- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Di kampus ini, mahasiswanya disiapkan untuk gagal gan.


TS
kangjati
Di kampus ini, mahasiswanya disiapkan untuk gagal gan.
WELCOME
TO MY THREAD
TO MY THREAD



Halogan dan sis.
Apa iya sih gan ada kampus yang kerjaannya bikin para mahasiswa nya untuk gagal?





Jangan salah sangka dulu gan, ternyata ada udang di balik bakwan, eh maksud ane manfaat di balik kegagalan. Nyok kite simak penjelasannya gan.
**************************************************************************************************************************************



Ilustrasi
© Andrey_Popov /Shutterstock
© Andrey_Popov /Shutterstock
Quote:
Bagaimana jika di tengah halaman kampus dipasang televisi berukuran besar yang menyiarkan monolog-monolog berupa pengakuan kegagalan para mahasiswa, bahkan para dosen dan pegawai lainnya?
Seperti:
"Saya gagal dalam ujian tulis pertama saya di universitas,"
"Tahun kedua di universitas, saya gagal total," terang dosen bahasa Inggris. "Benar-benar gagal total. Nilai F di seluruh materi, sepanjang semester."
"Saya membuat naskah awal sebuah puisi yang berjudul Chocolate Caramel," kata seorang penulis dan peneliti budaya Amerika, dia menekankan bahwa, "Naskah itu ditolak oleh 21 jurnal...sejauh ini."
Ini terjadi di kampus Smith College, sebuah universitas seni liberal swasta dan independen, dengan program sarjana dan pasca sarjana.
Dilansir The Independent, hal tersebut bukanlah bagian dari upacara penerimaan mahasiswa baru atau sejenis perploncoan. Melainkan program resmi di universitas khusus perempuan tersebut.
Bahkan para mahasiswa yang terbiasa mendapatkan nilai-nilai tinggi juga menyetujui nilai-nilai terburuk mereka dipajang dan disiarkan secara luas seantero kampus.
Seorang mahasiswa berusia 20 tahun, Carrie Lee Lancastermengatakan, "Di kampus kami, semua hal dapat dirasakan seperti suatu kompetisi, saya kira kita terperangkap pada gagasan untuk menampilkan citra kesempurnaan. Jadi melihat kegagalan dibicarakan secara terbuka seperti ini, membuat saya merasa, 'Baiklah, (kegagalan) ini bukan masalah, setiap orang berjuang.'"
Apa yang ditampilkan ini merupakan bagian dari program baru di kampus Smith College. Program yang disebut dengan Failing Well bertujuan untuk "menghapus stigma kegagalan".
Failing Well merupakan rangkaian program untuk membahas dan mendiskusikan kegagalan, pengambilan risiko dan kesalahan.
Mereka mengadakan lokakarya tentang sindrom impostor (berpura-pura menjadi orang lain), berdiskusi tentang perfeksionisme, dan mengadakan kampanye untuk mengingatkan para mahasiswa bahwa sebesar 64 persen teman-temannya akan terkejut karena mendapatkan nilai B minus atau yang lebih rendah lagi.
Dengan mengajar, bercerita dan membuka percakapan di kampus tentang kegagalan, diharapkan dapat meningkatkan ketahanan para mahasiswa menghadapi kegagalan.
Rachel Simmons, seorang spesialis pengembangan kepemimpinan di Smith's Wurtele Center, dikutip dari NY Times mengatakan bahwa program ini memberikan pemahaman bahwa kegagalan bukanlah merupakan hambatan dalam belajar, tetapi merupakan bagian dari belajar.
"Kegagalan bukanlah sesuatu yang harus dihindari dari pengalaman belajar," tambah Simmons. "Bagi banyak mahasiswa, mereka merasa harus tampil dan memberikan nilai sempurna agar dapat diterima di universitas seperti Smith College, sehingga kegagalan dapat menjadi pengalaman yang menyakitkan. Jadi kegagalan dapat melumpuhkan mereka, ketika itu terjadi."
Simmons telah mengalaminya sendiri. Dia menyembunyikan kegagalannya selama hampir satu dekade, seperti dikeluarkan dari program beasiswa prestisius di usia 20 tahun dan kepala sekolahnya mengatakan dia membuat malu sekolah. Selama bertahun-tahun, Simmons berpikir hal ini membuatnya gagal total.
Program Failing Well bukan untuk membahas bagaimana jika gagal dalam ujian atau dikeluarkan dari sekolah atau universitas. Tetapi tentang mereka yang pulang ke rumah dengan sangat putus asa dan tidak dapat dihibur karena mendapat nilai kurang dari A minus.
Mereka yang berakhir di tempat konseling karena ditolak masuk suatu klub. Tentang mereka yang tidak dapat meminta pertolongan saat mereka membutuhkan, atau takut gagal sehingga mereka tidak akan mengambil risiko sama sekali.
Julie Lythcott-Haims, mantan dekan Stanford University dan penulis How to Raise an Adult mengatakan bahwa dari hasil pengamatan terhadap para mahasiswa, walaupun mereka unggul di atas kertas, namun para mahasiswa itu tidak dapat mengatasi perjuangan sederhana. Mereka seperti terjebak, jelas Lythcott-Haims, tidak terampil mengatasi kekecewaan.
Setelah terjadi gelombang bunuh diri mahasiswa pada tahun 2010, Cornell University mengatakan bahwa harus sudah menjadi 'kewajiban universitas' untuk membantu para mahasiswa untuk mempelajari ketrampilan hidup.
Tidak berapa lama kemudian, Stanford University memulai suatu proyek yang disebut dengan Resilience Project Dalam proyek ini para alumni terkenal menceritakan kemunduran akademis atau kegagalan mereka, dan merekamnya di video. "Ini merupakan salah satu upaya untuk menormalkan perjuangan," kata Lythcott-Haims.
Berbagai konsorsium akademisi juga telah dibentuk, dan program sejenis telah berkembang pesat. Seperti Success-Failure Project di Harvard yang menampilkan kisah-kisah penolakan; Princenton Perspective Project yang mendorong pembahasan tentang kemunduran/kegagalan dan perjuangan;Penn Faces di University of Pennsylvania untuk membantu mereka menguasai seni berbahagia saat berjuang.
University of Texas menyediakan aplikasi gratis, Thrive, untuk membantu mahasiswa mengelola pasang surut kehidupan kampus, melalui video pendek dan kutipan-kutipan yang inspirasional.
Bahkan di Davidson College, sebuah sekolah seni di North Carolina menyediakanFailure Fund atau 'dana kegagalan' bagi siswa yang ingin berusaha dengan kreatif, tanpa syarat.
"Kami mendorong para mahasiswa belajar dari kesalahan mereka, dan bersandar pada kegagalan mereka," demikian yang disampaikan dalam siaran pers program ini.
Dekan Smith College, yang juga wakil presiden urusan kemahasiswaan kampus ini, Donna Lisker, mengatakan bahwa selama ini kita berasumsi tentang hal-hal yang secara otomatis dipelajari pada masa kanak-kanak: menerima kegagalan.
"Gagasan bahwa seorang anak berusia 18 tahun tidak tahu bagaimana mengalami kegagalan dalam salah satu sisi kehidupan mereka terdengar tidak masuk akal," tambah Donna Lisker. "Tetapi ternyata dalam banyak hal, kita telah membuat anak-anak menjauh dari pengalaman belajar alami itu."
Seperti:
"Saya gagal dalam ujian tulis pertama saya di universitas,"
"Tahun kedua di universitas, saya gagal total," terang dosen bahasa Inggris. "Benar-benar gagal total. Nilai F di seluruh materi, sepanjang semester."
"Saya membuat naskah awal sebuah puisi yang berjudul Chocolate Caramel," kata seorang penulis dan peneliti budaya Amerika, dia menekankan bahwa, "Naskah itu ditolak oleh 21 jurnal...sejauh ini."
Ini terjadi di kampus Smith College, sebuah universitas seni liberal swasta dan independen, dengan program sarjana dan pasca sarjana.
Dilansir The Independent, hal tersebut bukanlah bagian dari upacara penerimaan mahasiswa baru atau sejenis perploncoan. Melainkan program resmi di universitas khusus perempuan tersebut.
Bahkan para mahasiswa yang terbiasa mendapatkan nilai-nilai tinggi juga menyetujui nilai-nilai terburuk mereka dipajang dan disiarkan secara luas seantero kampus.
Seorang mahasiswa berusia 20 tahun, Carrie Lee Lancastermengatakan, "Di kampus kami, semua hal dapat dirasakan seperti suatu kompetisi, saya kira kita terperangkap pada gagasan untuk menampilkan citra kesempurnaan. Jadi melihat kegagalan dibicarakan secara terbuka seperti ini, membuat saya merasa, 'Baiklah, (kegagalan) ini bukan masalah, setiap orang berjuang.'"
Apa yang ditampilkan ini merupakan bagian dari program baru di kampus Smith College. Program yang disebut dengan Failing Well bertujuan untuk "menghapus stigma kegagalan".
Failing Well merupakan rangkaian program untuk membahas dan mendiskusikan kegagalan, pengambilan risiko dan kesalahan.
Mereka mengadakan lokakarya tentang sindrom impostor (berpura-pura menjadi orang lain), berdiskusi tentang perfeksionisme, dan mengadakan kampanye untuk mengingatkan para mahasiswa bahwa sebesar 64 persen teman-temannya akan terkejut karena mendapatkan nilai B minus atau yang lebih rendah lagi.
Dengan mengajar, bercerita dan membuka percakapan di kampus tentang kegagalan, diharapkan dapat meningkatkan ketahanan para mahasiswa menghadapi kegagalan.
Rachel Simmons, seorang spesialis pengembangan kepemimpinan di Smith's Wurtele Center, dikutip dari NY Times mengatakan bahwa program ini memberikan pemahaman bahwa kegagalan bukanlah merupakan hambatan dalam belajar, tetapi merupakan bagian dari belajar.
"Kegagalan bukanlah sesuatu yang harus dihindari dari pengalaman belajar," tambah Simmons. "Bagi banyak mahasiswa, mereka merasa harus tampil dan memberikan nilai sempurna agar dapat diterima di universitas seperti Smith College, sehingga kegagalan dapat menjadi pengalaman yang menyakitkan. Jadi kegagalan dapat melumpuhkan mereka, ketika itu terjadi."
Simmons telah mengalaminya sendiri. Dia menyembunyikan kegagalannya selama hampir satu dekade, seperti dikeluarkan dari program beasiswa prestisius di usia 20 tahun dan kepala sekolahnya mengatakan dia membuat malu sekolah. Selama bertahun-tahun, Simmons berpikir hal ini membuatnya gagal total.
Program Failing Well bukan untuk membahas bagaimana jika gagal dalam ujian atau dikeluarkan dari sekolah atau universitas. Tetapi tentang mereka yang pulang ke rumah dengan sangat putus asa dan tidak dapat dihibur karena mendapat nilai kurang dari A minus.
Mereka yang berakhir di tempat konseling karena ditolak masuk suatu klub. Tentang mereka yang tidak dapat meminta pertolongan saat mereka membutuhkan, atau takut gagal sehingga mereka tidak akan mengambil risiko sama sekali.
Julie Lythcott-Haims, mantan dekan Stanford University dan penulis How to Raise an Adult mengatakan bahwa dari hasil pengamatan terhadap para mahasiswa, walaupun mereka unggul di atas kertas, namun para mahasiswa itu tidak dapat mengatasi perjuangan sederhana. Mereka seperti terjebak, jelas Lythcott-Haims, tidak terampil mengatasi kekecewaan.
Setelah terjadi gelombang bunuh diri mahasiswa pada tahun 2010, Cornell University mengatakan bahwa harus sudah menjadi 'kewajiban universitas' untuk membantu para mahasiswa untuk mempelajari ketrampilan hidup.
Tidak berapa lama kemudian, Stanford University memulai suatu proyek yang disebut dengan Resilience Project Dalam proyek ini para alumni terkenal menceritakan kemunduran akademis atau kegagalan mereka, dan merekamnya di video. "Ini merupakan salah satu upaya untuk menormalkan perjuangan," kata Lythcott-Haims.
Berbagai konsorsium akademisi juga telah dibentuk, dan program sejenis telah berkembang pesat. Seperti Success-Failure Project di Harvard yang menampilkan kisah-kisah penolakan; Princenton Perspective Project yang mendorong pembahasan tentang kemunduran/kegagalan dan perjuangan;Penn Faces di University of Pennsylvania untuk membantu mereka menguasai seni berbahagia saat berjuang.
University of Texas menyediakan aplikasi gratis, Thrive, untuk membantu mahasiswa mengelola pasang surut kehidupan kampus, melalui video pendek dan kutipan-kutipan yang inspirasional.
Bahkan di Davidson College, sebuah sekolah seni di North Carolina menyediakanFailure Fund atau 'dana kegagalan' bagi siswa yang ingin berusaha dengan kreatif, tanpa syarat.
"Kami mendorong para mahasiswa belajar dari kesalahan mereka, dan bersandar pada kegagalan mereka," demikian yang disampaikan dalam siaran pers program ini.
Dekan Smith College, yang juga wakil presiden urusan kemahasiswaan kampus ini, Donna Lisker, mengatakan bahwa selama ini kita berasumsi tentang hal-hal yang secara otomatis dipelajari pada masa kanak-kanak: menerima kegagalan.
"Gagasan bahwa seorang anak berusia 18 tahun tidak tahu bagaimana mengalami kegagalan dalam salah satu sisi kehidupan mereka terdengar tidak masuk akal," tambah Donna Lisker. "Tetapi ternyata dalam banyak hal, kita telah membuat anak-anak menjauh dari pengalaman belajar alami itu."
Quote:


Jangan lupa rate bintang 5, tinggalin komentar dan bersedekah sedikit cendol buat ane dan ane doain agan makin ganteng dan cantik deh

Sumur:
Beritagar.id
Beritagar.id
Jangan lupa kunjungi thread ane yang lain gan 

Quote:
Ini nih gan manfaat puntung rokok buat burung kutilang
[BISA DICOBA] Daftar jalur pendakian baru gunung-gunung di Pulau Jawa
Kampung unik di Jakarta, penduduknya pada kembar gan!
Manusia Super Pertama Bakal Lahir di Tiongkok, Gan!
Ilmuwan gila bikin lintasan bandara berbentuk bundar (aneh)
Bisa hidup lama? Ternyata ini yang terkandung dalam darah komodo
Jangan sekali kali kabur dari Razia kalo gak mau kayak gini gan
Terungkap 5 Provinsi di Indonesia Yang Suka BAB Sembarangan, Cek Gan!
5 kata bahasa Indonesia yang selama ini sering salah digunakan
8 fakta pacaran masa kini yang bikin agan-agan kecewa
Kenapa Indonesia masih terus berhutang?
Sedih gan, orang-orang ini ga dikasih main Facebook gara-gara namanya

Pemandangan sungai di Jakarta yang sempet bikin heboh nih gan! (FOTO)

5 tips hemat BBM

Serba paling di Hari Film Nasional

Salahkah jika perempuan bekerja dan laki-laki menjadi ayah rumah tangga?
Keahlian khusus yang dicari perusahaan tahun 2021 nanti
Cara mencegah obesitas sejak masih kecil
Bincang eksklusif dengan Anies Baswedan: Saya tidak mengira akan diganti
8 fakta pacaran masa kini yang bisa bikin agan-agan kecewa

Hati-hati, hal ini bisa bikin agan gak subur
Mengenal enam istilah soal kedaluwarsa makanan dan minuman
Saudara kembar Mirna: Sudah jelas kok siapa pembunuhnya!

Fakta, hubungan Fantastic Beasts dengan Harry Potter


0
4.6K
Kutip
26
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan