Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ny.sukrisnaAvatar border
TS
ny.sukrisna
story keluarga indigo.

Quote:



KKN Di Dusun Kalimati

Quote:


Kembali ke awal tahun 1990an . Dusun Kalimati kedatangan sekelompok mahasiswa yang hendak KKN. Rupanya salah satu peserta KKN adalah Hermawan, yang biasa dipanggil dengan nama Armand. Dia adalah Kakek Aretha, yang tidak lain adalah ayah Nisa.

Bagai de javu, apa yang dialami oleh Armand juga sama mengerikannya seperti apa yang Aretha alami Di desa itu. Di masa lalu, tempat ini jauh lebih sakral daripada saat Aretha tinggal di sana. Berbagai sesaji diletakkan di beberapa sudut desa. Warga masih banyak yang memeluk kepercayaan memberikan sesaji untuk leluhur. Padahal leluhur yang mereka percayai justru seorang iblis yang sudah hidup selama ribuan tahun.

Banyak rumah yang kosong karena penghuninya sudah meninggal, dan Armand bersama teman temannya justru tinggal di lingkungan kosong itu. Rumah bekas bunuh diri yang letaknya tak jauh dari mereka, membuat semua orang was was saat melewatinya. Apalagi saat malam hari.








INDEKS

Part 1 sampai di desa
Part 2 rumah posko
part 3 setan rumah sebelau
Part 4 rumah Pak Sobri
Part 5 Kuntilanak
Part 6 Rumah di samping Pak Sobri
Part 7 ada ibu ibu, gaes
Part 8 Mbak Kunti
Part 9 Fendi hilang
Part 10 pencarian
Part 11 proker sumur
Part 12 Fendi yang diteror terus menerus
Part 13 Rencana Daniel
Part 14 Fendi Kesurupan lagi
Part 15 Kepergian Daniel ke Kota
Part 16 Derry yang lain
Part 17 Kegelisahan Armand
Part 18 Bantuan Datang
Part 19 Flashback Perjalanan Daniel
Part 20 Menjemput Kyai di pondok pesantren
Part 21 Leluhur Armand
Part 22 titik terang
Part 23 Bertemu Pak Sobri
Part 24 Sebuah Rencana
Part 25 Akhir Merihim
Part 26 kembali ke rumah



Quote:


Quote:


Saat hari beranjak petang, larangan berkeliaran di luar rumah serta himbauan menutup pintu dan jendela sudah menjadi hal wajib di desa Alas Ketonggo.

Aretha yang berprofesi menjadi seorang guru bantu, harus pindah di desa Alas Ketonggo, yang berada jauh dari keramaian penduduk.

Dari hari ke hari, ia menemukan banyak keganjilan, terutama saat sandekala(waktu menjelang maghrib).

INDEKS

Part 1 Desa Alas ketonggo
Part 2 Rumah Bu Heni
Part 3 Misteri Rumah Pak Yodi
Part 4 anak ayam tengah malam
part 5 dr. Daniel
Part 6 ummu sibyan
Part 7 tamu aneh
Part 8 gangguan
Part 9 belatung
Part 10 kedatangan Radit
Part 11 Terungkap
Part 12 menjemput Dani
Part 13 nek siti ternyata...
part 14 kisah nek siti
part 15 makanan menjijikkan
Part 16 pengorbanan nenek
Part 17 merihim
Part 18 Iblis pembawa bencana
Part 19 rumah
Part 20 penemuan mayat
Part 21 kantor baru
Part 22 rekan kerja
Part 23 Giska hilang
part 24 pak de yusuf
Part 25 makhluk apa ini
Part 26 liburan
Part 27 kesurupan
Part 28 hantu kamar mandi
Part 29 jelmaan
Part 30 keanehan citra
part 31 end





Quote:


Quote:



INDEKS

Part 1 kehidupan baru
Part 2 desa alas purwo
part 3 rumah mes
part 4 kamar mandi rusak
part 5 malam pertama di rumah baru
part 6 bu jum
part 7 membersihkan rumah
part 8 warung bu darsi
part 9 pak rt
part 10 kegaduhan
part 11 teteh
part 12 flashback
part 13 hendra kena teror
part 14 siapa makhluk itu?
part 15 wanita di kebun teh
part 16 anak hilang
part 17 orang tua kinanti
part 18 gangguan di rumah
part 19 curahan hati pak slamet
part 20 halaman belakang rumah
part 21 kondangan
part 22 warung gaib
part 23 sosok lain
part 24 misteri kematian keisha
part 25 hendra di teror
part 26 mimpi yang sama
part 27 kinanti masih hidup
part 28 Liya
part 29 kembali ke dusun kalimati
part 30 desa yg aneh
part 31 ummu sibyan
part 32 nek siti
part 33 tersesat
part 34 akhir kisah
part 35 nasib sial bu jum
part 36 pasukan lengkap
part 37 godaan alam mimpi
part 38 tahun 1973
part 39 rumah sukarta
part 40 squad yusuf
part 41 aretha pulang

Konten Sensitif


Quote:

Kembali ke kisah Khairunisa. Ini season pertama dari keluarga Indigo. Dulu pernah saya posting, sekarang saya posting ulang. Harusnya sih dibaca dari season ini dulu. Duh, pusing nggak ngab. Mon maap ya. Silakan disimak. Semoga suka. Eh, maaf kalau tulisan kali ini berantakan. Karena ini trit pertama dulu di kaskus, terus ga sempet ane revisi.

INDEKS
part 1 Bertemu Indra
part 2 misteri olivia
part 3 bersama indra
part 4 kak adam
part 5 pov kak adam
part 6 mantra malik jiwa
part 7 masuk alam gaib
part 8 vila angker
part 9 kepergian indra
part 10 pria itu
part 11 sebuah insiden
part 12 cinta segitiga
part 13 aceh
part 14 lamaran
part 15 kerja
part 16 pelet
part 17 pertunangan kak yusuf
part 18 weding
part 19 madu pernikahan
part 20 Bali
part 21 pulang
part 22 Davin
part 23 tragedi
part 24 penyelamatan
part 25 istirahat
part 26 hotel angker
part 27 diana
part 28 kecelakaan
part 29 pemulihan
part 30 tumbal
part 31 vila Fergie
part 32 misteri vila
part 33 kembali ingat
part 34 kuliner malam
part 35 psikopat
part 36 libur
part 37 sosok di rumah om gunawan
part 38 sosok pendamping
part 39 angel kesurupan
part 40 Diner
part 41 diculik
part 42 trimester 3
part 43 kelahiran
part 44 rumah baru
part 45 holiday
part 46nenek aneh
part 47 misteri kolam
part 48 tamu



Quote:


Quote:


INDEKS

part 1 masuk SMU
part 2 bioskop
part 3 Makrab
part 4 kencan
part 5 pentas seni
part 6 lukisan
part 7 teror di rumah kiki
part 8 Danu Dion dalam bahaya
part 9 siswa baru
part 10 Fandi
part 11 Eyang Prabumulih
part 12 Alya
part 13 cinta segitiga
part 14 maaf areta
part 15 i love you
part 16 bukit bintang
part 17 ujian
part 18 liburan
part 19 nenek lestari
part 20 jalan jalak
part 21 leak
part 22 rangda
INDEKS LANJUTAN
Diubah oleh ny.sukrisna 18-05-2023 14:46
ferist123
kemintil98
arieaduh
arieaduh dan 22 lainnya memberi reputasi
21
19.7K
306
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
ny.sukrisnaAvatar border
TS
ny.sukrisna
#218
42 Koma
Kami kembali ke tenda setelah berlari kencang karena kejadian pasar gaib tadi.

"Tunggu-tunggu.. Istirahat deh," pinta Kiki sambil mengatur ritme nafasnya yg tidak beraturan.

"Eh... kita di mana ya?" tanya Doni sambil celingukan.

"Hah??" Radit ikut kaget lalu ikut memperhatikan sekitar kami.

Ku bantu Kiki duduk di batang pohon yg sudah patah.

"Jangan bilang kita nyasar ya, Don." kiki mulai cemas.

"Lagi kayak gini baru manggilnya dan don dan don.. Gak inget kalau lg akur. Beuhh... mesranya,"  kata Doni sinis.

"Heh!! Malah berantem.. Ayok kita jalan lagi. Tadi ke mana sih arah jalan ke tenda? Perasaan tadi gak jauh deh dari tenda kan?" tanya Radit pada kami.

"Iya, kita coba puter lagi kali ya. Udah malem banget nih.. Gak baik, kalau keluyuran di hutan," Ucapku.

Kami kembali berjalan dengan mengingat arah kami datang tadi. Kami terus berjalan dan berjalan, hingga kaki ku terasa lelah sekali.
Aku bersandar di sebuah pohon besar sambil memukul mukul kaki ku karena pegal.

Radit mendekatiku," capek ya, Ai?" tanyanya lembut.

"Lumayan, Dit."

Walau Radit sering memanggilku dengan panggilan seperti itu, aku masih saja memanggilnya seperti biasa. Rasanya aku kikuk jika harus memanggil dia dengan sebutan lain.

"Mau aku gendong?" tanyanya.

"Eh enggak ... enggak usah. Kamu juga capek, kan."

"Gak papa kok. Aku gak capek," kata nya bohong.
Mana mungkin gak capek, kami ini sudah berjalan kurang lebih 2 jam.

"Gak usah deh, Dit. Aku beneran gak papa."

"Dit... Thaa!! " panggil Doni.

Dia mendekat,"kita ini lagi diputer puterin kali yah? Masa gak ketemu ketemu?"

"Iya kali yah. Gimana dong , Tha?" tanya Radit padaku.

Kutarik nafas dalam dalam, sepertinya memang begitu.
aku memang agak kurang fokus nih, sampai kecolongan begini.

Kupejamkan mataku dan berusaha fokus. Hawa sekitarku yg tadinya dingin sekali, berubah lebih hangat.
Dan saat ku buka mata, aku bisa merasakan arah yg seharusnya kami lewati.

"Ke sana," tunjukku ke arah depan kami.

"Yakin?" tanya Doni gak percaya.

"Insya Allah.."

Akhirnya kami berjalan ke arah yg kutunjuk tadi.
Benar saja, hanya beberapa langkah kami berjalan, tenda sudah terlihat di depan mata.

"Alhamdulillah..." kiki terduduk lemas begitu saja di tanah.

Sreeeekk..sreeeek.

Ada suara dari semak semak tak jauh dariku, dan saat aku perhatikan, di sana ada arkana yg sedang berdiri sambil menatap ku terus. Tak lama dia mengangguk, lalu menghilang.

"Ya udah, tidur yuk," ajakku ke Kiki.
Kubantu dia berjalan karena dia sudah kelelahan sekali.

Setelah masuk tenda, kami pun tidur. Lelah sekali rasanya.

•••••••

Buuugggghhh !!

Terdengar seperti ada sesuatu yg jatuh berdebam di tanah.
aku terjaga.
Kulirik jam di pergelangan tanganku, masih pukul 03.00 pagi. Tapi suara apa ya tadi.
Perasaan tidak ada pohon kelapa di sekitar sini.

Ku coba untuk kembali tidur, tapi entah kenapa malah aku tIdak bisa memejamkan mata lagi.
Padahal sudah ku bolak balik badanku mencari posisi yg nyaman untuk tidur.

"Aarrrrrgghhh!!" aku kesal.
Dan akhirnya bangun.
Aku keluar dari tenda ,mungkin dengan meneguk coklat hangat, akan membuatku bisa kembali terlelap.

Saat keluar tenda, suasana nampak sepi. Bahkan Radit dan Doni sudah tidak ada di dekat api unggun. Untung nyala api unggun belum redup. Aku mendekat sambil menghangatkan badan.

Kuambil cangkir dan kubuat coklat hangat sesuai rencana ku tadi.
Suasana malam ini sungguh sunyi. Hanya ada suara jangkrik dan binatang malam saja yg menemaniku.
Untung ada bintang bintang di langit yg menemaniku juga malam ini, eh lebih tepatnya pagi ini.
Bintang terlihat lebih banyak jika kulihat dari gunung.
Dan beberapa kali juga aku melihat bintang jatuh.
waw... Seperti hujan bintang malah jika ku lihat dari tempatku sekarang.

Setelah coklat habis, aku kembali ke tenda.
Namun jantungku kembali berdetak kencang, saat ku buka tenda dan mendapati kantung tidurku ada yg menempatinya.
Padahal Kiki dan mbak Alya masih ada di kantung tidur mereka. Lalu siapa yg ada di tempatku?

Kembali ku tutup tenda itu.
Duh, kok aku jadi takut gini ya.
Akhirnya aku kembali ke api unggun. Kugelar alas yg biasa dipakai untUk duduk tadi.

Mending tidur di sini aja deh. Malah rasanya lebih aman.

Dari samping kananku aku merasakan kehadiran seseorang.
Arkana.
Entah dia datang dari mana, tau tau dia sudah duduk di sampingku sambil melemparkan senyuman. Saat ia berjalan, dia masih berwujud macan, tapi saat sudah dekat, wujudnya berubah menjadi manusia. Seorang pria tampan dengan pakaian kerajaan.

"Kamu takut?"

"Eh.. Enggak kok," jawabku bohong.

Dia terkekeh pelan,"mau aku usir? ini sepele lho, Tha. Masa kamu gak bisa menanganinya?"

"Ih, kamu nih.. Nyepelein aku banget. Aku bukan nya takut. Cuma kasian aja sama 'dia' kayanya dia kedinginan, udah lah biarin aja." timpalku tidak mau kalah.

Arkana makin tersenyum lebar.
"Ya udah, aku temenin ya..sini.. Tidur di pangkuan ku, kasian kamu. Pasti bakal sakit nanti kepalanya kalau gak pakai alas," katanya sambil menepuk pahanya pelan.

Apa? Tidur dipangkuan dia?
Gak salah nih?

Aku terus menatap Arkana seolah tidak percaya atas perkataan nya barusan.

"Kenapa bengong?" tanyanya heran.

Aku cengengesan lalu Arkana menarikku dan akhirnya aku tidur di pangkuan nya, dia membelai kepalaku lembut sambil bersenandung tembang jawa yg aku tidak begitu tau arti nya. Walaupun aku orang jawa, tapi jika sudah menyangkut bahasa jawa krama inggil aku tidak begitu paham. Hanya tau sedikit sedikit saja.

Aku memandangi Arkana dari bawah, dia ini tampan sekali sebenarnya. Agak mirip mirip oppa di drama korea.
coba kalau dia ini manusia, kayanya aku bakal jatuh cinta deh sama dia.

"Ingat Radit, Aretha," kata Arkana bikin aku terperanjat.
Apa dia bisa baca pikiranku ya?

Aku tertawa dan mencoba memejamkan mataku, dan sebentar saja aku mengantuk dan akhirnya aku tertidur.

•••••

"Tha.. Aretha!!" suara kak Arden membuatku terpaksa membuka mata.
Sudah banyak yg bangun rupanya.

"Eh lho kak.. Udah pada bangun ya?"

"Harusnya kakak yg nanya, kamu ngapain tidur di luar?"

Aku melongo, lalu aku melihat diriku sendiri yg memang tertidur di dekat perapian dengan kondisi berselimut tebal. Tapi, ini selimut siapa ya?

Arkana!!
Dia bawa selimut juga rupanya. Waw. Manis sekali.

"Astagfirullohaladziiim' kutepuk kepalaku sendiri karena pikiranku ngelantur gak jelas.

Kak Arden menatapku heran, sambil menunjukan kerut di dahinya.
"Psssttt.." kak Arden lantas menunjuk ke belakangku denga dagunya.
Saat aku menoleh aradit sudah ada di sana sambil terus menatapku.

"Eum.. Kakak salat dulu ya"
Ini memang sudah pagi, dan waktunya salat subuh.

Aku tersenyum ke Radit untuk mencairkan suasana.

"Kamu kenapa tidur di luar?" tanyanya dengan muka serius.

"Eum.. Gerah di tenda," jawabku asal.

"Gak usah bohong, Aretha. Kucing aja tau kalo di sini dingin banget. Kalau mau bohong cari alasan lain yg lebih masuk akal deh."

Kok dia kaya marah gini ya.
"Kamu marah?" tanyaku hati hati sekali. Karena baru pertama kali ini, Radit bersikap seperti ini padaku.

"Kok marah sih?? Aku tuh kepikiran tau. Begitu aku buka tenda dan liat kamu tidur di luar, aku yakin pasti ada yg gak beres kan? kamu diganggu lagi?"
Radit terus menatap mataku dalam, dan akhirnya aku mengangguk pelan.

"Kenapa gak bangunin aku? Kan aku udah pernah bilang berapa kali sama kamu sih... Kalo ada apa apa, kasih tau aku. Lagian aku kan ada di sini..Apa susahnya sih??" dia terus aja ngomel ngomel.

"Maaf, Dit. aku cuma gak mau ganggu kamu tidur. lagian aku gak papa kok."

"Lain kali gak ada tuh kaya gini lagi, Tha. Pokoknya kalo ada hal kaya gini lagi, kamu harus kasih tau aku!!"

"Siap ndan!!" ucapku dengan mengangkat tangan ke pelipisku, menirukan gaya hormat .

"Ish.. Kamu nih," gerutu Radit,"nih.. Aku bikinin kopi. Biar mata kamu melek," tukasnya sambil menyodorlan segelas kopi yg masih panas padaku.

"Makaasihh" ku cecap kopi itu sedikit demi sedikit.
Lalu aku pamit salat subuh juga seperti yg lain.

Setelah sarapan kami melanjutkan perjalanan kami.

Sampai lah di pos 3.
Lalu terus berjalan sampai ke Plawangan sekitar 4jam.
Beberapa kali kami berpapasan dengan pendaki yg lain nya.

Jalur menuju Plawangan relatif sama dengan jalur sebelumnya hanya saja kami akan banyak bertemu pohon yang lebih rimbun dan semak-semak yang semakin tinggi.

Lalu sampailah kami di puncak Surono dengan menempuh perjalanan 2 jam.
Kabut tebal siap menghadang menuju puncak Surono.
Ada sebuah kisah kenapa puncak nya dinamakan puncak surono.

Menurut warga setempat, dahulu kala ada seorang pendaki yang bernama Surono. Pendaki itu meninggal di puncak Gunung Slamet karena terpeleset ke jurang. Untuk menghormatinya, namanya kemudian dijadikan nama puncak tertinggi gunung Slamet yakni puncak Surono. Di puncak Surono terdapat sebuah tugu penghormatan untuk mengenang almarhum Surono.

Rasanya puas sekali ,akhirnya sampai juga ke puncak. walau dengan berbagai kejadian aneh seperti semalam.
Menikmati pemandangan dari sini, membuatku berdecak kagum pada sang pencipta, Allah SWT.

Masyaallah..


Sore ini, aku dan Radit akan pergi ke pentas seni di salah 1 universitas negri di kota kami.
Ini memang agenda rutin tiap beberapa bulan sekali.

Kali ini kami naik motor, karena mobil radit sedang di bengkel.

Dengan memakai, blouse dan cardigan pastel berbahan rajut dengan celana ripped jeans biru. aku melenggang keluar kamarku.
Tak lupa kubawa Flapbag pastel juga, aku selalu memakai tas jika bepergian. Rasanya itu adalah barang wajib yg harus ku bawa ,agar ponsel dan dompetku dapat aman jika kubawa ke mana mana.

Kutemui Radit yg sedang duduk manis di atas motornya sambil memainkan ponsel pintarnya.
Saat aku sudah ada di dekatnya ,dia lantas menoleh dan tersenyum.

"Udah siap ,Ai?"

"Yuk.."

Motor Radit melesat cepat menuju ke kampus yg menjadi tujuan kami, aku berpegangan erat pada pinggangnya. Bahkan terkesan memeluk. Karena Radit ini kalau mengendarai motor dengan kecepatan yg lumayan tinggi.

Akhirnya kami sampai di kampus itu. Keadaan yg cukup ramai membuat aku dan Radit sedikit kesulitan untuk masuk dan berdiri lebih dekat ke panggung.
Aku dan Radit memang sama sama menyukai musik. Jadi kalau ada acara pensi seperti ini, kami akan sangat berantusias.

Setelah beberapa jam berlalu, keadaan yg makin ramai membuat kami mundur.

"Dit, aku salat dulu ya."

"Oke.. Mau salat di mana?"

"Masjid sini aja.. Deket kan?"

"Ya udah yuk."

Radit menemaniku ke masjid besar yg ada di kampus ini.
Dia menunggu di depan masjid.

Aku salat ashar dulu, setelah ini kami akan pulang.

Saat aku keluar dari masjid, aku melihat Radit sedang mengobrol dengan seorang pria bersorban putih, mereka terlihat asik membahas sesuatu.

Tak lama pria itu undur diri dan memberikan sebuah buku ke Radit, aku pun mendekat.

"Dit-- siapa tadi?"

"Ustadz Faizal. " Dimasukan buku itu ke jaket Radit. aku tidak bertanya buku apa yg dia pegang, karena aku bukan orang yg terlalu ingin tau urusan orang.

"Oh" walau aku tidak tau siapa ustadz Faizal itu. aku iya-kan aja deh. Paling ustadz yg biasa ada di masjid ini, pikirku.

Kami lalu berjalan ke parkiran motor, dan Radit menyalakan mesin motornya lalu membawaku pulang.

Saat naik motor, entah kenapa aku merasa tidak nyaman. Perasaanku tidak enak sedari tadi.

Sampai kami di perempatan lampu merah, dari arah yg berlawanan ada sebuah truk yg oleng lalu menabrak sebuah mini bus di depan nya, dan mini bus itu menuju ke arah kami.
Dan...

Bruugggghhhh!!

Kami terpental dan jatuh ke trotoar jalan. Samar samar aku melihat Radit yg terkapar di jalan tak jauh dariku bersimbah darah di sekujur tubuhnya.
Tapi lama kelamaan pandanganku memburam.

••••••

Bau obat obatan menyeruak ke hidungku. Aku membuka mataku perlahan, sekujur tubuhku sakit sekali. Aku ada di rumah sakit.
Di sampingku ada bunda yg sedang tertidur di samping ranjangku.
Kucoba gerakan tanganku untuk membangunkan bunda.

"Masya Allah,, Aretha -- kamu udah bangun? alhamdulillah.." pekik bunda girang.

Aku tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun. karena tubuhku yg masih lemas.
Di tangan kiri ku terpasang infus dan hidungku ada selang oksigen yg menempel juga.

Bunda membangunkan ayah yg tengah terlelap di sofa.
Lalu mereka mendekatiku dan tersenyum sumringah.
Ayah berlari keluar kamar dan tak lama kembali dengan perawat.

Keadaanku diperiksa dengan teliti," sudah lebih baik, bu," ucapnya sambil menoleh ke bunda.

"Sayang... Apa yg kamu rasain?"tanya ayah.

"Lemes," ucapku dengan pelan.

Bunda menyuapiku dengan makanan rumah sakit. Sebenarnya aku tidak suka, karena rasanya hambar. Asin tidak, manis tidak, pedas pun tidak. Tapi, bunda terus saja memaksaku untuk membuka mulutnya.

"Bun... "

"Kenapa?"

"Radit mana?"
Aku baru ingat dia. Bukan kah kami mengalami kecelakaan bersama sama.

Bunda terdiam beberapa saat.
"Radit masih koma. Dia masih di ICU"

"Apa?dia gak kenapa kenapa kan, bun?"

"Kita doain aja ya."

"Aretha mau liat."ku sibakkan selimut yg menutupi tubuhku dan nekat turun dari tempat tidur.

"Aretha.. Jangan dulu. Kamu masih belum sehat,"larang bunda.

"Gak papa, Aretha mau liat Radit," ucapku dengan terisak.
Entah kenapa aku tiba tiba menangis.

Ayah yg baru masuk ke ruangan ini lalu segera memapah ku.
Bunda menjelaskan ke ayah, kalau aku mau melihat Radit.
Akhirnya ayah memapahku dan membantuku berjalan ke ruang ICU yg tIdak jauh dari ruang rawat inap ku.

Rupanya kak Arden yg ada di depan ruangan ICU menunggu Radit. Karena orang tua Radit belum bisa pulang.
Dan kak Arden agak kaget juga karena melihatku berjalan bersama ayah.

"Lho.. Kamu udah sadar?"

"Radit gimana, kak?" kutatap mata kak Arden lekat lekat.
Kak Arden malah terdiam beberapa saat.

Kugoyang goyangkan tangan kak Arden,"Radit gimana??" kembali pertanyaan tadi terlontar dari mulutku.

"Masih belum sadar."

Tangisku lagi lagi pecah. Aku lalu masuk ke dalam. karena peraturan rumah sakit yg hanya membolehkan 1 orang saja yg berkunjung.
Dengan memakai pakaian steril, aku melangkah dengan langkah yg tertatih. Kakiku masih nyeri. Namun terus kucoba berjalan.

Sampai di kasur Radit, aku berjalan mendekat padanya. dia dipenuhi banyak alat bantu di sekelilingnya.
Kugenggam tangan Radit.
"Dit,, kamu bangun dong. Jangan tidur terus. Ayok, Dit.. Radit... Bangun..." bulir bulir air mata mengalir deras melewati pipiku dan jatuh ke punggung tangan Radit.

Wuuuuussshhh.

Semilir angin membuat tirai di ruangan ini bergerak gerak.
Aku tengak tengok ke segala arah.
Ruangan ini tertutup, tidak ada akses angin yg bisa masuk maupun keluar kecuali pintu yg terbuka, dan tidak mungkin AC yg menggerakan tirai nya.

Aku berdiri dan mengamati keadaan di sekitar ruangan ini.
Ruang ICU memang besar, dan di sini tidak hanya ada Radit saja, namun ada beberapa pasien lagi yg dirawat. namun, semua dipisahkan dan disekat sekat.
Suasana memang hening. Tidak boleh terlalu berisik karena pasien butuh banyak istirahat juga. Kusibak kan tirai di depan bilik kamar Radit.

Terlihat sesosok makhluk hitam legam, seluruh tubuhnya hitam hanya meninggalkan matanya yg merah menyala.
Dia terus berjalan di sepanjang koridor ruangan ini, seperti sedang mencari cari sesuatu.
Kututup kembali tirai itu rapat rapat.
Aku lalu berjalan mundur perlahan, berharap makhluk itu tidak masuk ke sini.

Bug!

Aku menabrak seseorang, saat aku menoleh. Ternyata Arkana yg sedang berdiri di belakangku.
Alu menatapnya heran.
Dia ini kan sebangsa jin ya, tapi kok aku bisa nabrak dia?

Arkana tersenyum padaku,"biar aku yg menjaga Radit. Kamu jangan takut. Tidak ada yg bisa menyakitinya selama ada aku di sini."

"Bener? kapan Radit bangun? dia pasti bangun kan? dia bakal sembuh kan? " tanyaku sambil ku goyang goyangkan tangan Arkana.

"Insha Allah. Doakan saja yg terbaik, Tha."

••••••
3.maldini
johny251976
theorganic.f702
theorganic.f702 dan 2 lainnya memberi reputasi
3