Anda pasti pernah mengalaminya. Sedang terlibat dalam suatu percakapan seru, lalu tiba-tiba lupa hendak bicara apa. Rasanya kata yang Anda maksud ada di ujung lidah, namun tak terucap.

Di barat, orang punya istilah sindrom tip of the tongue(TOT) untuk menggambarkan situasi seperti ini. Kabar baiknya, sains telah menemukan cara mengatasinya.

Salah satu solusi untuk fenomena ini adalah minta lawan bicara untuk mengarahkan Anda menemukan jawabannya. Demikian dikutip Mental Floss.

Sebelum mengulik solusi fenomena TOT lebih jauh, mari lebih dulu melihat mengapa hal seperti ini bisa terjadi.

Dalam paper Spoken Word Production: A Theory of Lexical Access, Willem J. M. Levelt menjelaskan rata-rata manusia memproduksi dua sampai empat kata per detik saat bicara. Ini berarti, bahkan sebelum Anda berucap, otak harus memancing kata yang dimaksud untuk keluar dalam hitungan sepersekian detik.

Menurut ahli bahasa Chi Luu, saat mengalami fenomena TOT, sebenarnya informasi relevan tentang kata yang Anda maksud ada di kepala. Anda tahu hal-hal yang berhubungan dengan kata yang ingin Anda deskripsikan, hanya saja tak tahu bagaimana cara mengeluarkan bunyi kata yang Anda maksud untuk mengkomunikasikannya pada lawan bicara.

Orang kerap memikirkan kata-kata sebagai unit yang lengkap. Hanya ada opsi tahu dan tidak tahu. Padahal, ambil contoh begini, Anda lupa nama seseorang. Nah, Anda sebenarnya bukan sama sekali tak ingat siapa mereka.

Bisa jadi Anda masih ingat ciri-ciri fisik orang itu, atau informasi lain seperti misalnya perusahaan tempatnya bekerja, atau kapan Anda pertama kali bertemu dengannya. Namun, Anda tetap tak ingat siapa namanya.

Periset lain, Lise Abramsmenjelaskan dalam paper-nya bahwa fonologi atau organisasi sistematis bebunyian dalam bahasa adalah pusat dari TOT. Kata-kata ditarik dalam lapisan demi lapisan yang diakses dalam tahap berurutan, sehingga dalam pembentukan pemikiran, kita memilih semantik yang tepat dan memecahkan kode sintaksis dari apa yang ingin diucapkan sebelum kita mulai mengucapkannya.

Nah, menurut Abrams, lapisan terakhir dalam proses ini adalah s fonologi. Dan dalam kondisi TOT, pemecahan kode itu mengalami gangguan. Ini sering kali terjadi saat kata yang dimaksud jarang digunakan, atau sudah lama tak diakses oleh otak kita.

Menurut beberapa riset, sekali Anda mengalami fenomena TOT saat akan mengucap kata tertentu, maka kata itu akan terus menyulitkan Anda pada kesempatan-kesempatan berikutnya. Kecuali jika Anda menemukan cara untuk bergerak melewati halangan pada saat itu juga.

Seperti yang dijelaskan ilmuwan kognitif Karin Humphreys yang mempelajari fenomena TOT, "Jika Anda terus menelisik lubang yang sama, maka lubang itu akan tergali lebih dalam sehingga Anda cenderung akan berkutat pada masalah yang sama nantinya."

Cara terbaik untuk keluar dari masalah ini adalah untuk meminta bantuan lawan bicara untuk perlahan-lahan menghantar Anda menemukan kata yang dimaksud. Orang tersebut dapat membantu dengan memberikan petunjuk, tanpa menyebut kata yang dimaksud.

Dalam studisebelumnya, Humphreys menjelaskan teknik ini.

Saat pertisipan berhasil mengingat kata yang mereka maksud dengan sendiri, bukan diberitahu, mereka cenderung tidak melupakan kata itu pada kesempatan lain. Dan ketika relawan diberi petunjuk fonologis, misal beberapa huruf pertama kata yang dimaksud, mereka hampir dipastikan akan mengingat kata tersebut karena berhasil menemukannya sendiri.

Masalahnya dengan pendekatan ini adalah, untuk mengarahkan lawan bicara pada kata yang dimaksud, tentu orang ini harus lebih dulu tahu kata apa yang dimaksud.

Nah, terkadang, petunjuk konteks yang tersedia tak cukup membantu mereka untuk mengungkap kata yang dimaksud.