Jika penelitian ini bisa dikembangkan menjadi produk massal, ponsel sepertinya akan jadi jauh lebih ringan dan lupa membawa alat cas bukan lagi menjadi masalah.

Baru-baru ini, seperti dilansir Spectrum(7/7/2017), tim periset dari University of Washington (UW) telah berhasil membuat sebuah ponsel tanpa baterai yang memanfaatkan gelombang frekuensi radio (RF) dari Base Station (BS) yang mereka rancang khusus dan cahaya (ambient light) sebagai sumber tenaga.

Walau masih berupa purwarupa, tetapi gawai itu terbukti bisa melakukan fungsi terpenting sebuah ponsel, mengubah sinyal suara analog menjadi sinyal digital untuk melakukan panggilan telepon.

Hasil penelitian mereka telah diterbitkan dalam jurnal ACM Digital Library edisi Juni 2017.

"Kami telah membangun apa yang kami yakini sebagai ponsel fungsional pertama yang hampir membutuhkan daya," kata Shyam Gollakota, salah satu penulis hasil penelitian tersebut, seperti dikutip GeekWire (5/7).

"Untuk mencapai konsumsi tenaga yang amat rendah yang dibutuhkan untuk menjalankan sebuah ponsel dengan memanfaatkan tenaga dari lingkungan, kami mesti memikirkan ulang secara fundamental bagaimana gawai ini dirancang," tambah Gollakota, yang juga associate professor Paul G. Allen School of Computer Science & Engineering UW.

Teknik backscattering(hamburan balik) digunakan untuk memberi tenaga sekaligus membuat ponsel melakukan panggilan suara menggunakan gelombang frekuensi radio yang dipancarkan BS. Mereka juga menunjukkan bahwa ponsel tersebut bisa digunakan mengambil tenaga untuk melakukan panggilan pada jarak 9,4 meter dari sebuah BS.

Selain itu, tim UW juga membuat versi lain ponsel yang dilengkapi foto dioda yang mengumpulkan cahaya yang ada (ambient light) untuk secara pasif mengisi daya ponsel, membuatnya bisa melakukan panggilan dari jarak 15,2 meter.

Saat melakukan atau menerima panggilan, ponsel itu hanya mengonsumsi daya 2 hingga 3 mikrowatt.

Untuk saat ini mereka baru membuat purwarupa yang hanya bisa menelpon, belum untuk data. Akan tetapi mereka menyatakan temuan itu bisa berguna dalam situasi tertentu.

"Bayangkan situasi saat ponsel anda mati tetapi Anda masih bisa mengambil cukup tenaga untuk menelpon nomor darurat. Itu akan jadi penyelamat hidup," kata Vamsi Talla, mahasiswa pasca-doktoral rekayasa elektrik di UW yang juga anggota tim tersebut.

Purwarupa tersebut dibuat dari komponen elektronik yang mudah ditemukan. Panel surya yang digunakan untuk menangkap cahaya hanya seukuran sebutir beras.

Cara kerja dari perangkat tersebut adalah pada saat seseorang berbicara melalui telepon, antena akan mengambil getaran di mikrofon perangkat yang kemudian dikodekan ke dalam sinyal radio. Telepon menerima komunikasi melalui sinyal radio yang dikodekan dan menerjemahkannya menjadi getaran pada speaker telepon.

Langkah selanjutnya, menurut New York Post(11/7), tim akan memperbaiki ponsel purwarupa tersebut dengan menambahkan layar e-ink berdaya rendah, serupa dengan yang digunakan di perangkat kindle dengan kemampuan pengaliran video (video streaming) dan enkripsi untuk membuat panggilan lebih aman.

Saat ini tim tersebut memang mesti merancang BS khusus untuk mengirim dan menerima sinyal radio guna keperluan uji coba. Namun mereka yakin hasil yang sama bisa dicapai menggunakan infrastruktur standar jaringan mobile atau router Wi-Fi.

"Anda bisa membayangkan pada masa depan semua menara seluler atau router Wi-Fi bisa dilengkapi teknologi BS kami di dalamnya," ujar Talla. "Dan jika setiap rumah memiliki router Wi-Fi di dalamnya, Anda bisa menggunakan ponsel tanpa baterai di mana saja."

Para ilmuwan ini masih belum bisa memastikan kapan ponsel tanpa baterai ini akan selesai dan diperkenalkan kepada publik. Bisa dipastikan banyak pemanufaktur ponsel yang akan tertarik menggunakan karya tersebut.