Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ny.sukrisnaAvatar border
TS
ny.sukrisna
story keluarga indigo.

Quote:



KKN Di Dusun Kalimati

Quote:


Kembali ke awal tahun 1990an . Dusun Kalimati kedatangan sekelompok mahasiswa yang hendak KKN. Rupanya salah satu peserta KKN adalah Hermawan, yang biasa dipanggil dengan nama Armand. Dia adalah Kakek Aretha, yang tidak lain adalah ayah Nisa.

Bagai de javu, apa yang dialami oleh Armand juga sama mengerikannya seperti apa yang Aretha alami Di desa itu. Di masa lalu, tempat ini jauh lebih sakral daripada saat Aretha tinggal di sana. Berbagai sesaji diletakkan di beberapa sudut desa. Warga masih banyak yang memeluk kepercayaan memberikan sesaji untuk leluhur. Padahal leluhur yang mereka percayai justru seorang iblis yang sudah hidup selama ribuan tahun.

Banyak rumah yang kosong karena penghuninya sudah meninggal, dan Armand bersama teman temannya justru tinggal di lingkungan kosong itu. Rumah bekas bunuh diri yang letaknya tak jauh dari mereka, membuat semua orang was was saat melewatinya. Apalagi saat malam hari.








INDEKS

Part 1 sampai di desa
Part 2 rumah posko
part 3 setan rumah sebelau
Part 4 rumah Pak Sobri
Part 5 Kuntilanak
Part 6 Rumah di samping Pak Sobri
Part 7 ada ibu ibu, gaes
Part 8 Mbak Kunti
Part 9 Fendi hilang
Part 10 pencarian
Part 11 proker sumur
Part 12 Fendi yang diteror terus menerus
Part 13 Rencana Daniel
Part 14 Fendi Kesurupan lagi
Part 15 Kepergian Daniel ke Kota
Part 16 Derry yang lain
Part 17 Kegelisahan Armand
Part 18 Bantuan Datang
Part 19 Flashback Perjalanan Daniel
Part 20 Menjemput Kyai di pondok pesantren
Part 21 Leluhur Armand
Part 22 titik terang
Part 23 Bertemu Pak Sobri
Part 24 Sebuah Rencana
Part 25 Akhir Merihim
Part 26 kembali ke rumah



Quote:


Quote:


Saat hari beranjak petang, larangan berkeliaran di luar rumah serta himbauan menutup pintu dan jendela sudah menjadi hal wajib di desa Alas Ketonggo.

Aretha yang berprofesi menjadi seorang guru bantu, harus pindah di desa Alas Ketonggo, yang berada jauh dari keramaian penduduk.

Dari hari ke hari, ia menemukan banyak keganjilan, terutama saat sandekala(waktu menjelang maghrib).

INDEKS

Part 1 Desa Alas ketonggo
Part 2 Rumah Bu Heni
Part 3 Misteri Rumah Pak Yodi
Part 4 anak ayam tengah malam
part 5 dr. Daniel
Part 6 ummu sibyan
Part 7 tamu aneh
Part 8 gangguan
Part 9 belatung
Part 10 kedatangan Radit
Part 11 Terungkap
Part 12 menjemput Dani
Part 13 nek siti ternyata...
part 14 kisah nek siti
part 15 makanan menjijikkan
Part 16 pengorbanan nenek
Part 17 merihim
Part 18 Iblis pembawa bencana
Part 19 rumah
Part 20 penemuan mayat
Part 21 kantor baru
Part 22 rekan kerja
Part 23 Giska hilang
part 24 pak de yusuf
Part 25 makhluk apa ini
Part 26 liburan
Part 27 kesurupan
Part 28 hantu kamar mandi
Part 29 jelmaan
Part 30 keanehan citra
part 31 end





Quote:


Quote:



INDEKS

Part 1 kehidupan baru
Part 2 desa alas purwo
part 3 rumah mes
part 4 kamar mandi rusak
part 5 malam pertama di rumah baru
part 6 bu jum
part 7 membersihkan rumah
part 8 warung bu darsi
part 9 pak rt
part 10 kegaduhan
part 11 teteh
part 12 flashback
part 13 hendra kena teror
part 14 siapa makhluk itu?
part 15 wanita di kebun teh
part 16 anak hilang
part 17 orang tua kinanti
part 18 gangguan di rumah
part 19 curahan hati pak slamet
part 20 halaman belakang rumah
part 21 kondangan
part 22 warung gaib
part 23 sosok lain
part 24 misteri kematian keisha
part 25 hendra di teror
part 26 mimpi yang sama
part 27 kinanti masih hidup
part 28 Liya
part 29 kembali ke dusun kalimati
part 30 desa yg aneh
part 31 ummu sibyan
part 32 nek siti
part 33 tersesat
part 34 akhir kisah
part 35 nasib sial bu jum
part 36 pasukan lengkap
part 37 godaan alam mimpi
part 38 tahun 1973
part 39 rumah sukarta
part 40 squad yusuf
part 41 aretha pulang

Konten Sensitif


Quote:

Kembali ke kisah Khairunisa. Ini season pertama dari keluarga Indigo. Dulu pernah saya posting, sekarang saya posting ulang. Harusnya sih dibaca dari season ini dulu. Duh, pusing nggak ngab. Mon maap ya. Silakan disimak. Semoga suka. Eh, maaf kalau tulisan kali ini berantakan. Karena ini trit pertama dulu di kaskus, terus ga sempet ane revisi.

INDEKS
part 1 Bertemu Indra
part 2 misteri olivia
part 3 bersama indra
part 4 kak adam
part 5 pov kak adam
part 6 mantra malik jiwa
part 7 masuk alam gaib
part 8 vila angker
part 9 kepergian indra
part 10 pria itu
part 11 sebuah insiden
part 12 cinta segitiga
part 13 aceh
part 14 lamaran
part 15 kerja
part 16 pelet
part 17 pertunangan kak yusuf
part 18 weding
part 19 madu pernikahan
part 20 Bali
part 21 pulang
part 22 Davin
part 23 tragedi
part 24 penyelamatan
part 25 istirahat
part 26 hotel angker
part 27 diana
part 28 kecelakaan
part 29 pemulihan
part 30 tumbal
part 31 vila Fergie
part 32 misteri vila
part 33 kembali ingat
part 34 kuliner malam
part 35 psikopat
part 36 libur
part 37 sosok di rumah om gunawan
part 38 sosok pendamping
part 39 angel kesurupan
part 40 Diner
part 41 diculik
part 42 trimester 3
part 43 kelahiran
part 44 rumah baru
part 45 holiday
part 46nenek aneh
part 47 misteri kolam
part 48 tamu



Quote:


Quote:


INDEKS

part 1 masuk SMU
part 2 bioskop
part 3 Makrab
part 4 kencan
part 5 pentas seni
part 6 lukisan
part 7 teror di rumah kiki
part 8 Danu Dion dalam bahaya
part 9 siswa baru
part 10 Fandi
part 11 Eyang Prabumulih
part 12 Alya
part 13 cinta segitiga
part 14 maaf areta
part 15 i love you
part 16 bukit bintang
part 17 ujian
part 18 liburan
part 19 nenek lestari
part 20 jalan jalak
part 21 leak
part 22 rangda
INDEKS LANJUTAN
Diubah oleh ny.sukrisna 18-05-2023 14:46
ferist123
kemintil98
arieaduh
arieaduh dan 22 lainnya memberi reputasi
21
19.6K
306
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
ny.sukrisnaAvatar border
TS
ny.sukrisna
#25
Part 10 Pencarian
Mereka berempat berjalan menyusuri hutan. Yang namanya hutan tentu tempat nya luas. Mereka bahkan tidak tahu seluas apa hutan hutan di sekitar desa. Karena mereka belum pernah masuk lebih dalam ke hutan hutan tersebut. Paling hanya berjalan di sekitar jalur yang biasa dipakai warga untuk jalan pintas menuju pemakaman. Apalagi jalur tersebut sudah berbentuk seperti jalur-jalur pendakian. Jadi kemungkinan tersesat sangat kecil kalau tetap pada jalur tersebut.

"Eh, lihat ini!" tunjuk Armand.

"Jejak kaki! Masih baru?" tanya Sule.

"Sepertinya masih baru. Lihat jejak kaki lain di sekitarnya, sudah agak pudar, kan? Sementara yang ini masih jelas sekali!" tukas Daniel.

Mereka jongkok untuk bisa mengamati jejak kaki itu dengan lebih jelas. Apalagi saat ini suasana sekitar pun terasa temaram. Walau dengan bantuan senter, tetap saja terasa berbeda.

"Sepertinya ini mengarah ke pemakaman. Lihat, kan? Jejak ini terus berjalan lurus ke sana. Nggak ada arah ke kiri ataupun ke kanan?" tanya Cendol.

"Iya, benar sekali. Kalau begitu sebaiknya kita segera ke sana. Lebih cepat lebih baik!" kata Daniel.

Baru kali ini wajah Daniel tampak cemas dan cukup tegang. Biasanya dia selalu tenang dalam menghadapi masalah apa pun, tetapi kali ini sungguh berbeda. Mereka pun berkata pergi ke arah pemakaman. Sambil menatap sekitar mereka tetap waspada dengan apapun yang mungkin saja sedang mengintai mereka sekarang.

Tak lama kemudian mereka pun sampai di area pemakaman. Begitu masuk ke dalam pemakaman tersebut mereka Langsung melihat keberadaan Fendi yang kini sedang dalam posisi bersujud di depan mata air. Tentu saja hal ini sungguh aneh bagi mereka semua. Sekalipun mereka tahu kalau Fendi saat ini sedang kerasukan setan, tetapi tindakan yang dilakukan terasa janggal dan tidak seperti manusia lain.

"Fen —!" Saat Cendol hendak Memanggil nama Fendy, tiba tiba Armand menahannya. Mereka yang awalnya bersemangat mendekat ke tempat Fendi, mendadak berhenti berjalan.

"Ssst. Lihat sekitar!" tukas Armand dengan berbisik.

Dia menyuruh teman-temannya untuk memperhatikan apa yang ada di sekitar mereka. Tanpa mereka sadari sebelumnya ternyata area pemakaman ini menjadi sangat ramai dengan berbagai macam makhluk halus dengan beraneka ragam bentuk dan jenisnya. Ada kuntilanak merah hitam, putih, lalu beberapa pocong yang tersebar di sekitar, ditambah makhluk berwarna hijau yang berbadan besar. Tidak lupa ada beberapa anak kecil atau sebenarnya adalah manusia kerdil yang berlarian di sekitar area pemakaman. Armand dan teman temannya seolah-olah seperti membeku. Mereka tidak berani bergerak sedikit pun. Sambil memperhatikan sekitar, untuk mengetahui Bagaimana reaksi makhluk-makhluk itu saat mereka datang.

"Gimana ini? Kita harus apa sekarang?" tanya Daniel berbisik.

"Yang jelas kita tetap harus membawa Fendi pergi dari sini. Apapun yang terjadi!" tutur Sule.

"Gimana caranya?" tanya Cendol.

Mereka semua terdiam, sambil berpikir keras mengenai rencana yang hendak dilakukan untuk membawa pergi teman mereka yang saat ini sedang dalam pengaruh makhluk halus.

Fendi yang sejak tadi bersujud mirip sekali dengan patung batu yang berada di tengah mata air.

"Tunggu! Kenapa kita nggak minta bantuan Pak Sobri saja? Bukannya rumah beliau tidak jauh dari sini?" tanya Daniel.

"Iya, bener itu!" tambah Cendol.

" tetap saja kita harus melewati Fendi untuk bisa sampai ke rumah pak Sobri. Jadi sebaiknya kita langsung saja bawa Fendi pergi dari sini. Kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Apalagi makhluk-makhluk di sekitar sudah menyadari keberadaan kita sekarang!" bisik Armand.

"Langsung kita bawa aja?" tanya Sule.

"Iya! Ayo!" ajak Armand.

Mereka berempat pun berjalan mengikuti Arman yang tampak tidak takut sama sekali. Begitu sudah sampai di dekat Fendi mereka berusaha menyadarkan teman mereka itu.

"Fen! Lagi ngapain sih lo? Ayo, pergi dari sini!" ajak Armand.

"Iya, Fen! Ayo, pulang. Jangan di sini! Serem!" tambah Cendol.

"Fen, kita nggak mau jadi santapan setan setan di sini, ya! Ayo, sadar!" tambah Sule

PLAK!

Sebuah tamparan mendarat mulus yang di pipi Fendi. Rupanya Sule tidak segan segan memakai kekerasan untuk menyadarkan temannya. Ajaibnya, Fendi bergerak. Dia seakan akan telah bangun dari tidur, dan terkejut saat melihat ke sekitar.

"Loh, kok kita di sini?" tanyanya sambil menatap teman temannya di sekitar.

"Nanti aja ceritanya! Kita pergi dulu aja sekarang!" kata Armand.

Dia lantas membantu Fendi berdiri bersama yang lain. Tapi ternyata perjuangan mereka untuk bisa keluar dari tempat tersebut tidak semulus perkiraan. Karena kini mendadak kaki Fendi lemas bagai tak bertulang. Di saat genting seperti sekarang, ditambah situasi Fendi yang aneh, membuat malam itu menjadi sedikit dramatis. Karena mengetahui kalau Fendi tidak bisa berjalan mereka berempat pun ber inisiatif untuk mengangkat tubuh Fendi.

"Gila! Berat banget! As—ta—ga!" ucap Sule dengan wajah merah padam karena berusaha mengangkat tubuh Fendi yang terasa sangat berat.

"Sum—pah! Lo itu manusia apa batu sih, Fen!" tambah Cendol.

Ekspresi mereka berempat tampak sama. Sama sama kesulitan mengangkat Fendi yang sebenarnya memiliki tubuh yang tidak terlalu besar karena dia pun sebenarnya tidak terlalu tinggi. Jadi untuk ukuran tubuh seperti Vini rasanya akan sangat mudah diangkat hanya dengan 1 orang saja. Tapi anehnya saat ini diangkat 4 orang sekalipun, tubuh Fendi tidak bisa bergerak sedikitpun dari tempatnya. Mereka bahkan sudah berkeringat. Padahal udara dingin sekali pada malam ini. Namun tampaknya tidak berpengaruh banyak pada mereka sekarang.

"Ini nggak bisa begini! Kita harus pakai cara lain!" kata Daniel.

"Sepertinya Fendi masih dalam pengaruh makhluk halus," tukas Armand.

"Astagfirullah! Kita kenapa nggak berdoa dulu!" pekik Daniel.

"Doa apa, Nil?" tanya Cendol.

"Apa saja! Kalian itu muslim, kan? Al-fatihah, ayat kursi, al falaq, atau apapun yang kalian bisa. Kita harus membacanya sambil mengangkat tubuh Fendi!"

"Apa akan berhasil?" tanya Sule.

"Hei! Minta bantuan sama Allah! Jangan seperti manusia yang tidak punya Tuhan!" Berkali kali Daniel beristigfar. Dia tampak kesal saat teman temannya justru tampak seperti orang bodoh yang harus diberitahu doa apa yang seharusnya diucapkan di situasi seperti sekarang.

Daniel mulai membaca doa dengan suara lantang dan cukup keras. Hal ini memicu teman-temannya juga melakukan hal yang sama. Rupanya Mereka pun sebenarnya menghafal beberapa ayat-ayat suci. Karena doa-doa tersebut Terdengar sangat fasih terucap dari mulut mereka. Tanpa mereka sadari makhluk-makhluk di sekitar merasa terganggu. Makhluk-makhluk itu pun jadi menatap mereka berlima dengan tatapan tajam dan dingin. Perlahan kaki Fendi mulai bisa diangkat. Setidaknya ada perubahan walau belum sepenuhnya membuat mereka semua lega. Sambil berdoa mereka juga berusaha menarik tubuh Fendi agar bisa pergi dari tempat tersebut.

Tapi sosok sosok anak kecil yang awalnya berkeliaran di sekitar pemakaman kini justru mulai mendekati mereka berlima. Mereka kini berlarian di sekitar Armand dan teman temannya. Tapi tentu saja mereka berusaha untuk tidak terkecoh, dan tetap tidak tergoda untuk takut atau menanggapi makhluk makhluk itu.

Tawa anak anak kecil itu mulai mengganggu konsentrasi mereka. Bahkan kini Armand menjerit dengan wajah penuh emosi. Dia merasa seperti sedang diledek oleh makhluk makhluk itu. Tidak hanya sosok sosok anak kecil, kini Kuntilanak mulai terbang mendekat. Mereka melintas di atas mereka berlima. Bolak balik hingga gaun mereka mengenai wajah mereka berlima.

"Setan sialan! Berhenti kalian semua!" jerit Armand. Dia terus menyerocos dengan kalimat umpatan dan makian kepada seluruh makhluk yang kini ada di sekitar. Walau Cendol dan Sule beberapa kali menyuruhnya diam, tetapi Armand seakan akan tidak perduli dengan semua itu. Sementara Daniel masih saja berdoa tanpa putus. Dia bahkan kini membaca surat al Baqarah yang jarang sekali dihapal oleh kebanyakan orang. Cendol dan Sule masih berusaha menarik tubuh Fendi. Mereka berhasil. Salah satu kali Fendi mulai bisa melangkah. Tinggal kaki satunya.

"Ayo, Fen! Lo bisa? Terus tarik!" kata Cendol.

Malam semakin larut, tenaga mereka mulai terkuras. Pantas saja Armand yang sudah tidak tahan lagi, berlaku brutal. Kini dia tidak segan segan menantang semua makhluk di sana.

"Lepaskan temanku! Kalian jangan beraninya keroyokan, ya! Apa mau kalian sebenarnya? Kami tidak mengganggu! Tapi kenapa kalian yang mengganggu kami?"

Tentunya tidak ada tanggapan apapun dari makhluk di sekitar. Mereka hanya menatap Armand tanpa ekspresi.

"Memangnya salah kami, kalau kalian bisa terlihat oleh kami? Harusnya kalian yang jaga diri, agar kalian tidak muncul di sekitar kami dengan seenaknya sendiri! Hidup berdampingan apanya! Hah! Tai kucing!" omel Armand terus tanpa henti.

Satu sosok kuntilanak yang memakai baju hitam terbang mendekati Armand. Dia berdiri di depan Armand hanya berjarak tiga meter saja.

"Kenapa? Lo mau nantangin gue? Iya! Siapa lo? Kuntilanak? Kuntilanak baju item? Iya? Terus lo pikir gue takut sama lo!" jerit Armand sambil menunjuk makhluk di hadapannya itu.

"Ada apa ini?" tanya seseorang.

Begitu mereka menoleh ternyata ada Pak Sobri dan beberapa warga desa. Mereka datang dengan membawa obor dan berdiri di depan pintu area pemakaman.

"Ini, Pak! Dia—," kata Armand sambil menunjuk depannya. Tapi saat dia menoleh ke arah depan, ternyata sosok tadi sudah menghilang.

Bahkan kini Fendi sudah bisa bergerak, walau dengan tubuh lemah, tapi dia bisa dibawa oleh teman temannya menjauhi area mata air.

"Ke mana mereka? Sialan! Kenapa sekarang mereka justru hilang?" tanya Armand bergumam sendiri.


"Kalian baik baik saja, kan? Tadi teman teman kalian mendatangi rumah saya lalu menceritakan semua. Jadi saya membawa warga untuk mencari kalian semua," jelas Pak Sobri.

"Kami baik baik saja, Pak. Tadi ... Teman kami kesurupan. Ternyata dia ada di sini," tukas Daniel sambil menunjuk Fendi yang masih tampak lemas dan kini sedang dipapah oleh Cendol dan Sule.

"Pak, tadi banyak sekali setan di sini," tutur Cendol.

"Setan? Hehehe. Ya jelas ada, Mas. Kan kalian ada di makam."

"Oh iya, Pak. Bisa tolong periksa kondisi teman kami?" tanya Armand.

"Tentu saja. Mari kita pulang lebih dahulu," ajak Pak Sobri.

Mereka pun akhirnya segera meninggalkan tempat itu bersama sama warga desa yang lain.

"Gimana? Fendi kenapa?" tanya Khusnul tampak panik saat melihat teman temannya membawa tubuh Fendi yang tak berdaya ke dalam rumah. 

Sejak Armand pergi keluar untuk mencari Fendi, Dolmen dan Derry lantas membangunkan yang lain untuk memberitahukan hal ini. 

"Kok pada bangun semua?" tanya Armand heran. 

"Kita bangunin. Habisnya kondisi genting kayak gini masa mereka disuruh enak enakan tidur sih!" sindir Derry. 

"Lagipula kami juga diteror di rumah tahu!" ucap Dolmen berbisik. 

"Apa?"

"Tunggu, nggak enak ada warga desa."

Beberapa dari warga desa masuk ke dalam rumah untuk menenangkan mereka. Beberapa patah kata terucap dari mulut Pak RT, selaku wakil dari perangkat desa. Mereka tidak bisa selalu mengganggu waktu Pak Kades untuk hal hal seperti ini. Jadi Pak Rt akan menggantikan Pak Kades jika mereka menghadapi kesulitan di luar KKN. 

"Kalau begitu kami pamit dulu. Kalian istirahat saja. Ini masih malam, setidaknya masih ada waktu untuk tidur sebelum pagi datang," kata Pak RT setelah memberikan wejangan mengenai peristiwa yang tadi mereka alami. 

"Baik, Pak RT. Terima kasih banyak bantuannya," sahut Daniel. 

"Iya, sama sama, Mas. Mulai sekarang kalian sebaiknya tidak terlalu sering mendekati tempat tempat yang saya sebutkan tadi. Bagaimana pun juga kalian kan masih dua bulan lebih di sini. Untuk menghindari hal hal yang tidak mengenakan nantinya."

"Baik, Pak. Kami ingat pesan Bapak. Sekali lagi Terima kasih atas bantuannya tadi."

"Sama sama, Mas. Kalau begitu kami pergi sekarang supaya kalian bisa istirahat. Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam."

Langkah para warga masih tampak jelas di jendela rumah. Armand masih berdiri di dekat pintu, sementara yang lain berusaha membangunkan Fendi. 

"Ini udah aman, kan? Fendinya?" tanya Mey. 

"Semoga aman. Toh, tadi kata Pak Sobri udah nggak ada lagi yang menempel di tubuhnya," sahut Sule. 

"Tapi kalau tiba tiba dia kumat lagi gimana?" tanya Indy. 

"Gue rasa nggak akan. Kalian lihat sekarang jam berapa?" tanya Armand. 

"Jam 3 pagi. Kenapa, Man?" tanya Dolmen. 

"Kejadian yang kerasukan biasanya di bawah jam 3 pagi. Atau antara tengah malam sampai jam segini. Kalian ingat waktu Mey kesurupan, kan? Waktu kejadiannya itu sama seperti Fendi, kan?" 

"Eh, iya. Bener juga. Jadi apakah makhluk makhluk ini cuma bisa masuk ke tubuh kita di jam jam tertentu aja?" tanya Ike. 

"Mungkin aja."

"Tapi gue pernah baca di buku, eksistensi keberadaan makhluk makhluk itu memang kuat di jam segitu. Kekuatan mereka akan mulai melemah saat masuk pagi, atau biasanya subuh," jelas Derry. 

"Yah, semoga saja Fendi ataupun kita semua malam ini aman. Jadi bisa istirahat. Ingat, besok jadwal kita padat," ungkap Daniel. 

"Ngomong omong, gue tahu apa yang Fendi ikuti tadi," timpal Armand. 

Sontak teman-temannya yang awalnya hendak kembali tidur, kini tertarik dengan perkataan Armand. 

"Eh, siapa, Man?" tanya Derry yang lebih antusias ketimbang yang lain. Karena mereka adalah saksi mata saat Fendi kesurupan tadi. 

"Patung itu."

"Patung? Patung apa maksud lo?" tanya Derry. 

"Patung batu. Kalian ingatkan kalau di mata air yang ada di area pemakaman panda sebuah patung batu yang bentuknya mirip orang sedang semedi. Tadi siang pas gue lewat sana patung itu nggak ada. Nah tadi sewaktu kami menemukan Fendi, kalian tahu kami temukan dia di mana?"

"Di makam?"

"Ya, di makam. Dengan posisi seperti sedang bersujud dan di depan mata air. Lalu patung itu justru ada di sana di posisi semula."

"Tunggu dulu! Jadi maksudmu Fendy pergi karena dibawa oleh patung batu yang ada di mata air makam? Lalu dia mengikuti patung itu? Bagaimana sih, saya bingung. Bisa kalian jelaskan lebih rinci kepada kami?" tanya Daniel. 

"Jadi, tadi malem waktu kita semua lagi tidur, tiba-tiba gue lihat si Arman ini lagi berdiri di depan pintu. Terus pas gue deketin ternyata di teras ada Fendi yang lagi duduk sendirian. Gue rasa dia emang udah daerah suka sama setan deh. Nah, anehnya. Kita berdua melihat ada satu sosok yang melintasi jalan depan rumah. Bentuknya agak aneh tapi memang terkesan familiar. Gue ingat banget kalau warna dari makhluk itu abu-abu. Ternyata itu memang warna batu. Jadi, makhluk tadi memang batu itu ya?" tanya Derry. 

"Iya. Setelah gue lihat patung batu itu, Gue bener-bener yakin kalau makhluk yang tadi dikejar sama Fendi adalah dia." 

" jadi maksud kalian patung batu yang ada di makam jalan-jalan sendiri dan Fendi mengikutinya?" tanya Khusnul. 

"Gila! Serem banget sih kalau bener. Gue nggak sangka kalau patung batu bisa jalan sendiri keliling desa! Pasti itu bukan patung sembarangan!!" timpal Cendol. 

"Pasti. Mungkin setelah ini kita harus benar-benar waspada dengan makhluk itu. Bisa saja kalau selama ini ternyata dia sering memantau kita," tambah Sule. 

"Tapi bagaimana bisa ada patung batu yang bisa berjalan. Apakah patung bisa kerasukan?" tanya Mey. 

"Ah, bisa aja itu sesuatu yang lain. Seperti jelmaan, atau memang benda keramat yang sudah ada di desa ini sejak lama. Mengingat kalau di desa ini masih banyak sekali adat yang dianut oleh warga dan semua itu merupakan sesuatu yang mistis."

" sepertinya kita harus mencari tahu tentang benda itu."

"Yah, benar. Kalau begitu sekarang lebih baik kita istirahat saja dulu. Sebentar lagi pagi tapi kalau kita tidak tidur bisa saja besok kita tidak bisa melakukan proker kita dengan baik," kata Daniel. 

"Iya benar."

Mereka segera tidur untuk memulihkan tenaga. Sejak pulang tadi Fendi terus saja memejamkan mata. Tidak ada yang tahu pasti apakah Fendi sedang tidur atau pingsan. Yang jelas dia sudah tenang dan tidak lagi melakukan aktivitas yang membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain. Setelah beberapa menit berlalu mereka semua Langsung tertidur dengan nyenyak. Walau hanya bisa tidur selama beberapa jam saja tapi setidaknya mereka tetap harus tidur malam ini.
3.maldini
unhappynes
kemintil98
kemintil98 dan 11 lainnya memberi reputasi
12
Tutup