Cobalah bertanya pada sembarang ibu, atau siapapun yang pernah menggendong bayi baru lahir. Ada sesuatu dari aroma kepala--dan tubuh--bayi yang saking menyenangkannya, membuat kita ingin terus-terusan mencium mereka.

Ya, bau bayi memang fenomenal. Ini bukan soal harum minyak telon atau wangi sabun mandi yang digunakannya.

Sementara beberapa orang menganggap ini lebih pada soal mental daripada fisik, bau bayi itu menyenangkan memang benar adanya, bahkan sudah ada bukti ilmiahnya.

Berbicara pada New York Magazine, Johannes Frasnelli, profesor anatomi di University of Quebec, menjelaskan betapa bau bayi baru lahir itu adiktif.

"Tampaknya ada mekanisme yang memungkinkan terjadinya ikatan sangat kuat antara orang tua dan bayi, terutama ibu. Menurut kami, bau bayi dilibatkan dalam mekanisme ini. Malah banyak orang, terutama orang tua akan mengatakan bahwa bau bayi adalah bau paling enak yang pernah mereka cium," jelas Frasnelli.

Dalam sebuah riset yang dilakukan Frasnelli dan tim pada 2013, mereka menemukan bahwa bau bayi baru lahir adalah sumber kebahagiaan perempuan. Dari mana mereka mendapat kesimpulan ini?

Periset merekrut sejumlah perempuan yang kemudian dibagi ke dalam dua kelompok. Satu yang sudah pernah melahirkan, satu lagi yang belum pernah melahirkan.

Frasnelli dan tim menemukan bahwa otak perempuan dari kedua kelompok tersebut bereaksi saat mencium bayi. Bau bayi memicu produksi hormon dopamin pada otak. "Reaksinya sama seperti ketika seseorang mencium aroma makanan sedap, atau narkoba," tulis tim riset.

Riset itu juga menunjukkan bahwa aroma bayi bau lahir merupakan cara alam mempertajam insting keibuan seorang perempuan. Periset menyimpulkan bahwa aroma tubuh bayi yang berusia dua hari seolah memberi isyarat yang dapat memotivasi memotivasi perempuan--baik itu orang tuanya atau bukan--untuk merawat bayi--bahkan yang tidak berhubungan atau tidak dikenal sama.

Bau jelas merupakan indra yang penting bagi seseorang, dan merupakan faktor utama dalam pembentukan ikatan ibu dan anak. Pada satu atau dua bulan pertama, mengurus bayi tak selalu menyenangkan. Jam tidur berkurang, bangun tengah malam untuk menyusui, belum lagi mengganti popoknya sepanjang hari.

Namun, pada akhirnya bau bayi yang memabukkan itulah yang jadi salah satu alasan seorang ibu bisa bertahan, malah menikmati perannya. Begitu, menurut sains.

Psikolog dan penulis Diane Sanford juga berpendapat senada. Dilansir The Today Show, ia memaparkan bahwa penerimaan positif pada otak perempuan terhadap aroma bayi sebenarnya jauh lebih masuk akal daripada yang diperkirakan banyak orang.

"Dalam beberapa bulan pertama bayi cenderung hanya butuh diurus, tanpa memberikan banyak feedback positif. Jadi, fakta bahwa pusat kenikmatan aktivitas ini perlu diaktifkan membuatnya jadi seperti hadiah bagi orang tua mana kala hari terasa lebih berat dari biasanya," papar Sanford.

SciShow punya penjelasan lain soal mengapa bau bayi itu menyenangkan. Menurut mereka, alasannya bukan hanya dapat dibuktikan secara ilmiah tapi juga psikologis.

Pembawa acara Michael Aranda menjelaskan bahwa aroma bayi yang baru lahir biasanya menempel pada sekujur tubuhnya selama sekitar enam pekan setelah ia lahir. Hal ini mungkin terjadi karena sisa cairan amnion serta vernix caseosa, zat putih yang melapisi kulit bayi saat lahir. Walaupun saat bayi baru lahir itu dibersihkan, namun sisa-sisanya masih menempel selama beberapa pekan.

Penjelasan yang senada datang dari George Preti, PhD., kimiawan analitis di Monell Chemical Senses Center. "Bisa jadi bau itu berasal dari senyawa kimia yang dikeluarkan dari kelenjar keringat bayi," ujar Preti dilansir Women's Health Magazine.

Senada dengan penjelasan Aranda, bau ini hanya bertahan sekitar enam pekan. Sebabnya, metabolisme tubuh bayi berubah ketika mereka tidak mendapatkan asupan lewat tali pusat ibunya, apalagi setelah mulai makan dan minum selain air susu ibu (ASI).