Jamak bagi masyarakat Indonesia mengonsumsi jengkol. Dengan berbagai resep olahan maka bau menyengat jengkol dapat hilang dan tetap bercita rasa lezat.

Saking disukainya, jengkol pun pernahlangka di pasar hingga harganya mencapai Rp100 ribu per kilogram. Hampir menyamai satu porsi daging bakar sirloin bukan?

Namun, kesukaan pada jengkol jangan justru membuat penggemarnya jadi mabuk jengkol. Jika konsumsi dengan berlebih jengkol pun dapat berbahaya hingga berujung kematian.

Jengkol punya nama latin Archidendron pauciflorum. Bau khas yang timbul saat proses memasak disebabkan oleh kandungan asam amino yang mengandung zat sulfur. Ketika terpecah-pecah menjadi komponen yang lebih kecil, asam amino itu akan menghasilkan berbagai komponen yang sangat bau karena pengaruh sulfur tersebut.

Salah satu gas yang terbentuk dengan unsur itu adalah gas H2S yang terkenal sangat bau. Saat dicerna, jengkol menyisakan zat yang disebut asam jengkolat atau jencolid acid yang dibuang ke ginjal. Inilah efek yang sering ditakuti orang terjadi, yaitu efek jengkolan.

Jengkol sendiri, meski jarang dilaporkan sebagai penyebab kematian, memang memiliki efek toksin atau beracun, khususnya jika konsumsi berlebihan.

Secara sederhana, jengkolan berarti akibat konsumsi jengkol berlebih maka menyebabkan asam jengkolat yang sulit larut dalam air tersebut mengendap dalam ginjal, membentuk kristal padat.

Efek samping beragam, mulai sakit di bagian perut, kram atau nyeri hebat, hingga paling parah adalah gagal ginjal. Tentu saja ini juga tergantung pada kondisi tubuh tiap orang.

Jika pH darah normal, asam jengkolat aman-aman saja, tapi jika cenderung asam (pH kurang dari 7) asam jengkolat membentuk kristal tak larut. Kristal tak larut pada ginjal ini yang mengakibatkan susah buang air kecil alias batu ginjal.

Tapi jangan takut untuk mencoba makan ya, karena ternyata jengkol juga mengandung anti oksidan tinggi, baik untuk mencegah berbagai penyakit kronis. Banyak anti oksidan yang dapat menjadi senjata untuk melawan radikal bebas di dalam tubuh. Jenis anti oksidan yang dimiliki jengkol adalah polifenol, flavoniod, terpenoid, dan alkaloid.

Zat-zat anti oksidan tersebut memiliki kemampuan untuk menjaga tubuh dari efek samping radikal bebas yang dapat menyebabkan penyakit jantung, diabetes, dan gangguan metabolik lain.

Dan paling mengejutkan, jengkol pun berpotensi menjadi obat untuk penyakit kanker. Seperti yang diungkapkan Institute of Health Sciences, di Sweden Riset Biosains, ternyata jengkol merupakan buah ajaib untuk membunuh sel kanker dan punya kemampuan 10.000 kali lebih kuat dari pengobatan kemoterapi.

Berdasarkan penelitian pula, jengkol bisa menjadi obat mujarab yang terbukti melawan hampir semua jenis kanker.

Setelah lebih dari 20 uji laboratorium yang dilakukan sejak tahun 1970, terungkap bahwa jengkol bisa menghancurkan sel-sel ganas dari 12 jenis kanker, termasuk kanker usus, payudara, prostat, paru-paru dan pankreas.

Senyawa buah ini menunjukkan 10.000 kali lebih baik dari produk adriamycin, obat kemoterapi, yang biasanya digunakan di dunia pengobatan untuk memperlambat pertumbuhan sel kanker.

Jengkol pun diyakini dapat mencegah penyakit anemia. Mengapa? Di dalamnya kaya akan zat besi yang dapat membantu dan memproduksi sel darah merah agar penyakit anemia tidak menyerang tubuh anda.

Ia juga memiliki banyak kalsium sebagai sumber utama tulang dan gigi agar tetap kuat dan sehat.

Jengkol mampu menjadi sumber makanan bagi ibu hamil dan akan membantu pertumbuhan janin dari dalam. Sehingga janin bisa terhindar dari beberapa efek buruk seperti cacat lahir atau efek lainnya.

Tentu, ini semua akan lebih baik jika didukung pola hidup sehat. Dan ingat, untuk segala sesuatu ada batasnya. Apa pun yang dilakukan berlebihan tentu akan membawa efek buruk bagi kita.