Sejumlah orang menyukai dan mengonsumsi makanan mentah seperti tiram. Meski umumnya menikmati beberapa jenis makanan mentah tak dilarang, tetapi temuan terbaru dari sebuah mumi menunjukkan skenario terburuk yang bisa terjadi.

Mumi laki-laki kaya di Korea Selatan bernama Jing Lee, yang diawetkan memberi contoh bagaimana infeksi parasit mendiami hatinya selama 375 tahun. Dengan izin dari keturunannya, tim yang dipimpin Min Seo di Dankook University College of Medicine, Korea Selatan, melakukan pemindaian terhadap mumi tersebut.

Saat melakukan CT scan mumi yang meninggal di usia 63 tahun pada 1642 tersebut, ditemukan abses di organ hati. Karena tidak dapat menemukan hal lain tentang abses itu dari CT scan, para peneliti melanjutkan untuk melakukan otopsi dan memotongnya.

Setelah dimasukkan ke dalam larutan untuk membasahinya, kemudian diperiksa menggunakan mikroskop, ternyata abses penuh dengan telur cacing hati.

Telur cokelat keemasan, masing-masing berukuran kira-kira 85 mikrometer tersebut kemudian diidentifikasi berasal dari cacing pipih parasit Paragonimus westermani. Temuan ini membuat Lee menjadi kasus tertua yang pernah diketahui tentang paragonimiasis hati.

Proses cacing pipih parasit yang menimbulkan infeksi biasanya dimulai oleh hewan krustasea air tawar yang membawanya, kemudian krustaseatersebut dikonsumsi manusia.

Parasit dapat menembus dinding usus dan masuk ke rongga peritoneal, infeksi terjadi ketika cacing parasit ini menetap di hati atau paru-paru, dan pada akhirnya dapat menyebabkan diare, muntah, dan batuk berdarah.

"Parasit akan menembus melalui lapisan usus dan kemudian bebas bergerak di sekitar rongga peritoneal," kata James Diaz dari Louisiana State University, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, dikutip New Scientist (25/8).

Setelah membentuk kista yang diisi telur, parasit dapat menemukan jalannya ke saluran pernapasan jika kista tersebut pecah, yang menyebabkan batuk berdarah. Efek Paragonimiasis sebanding dengan sesuatu seperti pneumonia atau flu perut, dan infeksi bisa berlangsung bertahun-tahun.

Cacing mencapai status dewasa dalam waktu satu setengah bulan. Panjangnya bisa mencapai sekitar 0,5 sentimeter.

Siklus hidup cacing pipih parasit ini dimulai dengan telur yang keluar atau diekskresikan ke alam. Jika telur cukup beruntung maka mereka menetas.

Cacing kecil yang disebut miracidiae, kemudian menginfeksi spesies siput tertentu. Dari siput, mereka melewati kepiting atau udang dan membentuk kista pada seluruh hewan yang terinfeksi.

Dalam kasus Lee, diperkirakan parasit dapat menginfeksi organ hatinya karena pada tahun 1600an Korea Selatan memandang krustasea (kepiting, tiram, udang) mentah sebagai sesuatu yang lezat, kata para ahli.

Selain itu pada masa yang sama, ekstrak udang karang mentah dianggap sebagai pengobatan yang efektif untuk campak.

Jing Lee mungkin pernah mengalami gejala seperti rasa sakit atau demam, kata Seo. "Namun, saya tidak bisa mengatakan bahwa kondisi patologis ini bisa menjadi penyebab kematian."

Memasak krustasea seperti udang atau kepiting dengan benar akan membunuh cacing pipih parasit, tapi jika lalai maka Anda bisa terserang penyakit yang sama dengan mumi Korea tersebut.

Lee hidup pada era Dinasti Joseon, di mana orang-orang mati dimakamkan dengan cara yang berhasil melestarikan tubuh--bahkan pakaian yang dikenakan Lee--sangat baik. Bagaimana tepatnya hal ini tercapai masih belum sepenuhnya dipahami.

Mumi itu digali pada 2014, di Cheongdo, Korea Selatan, di sebuah makam abad ke-17. Tim yang mempelajari mumi ini menunjukkan bahwa 293,8 juta orang di seluruh dunia masih menghadapi risiko yang sama.

Paragonimiasis ditemukan di Asia Tenggara, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Upaya terbaik untuk menghindarinya adalah dengan berhati-hati mengonsumsi makanan laut, termasuk bagaimana memasaknya.

Karl Reinhard dari University of Nebraska-Lincoln mengatakan bahwa penelitian ini merupakan yang terbaru dalam rangkaian penelitian selama sepuluh tahun mengenai parasit yang dibawa oleh mumi kuno Korea.

Ternyata infeksi parasit adalah ciri umum kehidupan saat itu. Dari 18 mumi yang diperiksa sejauh ini telah membawa setidaknya satu parasit.

Penelitian tentang mumi yang diterbitkan dalam Journal of Parasitology, dilakukan oleh para periset yang berbasis di Seoul National University College of Medicine.