Kata orang uang tak bisa membeli kebahagiaan. Sains membuktikan sebaliknya.

BBCmelansir, sebuah tim riset internasional menemukan bahwa Anda dapat membahagiakan diri sendiri dengan membayar orang lain untuk mengerjakan tugas-tugas yang selama ini telah begitu menyita waktu.

Misal, mempekerjakan supir sehingga Anda punya waktu untuk mengobrol dengan pasangan dalam perjalanan ke kantor. Atau menggunakan jasa pesan antar makanan, dan memanfaatkan waktu yang sisa tak seberapa di malam hari untuk bercengkerama dengan anak-anak.

Menurut studi yang dipublikasikan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences ini, apakah Anda kaya raya atau hidup berkecukupan tak jadi masalah. Saat Anda merasa tak punya waktu, kepuasan hidup dapat diperbaiki dengan menukar uang untuk waktu yang bisa Anda habiskan sesuai keinginan.

Riset ini dipimpin oleh Ashley Whillans, profesor baru di Harvard Business School. Bersama timnya, ia menelisik data survei dari hampir 4.500 orang di Amerika Serikat, Kanada, Denmark, dan Belanda.

Partisipan survei ditanya apakah mereka membayar orang lain untuk melakukan pekerjaan sehari-hari yang tak mereka sukai demi tersedianya waktu luang.

Dalam 28 persen kasus, orang-orang ini menjawab ya. Mereka menghabiskan sekitar 147.95 Dolar AS per bulan untuk membeli waktu ekstra.

Jumlahnya memang tak sedikit, tapi uang yang hilang, terbayar dengan tingkat kebahagiaan yang terus bertambah. Ya, Whillans dan timnya menemukan bahwa orang-orang yang menukar uang untuk waktu merasa lebih puas menjalani hidup, ketimbang mereka yang tidak melakukan hal serupa.

Lebih dari itu, mereka bahkan cenderung tidak merasakan yang namanya stres karena diburu waktu. Kondisi inilah yang berhubungan dengan tingkat kepuasan hidup yang rendah.

Para periset tak berhenti sampai di situ. Mereka kemudian melakukan survei kedua terhadap lebih dari 1.800 orang Amerika.

Pertanyaannya sama, apakah mereka mengeluarkan uang untuk membeli waktu. Kali ini, setengah dari partisipan survei menjawab ya.

Rata-rata mereka menghabiskan sekitar 80 sampai 99 Dolar AS per bulan. Dana ini dipakai untuk menyewa juru masak, bersih-bersih rumah, sampai belanja kebutuhan bulanan.

Sama dengan peserta survei sebelumnya, orang-orang ini juga mengaku merasa lebih puas dalam menjalani hidup ketimbang mereka yang tidak "membeli waktu ekstra".

Demikian halnya orang-orang yang tidak menerapkan strategi "membeli waktu", cenderung menjalani hidup yang kurang memuaskan. Apa sebab? tentu karena mereka tak punya waktu lebih untuk melakukan hal-hal yang disukai, alhasil stres pun melanda.

New York Timesmewawancarai Lynda Jones, pensiunan perawat dari Indianapolis. Jones telah mempekerjakan asisten rumah tangga sejak ia lulus kuliah.

Menurutnya, itu adalah salah satu keputusan terbaik yang membebaskannya dari stres akibat pekerjaan. Kini, ia juga memanfaatkan jasa pesan antar kebutuhan dapur.

"Kalau dibandingkan dengan betapa berharganya waktu, uang yang saya keluarkan sebenarnya tidak seberapa. Anda bisa mencari uang, tapi tidak bisa mengembalikan waktu yang hilang," ujar Jones.

Temuan Whillans dan timnya ini konsisten, bahkan ketika periset membandingkan kondisi yang sama pada orang dengan pendapatan yang berbeda. "Manfaat dari membeli waktu tidak hanya berlaku bagi orang kaya," ujar penulis riset Elizabeth Dunn dari University of British Columbia dikutip Telegraph.

Dunn menambahkan, "Kami pikir efeknya hanya berlaku pada orang dengan pendapatan tertentu, tapi anehnya, kami menemukan efek yang sama pada orang dengan spektrum pendapatan yang beragam."

Riset berlanjut, para peneliti melakukan tes langsung dengan bantuan 60 orang pekerja di Vancouver. Selama dua akhir pekan berturut-turut periset memberikan uang 40 Dolar AS pada masing-masing relawan.

Pada satu akhir pekan, mereka diminta menghabiskan uang untuk membeli barang. Pada akhir pekan kedua, mereka diminta menginvestasikan uang untuk sesuatu yang akan meluangkan waktu mereka.

Para periset kemudian melakukan pengamatan setiap akhir pekan untuk melihat kondisi para relawan setelah mereka menghabiskan uang tersebut.

Hasilnya seperti yang sudah diperkirakan sebelumnya, relawan mengaku tidak merasa stres pada akhir pekan di mana mereka mengeluarkan uang untuk membeli waktu. Sebaliknya terjadi ketika mereka mengeluarkan uang untuk membeli barang.

Para relawan juga merasa lebih positif dalam menjalani hidup, bahagia dan antusias, sementara perasaan negatif seperti marah, takut, dan gugup cenderung lebih jarang dirasa kala mereka membeli waktu untuk diri sendiri.

CNNmelaporkan, para peneliti sedang merencanakan studi lanjutan untuk mengamati mengapa banyak orang cenderung enggan mengeluarkan uang untuk membeli waktu, bahkan ketika mereka punya uang, dan tahu bahwa pembelian itu dapat menguntungkan bagi kesejahteraan secara umum dan meningkatkan kepuasan hidup.

Sementara menunggu riset lanjutan, kesimpulan para periset ini bisa Anda resapi betul. "Membeli sesuatu yang dapat meluangkan waktu Anda dapat memperbaiki suasana hati sehari-hari. Perbaikan tersebut dapat mengantar seseorang menuju kepuasan hidup," tulis para periset.

Dengan kata lain, mereka telah menemukan cara untuk membeli kebahagiaan.