Dalam pidatonya, Presiden Soekarno pernah berpesan "jangan sekali-kali meninggalkan sejarah".
Mungkin ungkapan itu tepat gan buat artikel kali ini.
Bayangin aja, sebuah tas yang sederhana, bukan barang branded tapi laku sebesar Rp 24 Miliar
Itu semua pasti karena nilai historis dari tas itu gan.
Untuk informasi lengkapnya, simak penjelasan di bawah ini gan.
Nancy Lee Carlson boleh tersenyum bahagia sekarang. Ia meraup untung banyak. Tas misi Apollo 11 ke Bulan yang dibelinya pada 2015 dengan harga USD995 (Rp13 juta), laris USD1,8 juta (Rp24 miliar) dalam sebuah pelelangan.
Nilai tersebut adalah penawaran tertinggi dalam pelelangan di Sotheby's, New York, bulan Juli lalu. Identitas dan asal sang pembeli, yang menawar melalui telepon, dirahasiakan.
Memang harga itu masih di bawah perkiraan awal yang menyebutkan harga tas yang dibawa astronaut Louis Armstrong ke Bulan pada 1965 itu bisa mencapai antara USD2 juta hingga USD4 juta.
Akan tetapi sepertinya Carlson, seorang pengacara dari Illinois, Chicago, tidak akan keberatan.
Pelelangan tersebut dilakukan bertepatan dengan perayaan 48 tahun pendaratan Apollo 11 --yang membawa Armstrong, Buzz Aldrin, dan Michael Collins-- di Bulan. Armstrong dan Aldrin menginjakkan kaki mereka di satelit Bumi itu, sementara Collins mengendalikan modul Columbia di orbit Bulan.
Selain tas "Lunar Sample Return" yang masih mengandung debu Bulan itu, Sotheby's juga melelang memorabilia lain yang masih terkait dengan misi Apollo 11 dan misi antariksa lainnya.
Beberapa di antaranya, seperti tampak di situs Sotheby's, adalah rencana penerbangan yang dibuat para kru Apollo 11 (laris USD275.000, baju antariksa yang pernah dikenakan astronaut AS Gus Grissom(USD43.750), dan foto Aldrin saat di Bulan yang diambil oleh Armstrong (USD35.000).
Carlson tidak mengeluarkan komentar usai pelelangan, namun, menurut Chicago Tribune(20/7), ia pernah berencana untuk menggunakan sebagian hasil pelelangan itu untuk beasiswa program patologi suara di Northern Michigan University.
Sementara Sotheby's pernah menyatakan bahwa sebagian hasil akan disumbangkan untuk beberapa yayasan amal, termasuk Immune Deficiency Foundation dan Bay Cliff Health Camp.
Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menyatakan mereka sebenarnya tidak pernah berniat untuk menjual benda bersejarah tersebut. Apalagi, pada tas berukuran 30,5x21,5 cm itu masih terdapat serpihan debu Bulan.
Akan tetapi, tindakan kriminal yang dilakukan Max Ary, pendiri dan mantan direktur Kansas Cosmosphere dan Space Center, ditambah keteledoran NASA, membuat benda bersejarah itu akhirnya jatuh ke tangan Carlson.
NASA pernah membawa masalah ini ke ranah hukum, tetapi pada Maret 2017 mereka kalah di pengadilan sehingga tas itu dikembalikan kepada Carlson.
"Artefak ini tak pernah dimaksudkan untuk dimiliki seseorang," kata NASA setelah kalah di pengadilan, seperti dikutip NBC News. "Kami yakin tas itu adalah milik bangsa Amerika dan seharusnya dipamerkan kepada publik, seperti yang pernah dilakukan sebelum peristiwa yang tak menguntungkan ini terjadi."
Quote:
For All Moonkind, sebuah organisasi nirlaba di AS, menyatakan keputusan Carlson dan Sotheby's untuk melelang tas itu "sangat menyedihkan".
"Tas itu harusnya berada di museum agar seluruh dunia bisa berbagi dan merayakan pencapaian universal manusia yang diwakilinya," kata Michelle Hanlon, salah satu pendiri For All Moonkind, dikutip The Washington Post(19/7).
Agar artefak-artefak yang masih tertinggal di Bulan tidak bernasib sama seperti tas ini, For All Moonkind meminta PBB untuk menyatakan kawasan di Bulan yang pernah didarati Apollo sebagai kawasan yang dilindungi secara internasional.
Walau baru para astronaut AS yang mendarat di Bulan, namun berdasarkan Perjanjian Luar Angkasa 1967, semua negara berhak mengeksplorasi antariksa tanpa diskriminasi.
Saat ini, beberapa negara bahkan perusahaan swasta tengah berlomba untuk bisa kembali mendarat dan menjelajahi Bulan. Oleh karena itu, menurut Hanlon, perlindungan terhadap area pendaratan Apollo menjadi penting dilakukan.
"Bayangkan berapa harga kantong urin yang digunakan Armstrong," kata Hanlon seperti dinukil International Business Times (20/7). "Ini adalah jenis pertanyaan yang tak dipikirkan orang sebelumnya. Kami tidak ingin robot-robot datang (ke area pendaratan Apollo di Bulan, red.) dan pulang membawa artefak, lalu menjualnya."
Tuh gan, informasi tentang tas yang harganya selangit.
Yang ngebeli itu tas pasti sadar dan paham tentang nilai historis dari tas entu.
Makanya, agan dan sista juga harus cinta sejarah bangsa Indonesia.
Spoiler for Perpisahan:
Sekian gan infonya, moga bermanfaat buat agan semua.
Salam juga buat enyak, babe, encing, engkong, pokoknya semuanya dah. I LOPE YU PULLLL
Buat liat informasi menarik lainnya seperti artikel di atas bisa liat di sini
Jangan lupa rate bintang 5, tinggalin komentar dan bersedekah sedikit cendol buat ane dan ane doain agan makin ganteng dan cantik deh