Kata orang, selera musik menggambarkan kepribadian. Para ilmuwan menemukan, lagu tertentu dapat mengungkap sifat psikopat dalam diri seseorang.

Buzzfeed kerap menyajikan berbagai kuisyang mengaitkan selera musik dengan berbagai hal dalam hidup. Namun, tentu saja tanpa dasar ilmiah, sekadar iseng belaka.

Kini, para ilmuwan menemukan lewat riset, bahwa orang yang gemar musik rap, punya kecenderungan sifat psikopat dalam dirinya.

Temuan ini jauh berbeda dengan stereotip yang sering ditampilkan dalam banyak film populer, bahwa psikopat gemar musik klasik atau opera.

Sebut saja Hannibal Lecter dalam Silence of the Lambs yang menonton opera bersama calon korbannya, Alex DeLarge dalam Clockwork Orange, pemerkosa yang suka Beethoven, atau Casey Affleck sebagai Lou Ford dalam film The Killer Inside Me yang mendengarkan opera setiap malam.

Mengapa musik klasik dan opera identik dengan psikopat? Sutradara Stanley Kubrick berpendapat bahwa ini menunjukkan kegagalan budaya dalam menciptakan efek penyaringan secara moral pada masyarakat.

Kubrick memberi contoh betapa Hitler punya selera musik yang bagus, demikian halnya juga para petinggi Nazi yang terpelajar dan terpandang, tapi musik bagus tak memiliki pengaruh yang baik bagi mereka.

Namun, kenyataannya berbeda. Orang dengan kecenderungan sifat psikopat tidak suka musik klasik atau opera. Para peneliti dari New York University melakukan pengamatan terhadap preferensi musik orang dan korelasinya dengan kecenderungan psikopatik.

Hasilnya, mereka cenderung lebih suka musik rap. Lebih spesifik lagi, orang yang punya kecenderungan sifat psikopat suka lagu-lagu Eminem atau Blackstreet.

Dalam penelitian tersebut, 200 orang diperdengarkan 260 lagu berbeda genre. Partisipan riset ini adalah lulusan universitas, berusia sekitar 25 tahun, memiliki latar sosio-ekonomi yang berbeda.

Peneliti memberi pertanyaan seputar musik, juga meminta peserta mengikuti tes psikologi, termasuk mengisi Levenson Self-Report Psychopathy Scale.

Hasilnya menunjukkan bahwa orang-orang dengan skor psikopatik tertinggi cenderung suka lagu rap. Termasuk di dalamnya No Diggity oleh Blacktsreet dan Lose Yourself oleh Eminem.

Secara kontras, mereka yang skornya paling rendah lebih memilih mendengarkan lagu bergenre pop. Misal, Titanium oleh Sia atau My Sharona yang dibawakan The Knack.

Kendati demikian Dr Pascal Wallisch, ketua penulis riset mengatakan ini tidak ada hubungannya dengan genre musik rap. Temuannya lebih fokus pada lagu, bukan genre.

Temuan peneliti ini belum dipublikasikan. Wallisch akan mempresentasikannya pada Society for Neuroscience Meeting musim gugur mendatang.

Pun demikian, mereka berharap dapat melakukan penelitian dalam skala lebih besar untuk memverifikasi hasilnya.

Berbicara pada The Guardian, Wallisch mengatakan "Media menggambarkan psikopat sebagai pembunuh dengan kampak dan pembunuh berantai. Padahal kenyataannya, mereka tak tampak senyata itu, mereka bukan seperti Joker di film Batman," jelas Wallisch.

Kata Wallisch, dalam keseharian mereka berbaur dengan baik di lingkungan sekitar. "Bisa saja mereka duduk di sebelah Anda di kantor," imbuhnya.

Ke depannya, peneliti berharap dapat terus mengembangkan riset hingga dapat menunjukkan bahwa lagu dapat digunakan untuk memprediksi kelainan jiwa ini. Mereka ingin mencoba mengidentifikasi apakah sekelompok lagu dapat memprediksi potensi psikopat.

Pasalnya, tak ada orang yang mau memosisikan diri dalam bahaya di dekat psikopat. Karena itu dibutuhkan alat untuk mengidentifikasi psikopat tanpa harus minta izin mereka terlebih dahulu.

Wallisch memberi contoh, seandainya sifat psikopat bisa dilihat dari daftar lagu pada situs dan aplikasi pengaliran musik, maka akan lebih mudah untuk menghindar dari mereka.

Memang, ia mengakui, etiket perihal ini masih dalam area abu-abu. "Tapi, tak ada yang mau punya bos psikopat, atau dalam posisi apapun," pungkas Wallisch.

Sebelumnya sudah ada beberapa penelitian yang mencoba mengungkap hubungan preferensi musik dan kesehatan mental.

Pada 2015, periset menemukan bahwa orang-orang yang memiliki tingkat empati tinggi--tidak seperti psikopat--cenderung lebih suka musik soft rock atau R&B. Sementara mereka yang miskin empati dan cenderung pragmatis dalam skala kognitif lebih memilih musik yang rumit seperti jazz.