Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ny.sukrisnaAvatar border
TS
ny.sukrisna
story keluarga indigo.

Quote:



KKN Di Dusun Kalimati

Quote:


Kembali ke awal tahun 1990an . Dusun Kalimati kedatangan sekelompok mahasiswa yang hendak KKN. Rupanya salah satu peserta KKN adalah Hermawan, yang biasa dipanggil dengan nama Armand. Dia adalah Kakek Aretha, yang tidak lain adalah ayah Nisa.

Bagai de javu, apa yang dialami oleh Armand juga sama mengerikannya seperti apa yang Aretha alami Di desa itu. Di masa lalu, tempat ini jauh lebih sakral daripada saat Aretha tinggal di sana. Berbagai sesaji diletakkan di beberapa sudut desa. Warga masih banyak yang memeluk kepercayaan memberikan sesaji untuk leluhur. Padahal leluhur yang mereka percayai justru seorang iblis yang sudah hidup selama ribuan tahun.

Banyak rumah yang kosong karena penghuninya sudah meninggal, dan Armand bersama teman temannya justru tinggal di lingkungan kosong itu. Rumah bekas bunuh diri yang letaknya tak jauh dari mereka, membuat semua orang was was saat melewatinya. Apalagi saat malam hari.








INDEKS

Part 1 sampai di desa
Part 2 rumah posko
part 3 setan rumah sebelau
Part 4 rumah Pak Sobri
Part 5 Kuntilanak
Part 6 Rumah di samping Pak Sobri
Part 7 ada ibu ibu, gaes
Part 8 Mbak Kunti
Part 9 Fendi hilang
Part 10 pencarian
Part 11 proker sumur
Part 12 Fendi yang diteror terus menerus
Part 13 Rencana Daniel
Part 14 Fendi Kesurupan lagi
Part 15 Kepergian Daniel ke Kota
Part 16 Derry yang lain
Part 17 Kegelisahan Armand
Part 18 Bantuan Datang
Part 19 Flashback Perjalanan Daniel
Part 20 Menjemput Kyai di pondok pesantren
Part 21 Leluhur Armand
Part 22 titik terang
Part 23 Bertemu Pak Sobri
Part 24 Sebuah Rencana
Part 25 Akhir Merihim
Part 26 kembali ke rumah



Quote:


Quote:


Saat hari beranjak petang, larangan berkeliaran di luar rumah serta himbauan menutup pintu dan jendela sudah menjadi hal wajib di desa Alas Ketonggo.

Aretha yang berprofesi menjadi seorang guru bantu, harus pindah di desa Alas Ketonggo, yang berada jauh dari keramaian penduduk.

Dari hari ke hari, ia menemukan banyak keganjilan, terutama saat sandekala(waktu menjelang maghrib).

INDEKS

Part 1 Desa Alas ketonggo
Part 2 Rumah Bu Heni
Part 3 Misteri Rumah Pak Yodi
Part 4 anak ayam tengah malam
part 5 dr. Daniel
Part 6 ummu sibyan
Part 7 tamu aneh
Part 8 gangguan
Part 9 belatung
Part 10 kedatangan Radit
Part 11 Terungkap
Part 12 menjemput Dani
Part 13 nek siti ternyata...
part 14 kisah nek siti
part 15 makanan menjijikkan
Part 16 pengorbanan nenek
Part 17 merihim
Part 18 Iblis pembawa bencana
Part 19 rumah
Part 20 penemuan mayat
Part 21 kantor baru
Part 22 rekan kerja
Part 23 Giska hilang
part 24 pak de yusuf
Part 25 makhluk apa ini
Part 26 liburan
Part 27 kesurupan
Part 28 hantu kamar mandi
Part 29 jelmaan
Part 30 keanehan citra
part 31 end





Quote:


Quote:



INDEKS

Part 1 kehidupan baru
Part 2 desa alas purwo
part 3 rumah mes
part 4 kamar mandi rusak
part 5 malam pertama di rumah baru
part 6 bu jum
part 7 membersihkan rumah
part 8 warung bu darsi
part 9 pak rt
part 10 kegaduhan
part 11 teteh
part 12 flashback
part 13 hendra kena teror
part 14 siapa makhluk itu?
part 15 wanita di kebun teh
part 16 anak hilang
part 17 orang tua kinanti
part 18 gangguan di rumah
part 19 curahan hati pak slamet
part 20 halaman belakang rumah
part 21 kondangan
part 22 warung gaib
part 23 sosok lain
part 24 misteri kematian keisha
part 25 hendra di teror
part 26 mimpi yang sama
part 27 kinanti masih hidup
part 28 Liya
part 29 kembali ke dusun kalimati
part 30 desa yg aneh
part 31 ummu sibyan
part 32 nek siti
part 33 tersesat
part 34 akhir kisah
part 35 nasib sial bu jum
part 36 pasukan lengkap
part 37 godaan alam mimpi
part 38 tahun 1973
part 39 rumah sukarta
part 40 squad yusuf
part 41 aretha pulang

Konten Sensitif


Quote:

Kembali ke kisah Khairunisa. Ini season pertama dari keluarga Indigo. Dulu pernah saya posting, sekarang saya posting ulang. Harusnya sih dibaca dari season ini dulu. Duh, pusing nggak ngab. Mon maap ya. Silakan disimak. Semoga suka. Eh, maaf kalau tulisan kali ini berantakan. Karena ini trit pertama dulu di kaskus, terus ga sempet ane revisi.

INDEKS
part 1 Bertemu Indra
part 2 misteri olivia
part 3 bersama indra
part 4 kak adam
part 5 pov kak adam
part 6 mantra malik jiwa
part 7 masuk alam gaib
part 8 vila angker
part 9 kepergian indra
part 10 pria itu
part 11 sebuah insiden
part 12 cinta segitiga
part 13 aceh
part 14 lamaran
part 15 kerja
part 16 pelet
part 17 pertunangan kak yusuf
part 18 weding
part 19 madu pernikahan
part 20 Bali
part 21 pulang
part 22 Davin
part 23 tragedi
part 24 penyelamatan
part 25 istirahat
part 26 hotel angker
part 27 diana
part 28 kecelakaan
part 29 pemulihan
part 30 tumbal
part 31 vila Fergie
part 32 misteri vila
part 33 kembali ingat
part 34 kuliner malam
part 35 psikopat
part 36 libur
part 37 sosok di rumah om gunawan
part 38 sosok pendamping
part 39 angel kesurupan
part 40 Diner
part 41 diculik
part 42 trimester 3
part 43 kelahiran
part 44 rumah baru
part 45 holiday
part 46nenek aneh
part 47 misteri kolam
part 48 tamu



Quote:


Quote:


INDEKS

part 1 masuk SMU
part 2 bioskop
part 3 Makrab
part 4 kencan
part 5 pentas seni
part 6 lukisan
part 7 teror di rumah kiki
part 8 Danu Dion dalam bahaya
part 9 siswa baru
part 10 Fandi
part 11 Eyang Prabumulih
part 12 Alya
part 13 cinta segitiga
part 14 maaf areta
part 15 i love you
part 16 bukit bintang
part 17 ujian
part 18 liburan
part 19 nenek lestari
part 20 jalan jalak
part 21 leak
part 22 rangda
INDEKS LANJUTAN
Diubah oleh ny.sukrisna 18-05-2023 14:46
ferist123
kemintil98
arieaduh
arieaduh dan 22 lainnya memberi reputasi
21
19.6K
306
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
ny.sukrisnaAvatar border
TS
ny.sukrisna
#36
Part 20 Menjemput Kyai Di Pondok Pesantren
Daniel menyuruh Pak Muhtarom untuk melaju dengan lebih cepat menuju ke pondok pesantren. Dia benar-benar harus segera sampai di desa sebelum tengah malam. Jarak dari kampusnya menuju ke pondok pesantren memang cukup jauh. Kurang lebih akan ditempuh 2 jam perjalanan dengan mengendarai kendaraan roda dua atau roda empat. Itupun jika kondisi jalanan tidak macet.

Mobil mulai masuk ke kawasan pedesaan. Di mana lokasi pesantren memang berada di daerah pelosok, bukan di pusat kota. Beberapa kali Pak Muh beristighfar saat berkendara. Apalagi hari sudah hampir gelap. Burung burung di sekitar terbang tak tentu arah, seperti sedang menghalangi jalan mereka berdua.

"Hati hati, Pak!" kata Daniel yang ikut cemas dengan kondisi jalanan sore ini.

"Iya, Mas. Tapi ngomong ngomong tumben sekali jalanan di sini sepi," ucap Pak Muhtar om sambil memperhatikan di kanan kiri jalan, juga sesekali menatap spion di kanan dan tengah mobil.

"Memangnya Bapak sudah pernah lewat sini?"

"Sering, Mas. Soalnya ini jalur ke rumah mertua saya. Jadi setiap anak anak liburan, kami akan ke sini. Biasanya ramai, banyak kendaraan. Apalagi di atas kan banyak vila. Tumben banget ini sepi. Padahal weekend."

Daniel ikut menatap sekitar. Perkataan Pak Muh memang masuk akal. Karena dia pun mulai merasakan hal itu sekarang.

"Pak, bisa dipercepat lagi? Perasaan saya nggak enak," katanya.

"Baik, Mas."

Mobil melaju lebih cepat. Keduanya tampak gusar, terutama Daniel. Pikirannya berkecamuk. Dia tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, tapi lebih memikirkan teman teman nya yang berada di desa Kalimati. Apalagi setelah kisah yang dibagikan para dosen kampusnya tadi. Itu bukan lah sebuah kabar baik, tapi sebaliknya. Daniel ingin sekali bisa secepatnya sampai di desa Kalimati. Dia sudah sangat cemas memikirkan teman temannya di sana.

Plak!

Ada sesuatu yang mengenai kaca mobil depan. Mereka berdua terkejut.

"Apa itu, Pak?" tanya Daniel. Benda itu memang masih menempel pada kaca depan mobil. Sehingga mereka masih dapat melihat apa yang jatuh dari langit tadi.

"Burung, Mas. Sepertinya langsung mati."
Melihat paruh burung itu menancap di kaca mobil membuat mereka yakin kalau nyawa burung itu tidak selamat.

"Kok bisa burungnya nabrak kaca mobil ya, Pak?"

"Hm, kali ini firasat saya juga nggak enak, Mas. Ini pertanda buruk."

Dalam banyak budaya, berbagai mitos mengenai hal ini kerap terdengar di beberapa wilayah. Kejadian itu dianggap pertanda sial. Karena dianggap sebagai tanda atau indikator peristiwa yang akan datang, terutama di kalangan mereka yang percaya takhayul.

Menyakiti burung terbang secara tidak sengaja saat mengemudi diyakini sebagai pertanda buruk, berdasarkan cerita rakyat. Burung dianggap sebagai pembawa pesan jiwa, dan menyakiti mereka atau lebih buruk lagi, membunuh mereka, bahkan tidak dengan sengaja, adalah tanda negatif.

Pak Muh menambah kecepatan mobilnya. Untung jalanan sangat sepi. Bahkan sejak tadi belum ada kendaraan lain yang berpapasan dengan mereka atau bahkan menyalip dari belakang. Seolah olah jalanan itu hanya milik mereka saja. Tapi tiba tiba keanehan lain kembali terjadi. Burung yang masih menancap di kaca depan mobil, masih ada di sana. Kini kaca samping juga mulai dihujani oleh burung burung lain.

Burung burung itu datang dari berbagai penjuru dan seolah olah sengaja hjan menabrakkan tubuh mereka ke mobil itu. Daniel terus beristigfar. Dia tampak panik, begitu pula dengan Pak Muh. Tapi Pak Muh tetap berusaha tenang. Karena dia sedang memegang kemudian sekarang. Jika dia ikut panik pasti akan mempengaruhi laju mobil itu, dan bisa saja mereka akan celaka bersama sama. Kaca mobil retak karena paruh burung yang menancap.

"Pak, gimana?" tanya Daniel.

"Mas, berdoa saja. Minta perlindungan sama Allah. Sebentar lagi kita sampai kok," kata Pak Muh.

Walau diterjang dengan berbagai gangguan, pada akhirnya mereka pun sampai di pondok pesantren. Suasana pondok pesantren saat ini cukup ramai, karena mendekati magrib. Anak anak yang berada di sana sudah mulai memenuhi masjid yang ada di lingkungan pesantren. Begitu mobil masuk ke dalam, mobil yang dikendarai Pak Muh menarik perhatian hampir semua orang yang ada di sana. Wajar saja jika mereka semua memperhatikan kendaraan roda empat itu. Karena kondisinya sangat parah. Bahkan bangkai burung masih banyak yang menancap di kaca mobil dan bagian badan mobil lainnya. Seakan akan mereka baru saja melewati serangan burung yang sangat banyak.

Daniel membuka pintu mobil, begitupun dengan Pak Muh. Begitu keluar, Daniel segera melihat ke beberapa orang yang sangat ia kenal sebelumnya. Tanpa menunggu lebih lama lagi dia langsung memeluk sahabat-sahabatnya yang memang masih ada yang tinggal di pesantren untuk mengabdikan diri.

"Assalamu'alaikum!"

"Waalaikumsalam!"

"Nil, ada apa? Kau baik baik saja? Apa yang terjadi?" tanya Pandu yang saat ini sedang dipeluk oleh Daniel.

Pandu adalah salah satu sahabat dekat Daniel saat mereka masih berada di pesantren dulu. Ini Pandu justru masih tinggal di pesantren untuk mengabdikan dirinya di sana membantu mengajar kegiatan ekstrakulikuler adik-adik yang baru masuk pesantren. Pandu memang mempelajari ilmu kebatinan. Diantaranya dia bisa merasakan adanya makhluk halus. Walau dia tidak pernah melihatnya secara langsung. Karena biasanya ada beberapa anggapan jika seseorang bisa melihat makhluk halus itu artinya ada yang tidak beres dengannya. Orang itu sebaiknya di ruqyah karena pasti ada jin yang menempel pada tubuhnya. Sementara yang terjadi pada Pandu justru sebaliknya. Dia memang tidak pernah melihat wujud asli makhluk halus yang sering ia temui. Pandu hanya bisa merasakan adanya makhluk-makhluk itu di sekitarnya. Selain membantu mengajar di pesantren, Pandu juga sering mendapatkan permintaan untuk melakukan ruqyah. Memang setelah lulus dari pesantren, Pandu mendapatkan amanat dari Kyai pemilik pesantren, agar Pandu bisa membantu nya untuk melakukan rukiyah. Oleh sebab itu dia sudah dididik dan dibekali ilmu-ilmu untuk melakukan ruqyah.

"Ndu, Kyai ada, kan? Saya butuh bantuan kalian. Ini benar benar darurat sekali!" kata Daniel serius.

"Yah, saya yakin ini memang kondisi darurat. Lihat saja mobil yang kau kendarai ke sini. Penuh dengan aura gelap. Makanya burung burung itu mengejar kalian. Sepertinya ... Ada yang memerintahkan mereka," ucap Pandu masih memperhatikan mobil tersebut.

"Lalu bagaimana?"

"Kita temui dulu Kyai. Ayo, masuk ke dalam. Salat jamaah dulu, ya. Eum, Noval, Agam, Syarif! Tolong kalian bersihkan mobil itu."

"Baik, Tad!"

Daniel dirangkul oleh Pandu masuk ke dalam masjid. Namun dia sempatkan menoleh ke arah mobil yang tadi ia naiki. Pak Muh masih ada di sana. Sedang membersihkan mobil tersebut dari bangkai-bangkai burung yang masih menempel. Untungnya dia dibantu oleh 3 orang Santri sehingga Daniel pun sedikit merasa lebih tenang.

Suara Adzan berkumandang. Ini adalah pertama kalinya Daniel kembali melaksanakan salat berjamaah di pesantren. Setelah lulus dari Pondok Pesantren itu dia langsung melanjutkan kuliah. Bahkan sampai sekarang Daniel belum pernah mengunjungi tempat itu sebelumnya.

Jamaah sudah mulai meninggalkan masjid. Imam salat yang sejak tadi masih berzikir, kemudian menoleh ke belakang.

"Daniel? Kamu sehat, kan?" tanya Kyai.

"Alhamdulillah, Kyai. Saya sehat. Bagaimana kabar Kyai?" tanya Daniel balik.

Dia Lalu mendekat dan menyalami pria tua itu dan mencium punggung tangannya.

"Alhamdulillah. Banyak sekali yang mengikutimu," kata Kyai sambil menatap keluar masjid.

Melihat hal itu Daniel pun ikut menoleh ke belakang. Namun dia tidak melihat apapun selain para santri yakini sedang berada di halaman masjid.

"Ma—maksud, Ustad?"

"Memangnya kamu sedang berada di mana? Kenapa terlihat kacau sekali?" tanya Kyai sambil tersenyum.

"Saya ... Saya sedang kkn, Kyai. Hm, tapi di sana ... Banyak sekali hal aneh. Huft, saya bingung. Karena tadi saya dengar informasi baru dari dosen saya."

"Apa katanya?"

" Kata dosen saya Kami salah memilih lokasi KKN. Karena pihak kampus sudah melarang mahasiswa untuk KKN di tempat itu. Tapi rasanya aneh, Kyai. Karena jelas-jelas saat pertama kali kami mendapatkan formulir untuk KKN daerah yang akan kami datangi memang Desa itu. Tapi dalam laporan yang disimpan pihak kampus bukan tempat tersebut. Lantas Siapa yang menggantinya?" tanya Daniel.

Kyai hanya tersenyum sambil menarik nafas panjang. Dia tampak Sedang berpikir dengan kedua bola mata yang menatap ke atas.

" ini memang sebuah kesengajaan. Kalian memang sudah diincar untuk bisa datang ke tempat itu."

"Oleh siapa, Kyai?"

"Makhluk di sana."

" maksudnya penunggu di sana?"

"Yah, seperti itulah. Saya melihat dari sini, kalau sebenarnya mereka sudah mengincar kalian sejak awal. Semua seperti sudah direncanakan."

"Maksudnya direncanakan sejak awal itu apa, Kyai? Apakah mereka sengaja mengincar kami?"

"Iya."

"Untuk apa?"

"Sepertinya pernah terjadi tragedi sebelumnya di tempat itu, bukan? Dan hal itu akan diulangi lagi pada kalian."

"Bunuh diri? Apakah itu maksudnya?"

"Benar, kah, pernah ada kejadian bunuh diri di desa itu?"

" Iya, Kyai. Kata dosen saya 10 tahun yang lalu pernah ada mahasiswa yang KKN di desa itu. Kejadiannya pun sama seperti apa yang kami alami. Banyak yang kesurupan dan itu selalu terjadi setiap hari. Lalu tiba-tiba mereka semua ditemukan gantung diri di area pemakaman desa. Itu adalah hal teraneh yang pernah saya dengar seumur hidup saya, Kyai."

"Tentu saja itu aneh. Kejadian itu ada campur tangannya dengan makhluk halus. Di hari H kejadian, semua mahasiswa itu dirasuki oleh makhluk-makhluk yang ada di tempat itu. Setelahnya, kamu bisa menebaknya sendiri."

"Jadi, Apakah mereka akan melakukan hal yang sama kepada kami?"

" sepertinya demikian. Karena yang saya lihat ada satu sosok penguasa di sana. Dia sudah mau di tempat kita ribuan tahun. Hal itu juga yang membuat kekuatannya menjadi sangat besar. Seluruh makhluk halus di sana tunduk pada sosok itu. Bahkan dia juga yang mengatur semua kegiatan di desa itu. Jika ada orang yang sakit, atau kesurupan, mereka akan disembuhkan oleh kaki tangannya lalu warga desa semakin rutin memberikan persembahan untuk makhluk itu."

"Ah, iya! Itu benar. Karena setiap hari akan ada sesajen yang diletakkan di beberapa sudut desa."

"Iya, sebenarnya sesajen itu hanya sebuah simbol saja. Karena makhluk itu tidak memakan semua itu. Dia justru memakan jiwa manusia yang tinggal di sana. Ah ya, Apakah jumlah warga desa di sana tidak sampai 100 orang?" tanya Kyai.

"Benar, Kyai. Hanya ada sekitar 30 kepala rumah tangga. Dan satu biasanya kan dihuni sebanyak 3 sampai 5 orang."

"Padahal sebelumnya tempat itu ramai dengan penduduk. Tetapi perlahan warga desa banyak yang meninggal. Hingga menyisakan beberapa penduduk saja sekarang."

"Tunggu sebentar! Sepertinya perkataan Kyai memang benar. Karena area pemakaman di desa itu sangat luas dan banyak sekali batu nisan di sana."

"Dan, kejadian mahasiswa yang gantung diri itu ada di area pemakaman tersebut?"

"Betul, Kyai."

"Itu artinya tempat tersebut merupakan sumber dari kekuatan makhluk itu."

"Oh iya! Patung! Ada sebuah patung batu yang terletak di kolam mata air. Patung-patung itu terlihat seperti manusia dengan posisi bersemedi. Kemarin ada yang melihat kalau patung itu berjalan mengelilingi desa. Dan ada kemungkinan kalau salah satu teman saya yang kemarin kesurupan, memang dirasuki oleh sosok patung itu."

"Bukan dirasuki oleh patung itu. Melainkan dirasuki oleh makhluk yang ada di dalam patung itu."

"Jadi maksud Kyai, sosok yang ada di dalam patung itu adalah makhluk menghuni tempat itu selama ribuan tahun?" tanya Pandu.

"Iya, betul."

"Dan dia adalah makhluk yang mengatur Desa itu, dan juga kedatangan Daniel serta teman temannya?"

"Saya rasa memang demikian."

"Tapi, Kyai. Kenapa harus kami?"

"Hm, Saya juga tidak tahu. Mungkin nanti akan kita cari tahu Setelah kita datang ke sana. Bagaimana? Kita berangkat sekarang saja?"

"Baik, Kyai. Kebetulan Mobilnya juga sudah dibersihkan."

"Baguslah. Tapi kita tetap membawa mobil Pesantren juga ya, Ndu. Kasihan kalau nanti Daniel harus kembali mengantarkan kita pulang."

"Eh, Kyai. Tidak apa apa kok. Saya senang bisa mengantar dan menjemput Kyai ke sini."

"Hahaha. Iya saya tahu. Tapi saya akan membawa kendaraan pribadi. Lagi pula sopir yang tadi datang bersamamu sepertinya sudah kelelahan. Biar saja dia beristirahat besok."

Akhirnya mereka pun memutuskan untuk pergi ke Dusun Kalimati malam itu juga. Sesuai dengan perkataan Kyai kalau pihak pesantren akan membawa mobil pribadi. Kyai mengajak Pandu dan Syarif yang akan ikut pergi ke dusun Kalimati. Tepat setelah salat Isya Mereka pun akhirnya berangkat menuju ke desa Kalimati. Perjalanan kali ini tidak terlalu banyak gangguan. Bahkan Pak Muhtarom bisa mengemudi dengan tenang sekalipun mobil yang ia kendarai dalam kondisi yang kacau. Ada sedikit kecemasan dalam hati sopir keluarga Armand itu. Tentu saja dia takut jika dimarahin oleh majikannya nanti.

" Tenang saja, Pak. nanti saya akan berbicara dengan Armand tentang apa yang terjadi. Saya yakin Arman akan memakluminya. Lagi pula dia bukan tipe orang yang suka semena-mena terhadap orang lain. Kalau bapak tetap dimarahi saya yang akan bertanggung jawab," kata Daniel.

"Tidak usah, Mas. Saya akan menghadap Mas Armand langsung untuk menjelaskan semuanya."

"Baiklah. Hm, Semoga perjalanan kita malam ini lancar terus sampai ke tempat tujuan, ya, Pak."

"Aamiin. Allah bersama kita, Mas."

jarak yang akan mereka tempuh menuju desa kalimati sebenarnya tidak begitu jauh. hanya kurang lebih satu setengah jam perjalanan saja. tapi mengingat kejadian yang mereka alami sebelumnya saat datang ke pondok pesantren membuat Daniel dan Pak Muh menjadi lebih Waspada. tapi setidaknya mereka yakin kalau perjalanan ini akan lebih mudah karena ada Kyai yang mengikuti mereka terus dari belakang.

baru setengah perjalanan, tiba-tiba ada petir yang menyambar. suara guntur menandakan akan turunnya hujan malam ini. tapi fenomena itu tidak lantas membuat mereka berhenti dan takut. mereka justru makin mempercepat mengemudi. mobil yang di dalamnya berisi Kyai, hanya ada 3 orang di dalamnya. Pandu menyetir mobil itu. ditemani Syarif di sampingnya. sementara Kyai duduk di kursi Tengah sambil terus berdzikir sepanjang jalan. mereka harus sampai di desa Kalimati malam ini juga Apapun Yang Terjadi.
unhappynes
joyanwoto
kemintil98
kemintil98 dan 14 lainnya memberi reputasi
15