Salah satu sistem pendukung kehidupan yang paling awal adalah telur. Telur berevolusi lebih dari 300 juta tahun yang lalu sebagai awal adaptasi hewan bertulang belakang vertebrata untuk hidup di darat. Sejak itu, terjadi banyak variasi bentuk telur, terutama di antara spesies burung.

Banyak teori berbeda yang menjelaskan mengapa bentuk telur burung sangat bervariasi antar-spesies. Ahli biologi sudah lama bertanya-tanya mengapa ada begitu banyak bentuk, dan apa yang menentukan bentuk masing-masing.

Kolibri, misalnya, memiliki telur seperti kapsul. Burung murre menghasilkan telur berbentuk seperti tetesan air mata besar, serta beberapa telur yang memiliki bentuk lebih mirip seperti bola pingpong.

Kini, tim ilmuwan internasional yakin telah memecahkan misteri telur tersebut. Penelitian baru menghasilkan bukti bahwa bentuk telur yang bervariasi didorong oleh adaptasi penerbangan yang unik.

Studi yang dirilis pada hari Kamis (22/6/2017) pada jurnal Science AS ini merupakan penelitian yang paling ekstensif mengenai misteri yang telah membingungkan ahli biologi selama berabad-abad.

Ahli biologi Mary Caswell Stoddard, ahli pewarna hewan dan ahli ekologi burung di Universitas Princeton AS, memimpin tim tersebut. Kebetulan Stoddard pernah mendengar aneka teori mengenai bentuk telur.

Misalnya telur berbentuk kerucut tidak menggelinding, sebuah karakter yang cocok untuk burung yang bersarang di tebing. Atau telur berbentuk elips, namun agar pipih, yang bisa menumpuk lebih dekat di sarang dan ditetaskan lebih baik.

Untuk mempelajari hubungan ini, tim tersebut meneliti foto 49.175 butir telur dari koleksi digital di Museum Zatologi Vertebrata University of California Berkeley, AS. Telur-telur yang dikumpulkan oleh para penjelajah di seluruh dunia selama abad ke-19 dan awal abad 20 menampilkan keseluruhan ukuran dan lokasi burung.

Para peneliti kemudian mengelompokkan bentuk telur dalam bentuk asimetri dan eliptisitas (seberapa dekat mereka dengan elips) agar menghasilkan peta raksasa bentuk telur burung.

Jawabannya mengejutkannya. "Bentuk telur nampaknya terkait dengan kemampuan terbang burung. Mereka yang memiliki kemampuan penerbangan yang baik cenderung terletak dalam bidang telur asimetris atau elips" kata Stoddard.

Ambil contoh ayam. Mereka merupakan jenis unggas yang memiliki kemampuan penerbangan buruk dan telurnya berbentuk oval. Tetapi telur dari burung pemangsa jarak jauh cenderung sangat berbeda.

"Kami menemukan bahwa penerbang yang baik, burung yang tampaknya menyesuaikan diri untuk penerbangan kuat, cenderung memiliki telur lebih asimetris atau lebih elips, dan ini cukup mengejutkan bagi kami," imbuh Stoddard.

Namun hal tersebut masih masuk akal, katanya. Burung yang berevolusi untuk penerbangan jarak jauh atau kuat membutuhkan tubuh yang sesuai --lebih ramping.

"Kami berpikir bahwa rongga perut burung menjadi lebih kecil, organ dalam menjadi terkompresi selama masa evolusioner," lanjut Stoddard. "Dan ini berpengaruh pada proses pembentukan telur."

Temuan lain menunjukkan bahwa selaput lendir yang fleksibel di dalam telur, bukan cangkang terluar, merupakan faktor yang menghasilkan keragaman bentuk telur di alam. Peneliti mencatat bahwa proses ini dimulai di dalam induk burung bahkan sebelum kulit tumbuh di sekitar sel telur dan selaput luarnya.

Informasi baru tentang bentuk telur ini dapat membantu para ilmuwan untuk mengetahui bagaimana burung berevolusi dan berubah bentuk dari waktu ke waktu. Tapi penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Misalnya tidak mencakup semua spesies burung atau yang kira-kira berjumlah 10.000 spesies.

Stoddard pun mengatakan bahwa penelitian baru ini tidak serta merta membantah teori lain tentang bentuk telur; seperti gagasan bahwa lokasi sarang burung menentukan bentuk telurnya. Tapi tampaknya gagasan ini mungkin memiliki pengaruh yang kurang dari perkiraan terdahulu.