Slamet? Tunggu, sebenarnya ini apa sih?"

Belum sempat pertanyaan itu terjawab tiba-tiba mereka semua tersentak kaget seperti kondisi di mana mereka tenggelam di dalam air. Mereka bertiga terbangun bersama-sama, di tempat tidur dan sofa masing-masing. Jam baru saja menunjuk ke angka 6.

"Radit?" panggil Aretha.

Radit pun langsung duduk dan menatap Areta hingga akhirnya keduanya berpelukan. "Tadi itu kamu, kan? Di mimpi itu?" tanya Aretha.

"Iya, mimpi kita sama? Yang Mas Ratno gali kuburan itu, kan?" tanya Radit.

"Iya!" sahut Aretha sambil mengangguk semangat.

" kalau gitu Hendra juga mengalami hal yang sama dong!"

"Bener juga!"

Areta dan Radit lantas bergegas keluar dari kamar untuk menemui Hendra yang masih terbaring di sofa ruang tengah.
bejo.gathel
3.maldini
kemintil98
kemintil98 dan 4 lainnya memberi reputasi
5