Selamat berjumpa kembali dengan gue dalam rangka melanjutkan JILID IV kemarin yang gue akhiri di tengah alias Mid-season Finale. Udah berasa kayak cerita series bule The Walking Dead, Nancy Drew, etc yak? Hahaha. Karena berbagai pertimbangan, gue memutuskan untuk menyelesaikan di sana. Hapunten ya agan sista! Semoga agan sista bisa memahaminya...
Ga pernah gue lupa untuk selalu ngucapin terima kasih atas dukungan dan apresiasi agan sista selama ini! Makin hari, makin bikin semangat gue aja untuk terus melanjutkan cerita gue ini yang (kayaknya) masih panjang. Hehehe.
Masih melanjutkan tema cerita di JILID IV gue sebelumnya, insya Alloh di JILID IV 2.0 ini gue akan menjawab bagaimana kondisi ibu gue, bagaimana hubungan gue dengan Bang Firzy, bagaimana pendidikan gue, bagaimana pekerjaan gue, dan banyak puzzle-puzzle lainnya yang belum terjawab. Dengan semangat 'tak boleh ada kentang di antara kita' yang tak hentinya diucapkan oleh agan sista, insya Alloh juga gue akan melanjutkan sampai selesai (semoga tanpa hambatan) di thread gue yang ini.
Kembali lagi gue ingatkan gaya menulis gue yang penuh strong language, absurd-nya hidup gue dan (kayaknya masih akan) beberapa kali nyempil ++-nya, jadi gue masih ga akan melepas rating 18+ di cerita lanjutan gue kali ini. Gue berharap semoga agan sista tetap suka dan betah mantengin thread ane ini sampe selesai!
Dengan segala kerendahan hati gue yang belajar dari thread sebelumnya, kali ini gue memohon agan sista untuk membaca juga peraturan mengenai thread ini yang kayaknya banyak di-skip (karena dinilai ga penting), terutama mengenai kepentingan privasi dan spoiler. Semoga dengan kerja sama semuanya, membuat thread ini semakin bikin nyaman dan betah untuk jadi tempat nongkrong agan sista semuanya
1. Cerita ini adalah kisah nyata yang terjadi di hidup gue, tapi gue tulisnya ga full100% sama persis dengan kejadian aslinya demi kepentingan privasi.
2. Ikuti peraturan standar H2H ya
3. Agan sista bebas memberikan komentar baik berupa masukan atau kritikan buat gue, tapi hapunten mohon untuk tidak memberikan komentar yang mengandung kebencian terkait dengan suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA).
4. Semua nama dan tempat kejadian akan disamarkan untuk kepentingan privasi.
5. Jika agan sista mengetahui nama atau tempat kejadian yang gue ceritain di thread ini, mohon untuk disimpan untuk agan sista aja ya.
6. Thread ini mengandung konten 18+ (dan tidak selalu berasiosiasi dengan dunia lendir ya), mohon agar jadi perhatian agan sista disini untuk lebih bijak ya dalam menyikapinya.
7. Jika agan sista mengetahui kelanjutan cerita (baik di tulisan ini maupun di tulisan lainnya) yang mungkin berdasarkan POV dari threadlainnya, mohon untuk tidak spoiler dengan menuliskannya di dalam komentar demi menghargai masing-masing Penulis.
8. Kalau agan sista puas dengan cerita ini, mohon keikhlasannya untuk memberikan dan
9. Selamat membaca dan mohon maaf apabila ada salah-salah kata!
Hapunten pisan belum sempet balesin komen aku satu per satu... Insya Alloh ane kejarin untuk balesin komen-komennya. Tapi semua komen agan sista selalu ane baca kok. Karena komen, cendol, kritik, dan saran agan sista selalu nyemangatin ane untuk terus nulis cerita! Wuff yu!
Pada kesempatan ini juga ane mau sekalian ngumumin kalau kali ini ane mutusin buat kolaborasi sama Bang Firzy alias Bang Ija (@yanagi92055 untuk nulis sekuel cerita AKHIR PENANTIANKU (THE SERIES) ini! Yay~ Well, kalau Bang Ija mah nulis sekuel ini dalam rangka melanjutkan cerita MUARA SEBUAH PENCARIAN (THE SERIES) punya dia ya... Judul cerita sekuel kami adalah :
Untuk gambaran ceritanya, bisa dibaca di PROLOGUE pejwan di thread-nya. Mungkin agan sista ada yang tertarik baca kisah ane ini, bisa dimampirkan ke thread tersebut. JILID I dan JILID II untuk AKHIR PENANTIANKU (THE SERIES), insya Alloh akan segera rilis juga. Semoga agan sista mau bersabar menunggu
Kebetulan, kami juga udah bikin beberapa FAQ untuk menjawab beberapa pertanyaan yang belum terjawab hingga akhir cerita AKHIR PENANTIANKU (THE SERIES). Agan sista bisa mampir ke SINI.
Dan sebagai bonus, kami kasih sopiler TEASER beberapa percakapan di cerita baru kami tersebut. Bisa agan sista cek di SINI.
Semoga cerita lanjutan dari ane dan Bang Ija ini bisa kembali menghibur, mengisi waktu luang, sekaligus menjawab segala puzzle yang mungkin masih ada dari cerita ane sebelumnya! Amiiin~
“Keliling Kota aja ya? Ga usah nongkrong di alun-alun atau Malioboro?” tanya Bang Firzy ke gue.
“Yaudah gapapa… Penuh banget itu.”
Kami pun memutuskan untuk berkeliling Kota Yogyakarta untuk mengabiskan waktu sambil cari tempat makan. Maklum, kami belum sempet makan malem sejak kami sampe di Yogyakarta saat itu. Tapi kami ga mau nyari rekomendasi di internet. Kami mau iseng nemuin tempat makan yang menurut kami menarik. Hehehe. Dengan harapan, kami ga akan kena zonk LAGI.
Ada satu tempat, tapi bukan tempat makan, yang sedikit menarik perhatian kami sejak kami dalam perjalanan menuju Yogyakarta, yaitu Toko Cat Warna Abadi atau Toko Cat WAWAWA. Ada yang tau?
Kenapa menarik perhatian kami? Karena ada tulisan ‘Buka Sampai Malam’ di tiap toko cat itu.
Terus kenapa emang kalau ada tulisan ‘Buka Sampai Malam’ jadi menarik? Ya karena pas waktu kami lewatin tokonya jam 6 sore, tokonya udah tutup. Sedangkan menurut kami, malam itu di atas jam 7. Menurut kami lhooo! Hahaha.
Ya, mungkin karena masih suasana Lebaran, jadinya tokonya masih tutup karena libur lebaran. Dan kenapa alasan mereka dibikin ‘Buka Sampai Malam’ karena mungkin di beberapa tempat, yang namanya toko material itu biasanya tutup jam 4 atau 5 sore. Sedangkan infonya, toko cat ini buka sampai jam 9 malam. Jadi itu pembeda dari mereka. Kami paham kok, cuman unik aja dengan promosi toko cat ini. Dan bikin kami selalu inget tempat ini. Hehehe.
Quote:
Akhirnya ini jadi lawakan kami deh kalau ada temen kami yang abis Magrib udeh tidur...
Q : Halah masa lu jam segini udeh tidur? Kalah lu kayak toko cat.
A : Kenapa emang?
Q : Toko cat aja 'Buka Sampai Malam'
Badumces.
Setelah muter sana sini, foto sana sini, dan kena macet sana sini juga, akhirnya berlabuhlah kami di salah satu tempat makan yang ada di Jalan Magelang, namanya Mie Ongklok Wonosobo Japuto. Ya maaf, kami malah makan mie ongklok khas Wonosobo tapi di Yogyakarta. Bukannya makan gudeg. Soalnya tempatnya bener-bener menarique pas kami lewatin kesitu. Dan kebetulan juga kami belum pernah nyobain mie ongklok selain yang ada di kota kami. Kami sih udah berniat nyari gudeg buat makan siang besok soalnya. Jadi ya, berakhirlah kami di sini.
Saat itu, tempat makannya rame banget dan minim tempat parkir. Udah mana jalanannya juga rame pisan pulak. Untung banget kami bawa motor, bukan mobil. Jadi, bisa parkir lebih mudah dan simpel. Hehehe.
Kami mesti menunggu dulu kurang lebih 15 menit sampe kami dapet meja. Tapi ya seperti biasa, ketika dapet meja pasti mejanya kotor, berantakan, serta ga ditumpuk tengah. Dan ya seperti biasa juga, kami bantu merapihkan meja kami tersebut.
“Kamu mau pesen apa aja?”
“Mau kulineran apa cuman di sini doangan?” tanya balik gue ke Bang Firzy.
“Kulineran lah… Masa cuman di sini doangan, gue kayaknya masih kuat kok ini muter-muter. Pinggang masih belum cape. Paling nanti minta dipijitin aja di hotel.”
“Yaudah…” Bang Firzy pun memesankan pesanan kami itu dengan logat Jawa-nya. Biar lebih enak dan ga diperlakukan kayak pendatang. Masih ada rasa khawatir kami yang dulu ditembakin sih… Untungnya di Mie Ongklok Wonosobo Japuto ini udah ada price list-nya di menu mereka. Jadi, udah ada harga pasti gitu.
Sebenernya di kota kami ada juga penjual mie ongklok. Tapi karena jarang ada penjual mie ongklok lagi, jadinya tempat makan itu lumayan terkenal. Tapi kami sama-sama belum pernah tau rasa mie ongklok yang sebenernya dan menurut kami mie ongklok di kota kami itu enak. Eh ternyata pas nyobain mie ongklok ini, malah lebih enak lagi. Yang bikin makin berasa enak ya karena HARGANYA ITU LHO! 2 kali lipat lebih murah daripada mie ongklok yang ada di kota kami! Hehehe. Maklum, anaknya diskonan banget aku mah. Jadi kalau ngeliat ada harganya lebih murah tuh kok ya berasa luntur aja dosa di dunia. Duh aku. Hahaha.
Mie ongklok ini tuh kuahnya kentel, banyak sayuran, dan mie nya pun berbeda dengan mie ayam. Ya namanya juga mie ongklok ye kan? Bukan mie ayam. Hahaha. Bentuk mienya itu biasanya kayak mie yang dipake di soto mie. Ya ga sih? Atau mungkin berbeda ya. Soalnya seinget gue sih begitu. Ciri khasnya ya dikuah kentalnya yang nikmat banget dimakan pas lagi panas apalagi pas lagi musim ujan. Duhilah jadi kangen mantan. Eh kangen mie ongklok maksudnya. Hahaha. Gas Yogyakarta lagi yuk, Zy?
Untuk tempe kemul, sempet ngira tempe kemul ini adalah tempe mendoan. Tapi saat kami cari ternyata berbeda, ya walaupun sama-sama intinya mah tempe goreng. Tempe kemul mah make kucai dan kunyit di dalamnya, tempe mendoan itu menggunakan ketumbar. Cara masaknya pun berbeda. Ya kurang lebih begitu sih info yang kami dapet. Sing penting, rasanya sama-sama maknyuuusss!
Dan untuk mengatasi perut kembung masuk an(jing)gin (dalam kurung ga usah dibaca ya hahaha) karena telat makan malem, wedang sekoteng ini bener-bener obat dah. Tenggorokan enak, anget, dan berasa kurang kalau diminum berdua. Hahaha. Karena makin malem makin rame, kami pun langsung pergi lagi setelah menghabiskan makanan kami.
“Zy, masih laper.”
“Mi, gue udah kenyang.”
“Beli dessert deh.”
“Es krim?”
Gue diem dulu sambil mikir. Gue lagi ga kepengen makan es krim soalnya. Kemudian mata gue tertarik dengan sesuatu “Burger yang itu gimana?” Gue menunjuk salah satu tempat makan burger yang terlihat rame muda mudi dan lebih kekinian.
“LU MAU DESSERT-NYA BURGER, NYET???”
“DARIPADA GUE MINTA DESSERT-NYA GUDEG MERCON???”
“DUA-DUANYA BUKAN DESSERT!!! ITU MAIN COURSE, BANGS*T! YANG SATU ADA ROTI-NYA, YANG SATU MAKANNYA PAKE NASI!”
“NAMANYA JUGA LAPER!”
“LU ABIS MAKAN MIE, MI!”
Gue kembali terdiam. “Iya juga sih. Kayaknya gue lupa baca bismillah sama baca doa nih, jadinya gue udah laper lagi sekarang. Lagian lu kan banyak minta tadi.”
“Bangs*t juga ini anak tuyul, makannya banyak terus ga boleh orang lain minta makanan dia pulak. Makan belum 5 menit udah laper lagi!”
“Ngehe lu Kang Roti!”
Kami pun langsung mampir ke tempat yang gue maksud tadi, kayaknya sampe sekarang masih ada deh, namanya Mister Burger Corporation! Wong Yogya, jawab nih masih ada kah tempat makan ini? Hehehe.
Baru juga kami parkir motor, eh kami dibuat terdiam karena lagu yang disetel di tempat makan kekinian itu. Kenapa? Kan biasanya tempat makan itu pasti nyetel lagu klasik, pop, atau ya hip hop ye kan? Tapi pas kami dateng kesana, mendadak lagu yang disetel itu malah A Rose For Epona-nya ELUVEITIE. Entah itu karena kebetulan ga sengaja kesetel atau mereka emang suka nyetel lagu begitu. Kebetulan banget itu lagu favorit kami berdua. Jadi deh sambil antri, kami nyanyiin lagu ini bareng.
Spoiler for ELUVEITIE - A Rose For Epona:
ELUVEITIE - A Rose For Epona
Do you feel the thorns?
Do you see the tears?
Do you see the blood shed in this fell war?
Have you forsaken us?
Have you forgotten our faithful men calling your name?
While I stand before you
While we perish
While I lay down a crimson rose
While holding hands
Are forced apart
While hopes bog like condemned men
Were you there?
The sky is falling on me
As your hand's turning old and weak
I'm giving myself up to thee
A futile sacrifice gone sere
In your nemeton
These grey stone walls
Are cold and silent
As the fallen
Mother gone deaf
Mistress of shattered hopes
And forever broken dreams
Were you there?
The sky is falling on me
As your hand's turning old and weak
I'm giving myself up to thee
A futile sacrifice gone sere
Epo, epo why hast thou forsaken me?
Together we go unsung
Into thy hand I commend my spirit
Together we go down with our people
Were you there? Were you there?
The sky is falling on me
As your hand's turning old and weak
I'm giving myself up to thee
A futile sacrifice gone sere
Falling on me...
Tempatnya enak banget buat dipake nongkrong. Kami bahkan jadi ngerasa ga kayak lagi nongkrong di Yogyakarta, tapi bener-bener berasa lagi nongkrong di Jakarta! Bener-bener ga berasa bedanya... Hehehe. Sempet agak mikir begini sambil ngantri 'Terus nyari pengalaman apaan lagi yang mau dirasain di tempat makan ini, kalau sama aja kayak di Jakarta?' Ya salah sih, di Yogyakarta malah makan burger, bukannya makan angkringan atau apa kek. Jadi pasti ngerasa kayak begitu. Tapi ya namanya juga penasaran ye kan? Abis tempatnya penuh anak muda mudi. Kan gue masih muda, walaupun Bang Firzy udah tuir ye kan? Hahaha.
Gue sih ga begitu ekspektasi tinggi dengan burger ini, AWALNYA. Murni karena penasaran aja sama tempat makannya dan penasaran apa aja yang mereka jajakan. Tapi pas burgernya jadi, kami takjub! Burgernya disajiin mirip banget dengan apa yang ada di foto menu! Ga kempes, mejret, dan pelit! Asli dah! Jadinya kami foto-foto dulu dah. Udah mana harganya murah, jauuuuuuhhhhh lebih murah daripada burger yang dijual di fast food restaurant yang biasa kami makan! Ga rugi banget dah kami nyobain kesitu! Hehehe.
Baru deh, setelahnya kami balik lagi ke hotel. Pengen rasanya nyobain nongkrong di salah satu tempat makan yang ada rooftop-nya di Yogyakarta. Tapi Bang Firzy keliatan udah cape banget. Dan sebagai lagu pamit mereka untuk kami, ediyaaan, kami disuguhkan lagu ELUVEITIE juga tapi yang Inis Mona.
Spoiler for ELUVEITIE - Inis Mona:
ELUVEITIE - Inis Mona
Welcome to the land of questions
Welcome to the isle of lore
Where the veil came crumbling down
There it all began,
The germination
Unveiling a cryptic door
There it was revealed
Hopes and aspirations
Unclosing an enthralled door
Escalate the sense
Enhancing to join the dawn
I close my eyes, Inis Mona
And reminisce of those palmy days
I moon o'er you, Inis Mona
As long as I breathe
I'll call you my home
20 years I have walked your barrows
Years of emulous youth
I followed the path of the wise
There it all was sown
The inspiration
Removing the seven seals
There it was revealed
Enigma of freedom
Unclosing an unseen door
Asli dah, bener-bener bikin kami enggan pergi dan kepengen nongkrong di situ aje sampe miskin! Sampe tutup toko maksudnya. Hahaha.
XOXOXO
Gue dan Bang Firzy udah tiduran di kasur. Bang Firzy malem itu tidur make 2 jaket tebel kami, sarung, dan kaos kaki. Namanya udah faktor umur, kena masuk an(jing)gin terus dikasih AC eror yang ga bisa dinaekin suhunya, jadi deh meriang rindu kasih sayang lelaki lain gitu dah. Belum lagi dia diselimutin ye kan. Habis sudah penghangat buat gue! Hmm. Wuasyuuuu emang.
Gue pun tidur cuman make bantal dan berselimut handuk plus mukena saking dinginnya. Jaket gue dipake si Centong Nasi soalnya. Ikhlas aja gue tidur begitu. Namanya menghormati orang tua ya kan? Biar dapet pahala. Hahaha.
Lalu mendadak…
Di tengah heningnya ruangan kamar kami karena kami berdua berusaha tidur, dari arah kamar tetangga yang sempat terdengar duk duk duk sebelumnya, sekarang berubah menjadi suara TV yang suaranya kedengeran sampe kamar kami. Buset, kenceng bener suaranya asli, sampe gue bisa tau dia lagi nonton apaan. Mungkin dia ngeh kali kami sindir sebelumnya duk duk duk, makanya pas mau lanjut ronde selanjutnya dikencengin suara TV-nya.
TAPI…
KAN PERKARANYA BUKAN SUARA AH OH AH OH YE KAN? TAPI SUARA DUK DUK DUK! Hahaha. Jadi weh kami tetep mendengar suara duk duk duk dengan suara TV yang kencang membentang kutang itu. Hadeuh. Hampir bikin kami ga bisa tidur awalnya. Tapi namanya badan udah cape, jadinya tetep aja kami bisa tidur. Tapi sukses bikin gue kebawa mimpi ngebayangin adegan ena-ena mereka kan jadinya. Hahaha.
XOXOXO
Tok tok tok.
“Ya?” jawab Bang Firzy sambil jalan ke arah pintu kamar.
“Sarapan paginya, Mas.”
“Hah? Sarapan paginya dianter toh? Enak amat ini.” jawab gue yang langsung lari ke kamar mandi.
“Sebentar, Mas.” Bang Firzy membuka pintu ketika memastikan gue udah di kamar mandi. Maklum, gue cuman make baju tidur soalnya, ga make kerudung.
Pagi itu kami dapet nasi gudeg dengan teh manis anget sebagai free breakfast dari hotel. Nasi gudegnya lengkap ada krecek, tahu, telur rebus, dan cabe di atasnya. Entah ini nasi gudeg masakan ibu siapa. Soalnya kan biasanya kalau buatan salah satu tempat makan terus disajiin di hotel, suka dikasih tau merk-nya biar makin terkenal. Promosi gratis. Tapi karena pagi itu disajikan di piring, jadinya ga dicantumin merknya. Mungkin emang buatan resto hotelnya? Entahlah. Lumayan, jadinya kami ga perlu hunting gudeg lagi. Hehehe.
Kami menikmati sarapan di meja yang ada di balkon kamar kami. Mas-nya tadi menanyakan kepada kami mau makan di dalam kamar atau di balkon kamar. Tapi dia menyarankan sih makan di balkon, biar enak dapet udara seger. Jadi deh, kami sarapan di sana. Lumayan juga hotelnya ini, ada balkon. Jadi kami bisa menikmati duduk-duduk manja di balkon gitu sambil nikmatin matahari pagi. Ya walaupun view-nya cuman rumah penduduk sekitar, tapi ya lumayan lah. Daripada lumanyun ye kan? Hahaha.
“Lu masih mau muter-muter sini?” tanya Bang Firzy sambil nyeruput teh manis dia.
Gue ngeliatin mukanya Bang Firzy yang udah keliatan lebih seger tapi masih tetep tua. Hahahanjing. “Ga usah… Lu lanjut tidur dulu aja abis ini. Jam 10an kita mandi---”
“Bareng?”
“Boleh kakaaaaqqqq.” Ala penjual di pasar gitu. Hehehe. Gue ngelirik judes si A*u. Gue ga demen dipotong begitu soalnya. “Terus lanjut aja sebelum jam 12. Bisa mampir ke Prambanan dulu ga?”
“Lu mau ke Prambanan musim libur begini?”
“Boleh ga?”
“Ya boleh aja sih. Tapi PASTI DIJAMIN RAME BANGET BANGET BANGEEEEEEETTTT!”
“Lu ga kepengen gue kesana ya?”
“Bukan begitu, bawaan kita banyak. Kayaknya bakalan ribet kalau kita ke Prambanan dulu bawa gembolan begini.”
“Hmm. Yaudah gapapa.”
“Lanjut aja gimana?”
“Hmm." Gue mikir dulu mau minta kemana lagi mumpung di sana. Kemudian gue inget sesuatu "Kalau makan Sop Ayam Pak Min di Klaten boleh?”
“Yaudah kalau itu gapapa dah…”
“YAY! Akhirnya bisa ngerasain makan sop ayam ini LANGSUNG DI KLATENNYA! Hahaha.”
Anda akan meninggalkan Stories from the Heart. Apakah anda yakin?
Lapor Hansip
Semua laporan yang masuk akan kami proses dalam 1-7 hari kerja. Kami mencatat IP pelapor untuk alasan keamanan. Barang siapa memberikan laporan palsu akan dikenakan sanksi banned.