Paparan sinar matahari menghasilkan radiasi bebas yang dapat merusak kulit dan menyebabkan kanker kulit sudah lama dikatakan oleh para ilmuwan. Akan tetapi sampai sekarang kita belum pernah mengetahui bagaimana hal itu bisa terjadi.
Para ilmuwan dari Cornell University, New York, Amerika Serikat, baru-baru ini menemukan jawaban bagaimana sinar ultraviolet memicu pembentukan melanoma, sejenis kanker kulit yang mematikan.
Berdasarkan laporan yang dipublikasikan dalam
Center for Disease Control and Prevention (CDC), penderita menaloma meningkat dua kali lipat, dari 11,2 per 100.000 penduduk pada tahun 1982, sampai 22,7 per 100.000 penduduk pada tahun 2011.
Sementara
dataterbaru menunjukkan penderita melanoma pada tahun 2014 di Amerika Serikat mencapai 76.665 orang dan diperkirakan pada tahun ini mencapai 87.110 orang.
Situs
RandDMagazine menuliskan bahwa para peneliti telah menemukan bahwa ketika sel induk melanosit mengakumulasi sejumlah mutasi genetik, maka mereka dapat menjadi cikal bakal sel melanoma.
Dalam keadaan normal, radiasi ultraviolet dari Matahari mengaktifkan melanosit untuk melepaskan melanin, pigmen yang melindungi kulit dari sinar matahari. Namun jika sel induk melanosit telah melampaui ambang batas mutasi genetik, sejenis tumor akan mulai tumbuh ketika sel induk kulit diaktifkan oleh paparan sinar matahari.
Andrew White, seorang asisten dosen sains biomedikal di Cornell's College of Veterinary Medicine yang juga merupakan salah satu peneliti, dalam siaran pers di situs Cornell University menyebutkan bahwa sekalipun mutasi sel itu cukup untuk membentuk melanoma, semuanya akan baik-baik saja sampai kita keluar dan terkena sinar matahari.
"Suatu rangsangan yang biasanya hanya membuat kulit menjadi kecoklatan, dapat menjadi awal melanoma," jelasnya.
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal
Cell Stem Cell juga menemukan cara yang mungkin dapat dilakukan untuk mencegah agar sel-sel yang rusak tidak berubah menjadi kanker kulit yang mematikan itu.
Dilansir dari situs
Medical News Today, tim peneliti menyebutkan, sejenis gen spesifik, yang disebut Hgma2, muncul ketika kulit terpapar radiasi ultraviolet. Saat itulah Hgma2 memfasilitasi sel induk melanosit berpindah dari tempat asal mereka di dasar folikel rambut ke permukaan kulit, atau epidermis. Di sanalah mereka melepaskan melanin.
Dengan melakukan rekayasa pada tikus-tikus percobaan agar memiliki mutasi sel induk melanosit, para peneliti menguji peran Hgma2 dalam pengembangan melanoma.
Satu kelompok hanya memiliki mutasi, sementara kelompok lainnya memiliki mutasi dan menghapus gen Hgma2. Lalu mereka memberikan radiasi ultraviolet berdosis rendah kepada semua tikus, yang cukup untuk merangsang "respon penjemuran".
Hasilnya, para ahli mendapati bahwa kelompok tikus dengan mutasi penyebab tumor dan gen Hgma2 mengembangkan melanoma secara utuh, sementara tikus dengan mutasi tumor tanpa gen Hgma2 tetap sehat.
Jadi, apa arti semua itu?
Joshua Zeichner, direktur kosmetik dan riset klinis dermatologi di Mount Sinai Hospital, New York mengatakan pada
Allure bahwa hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bahkan sel kulit yang rusak memerlukan pemicu tambahan sampai menjadi kanker kulit.
Oleh karena itu, selain kita tidak boleh melupakan penggunaan tabir surya secara rutin untuk melindungi kulit dari kerusakan akibat ultraviolet, kita juga harus menggandakan perlindungan dari sinar matahari sehingga dapat mencegah mutasi sel agar tidak menjadi melanoma sepenuhnya.
Namun, para peneliti menambahkan bahwa masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut terhadap gen Hgma2 untuk memastikan bagaimana cara mencegah pembentukan melanoma.
Tidak ada salahnya jika mulai sekarang kita menggunakan payung untuk melindungi kulit dari sengatan sinar matahari, bukan?