- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Ternyata, Jongkok Itu Berfaedah


TS
kangjati
Ternyata, Jongkok Itu Berfaedah

Spoiler for Selamat Datang!:
Halo gan sis !
Selamat Datang 



Quote:
Jongkok, adalah hal yang mungkin menjadi kebiasaan orang-orang indonesia. Siapa sih yang ga pernah jongkok? Jongkok itu bisa dimana aja, ya kalo kita tau, nongkrong jongkok, nungguin bis jongkok, bahkan duduk di kursi pun jongkok 

Tapi , ternyata jongkok punya faedah loh agan sistah. Langsung aja disimak 


© MIA Studio /Shutterstock
Jongkok yang berfaedah
Quote:
Di belahan timur dunia termasuk Indonesia, jongkok adalah hal lumrah, tak seperti di barat. Beruntunglah yang bisa jongkok sebab ternyata banyak manfaat di baliknya.
Jongkok adalah hal yang sangat familier dalam budaya Indonesia. Bagian dari tradisi dan memiliki makna.
Tradisi sungkeman misalnya. Dengan berjalan jongkok lalu bersimpuh di hadapan yang lebih tua, seseorang menunjukkan tata krama, tanda hikmat dan tulus meminta maaf.
Begitu pula tarian tradisional dan seni pertunjukan. Gerakan jongkok hampir selalu ada.
Misalnya saja dalam Tari Petik Pari dari Pacitan. Gerakan jongkok serupa memetik padi dilakukan untuk merayakan panen, menghormati Dewi Sri, sekaligus simbol budaya kita sebagai masyarakat agraris.
Dalam keseharian pun jongkok adalah hal lumrah. Anak kecil dulu mengenal permainan petak jongkok.
Di pelosok Tanah Air, mencuci sambil jongkok juga masih lazim. Bukan hal aneh pula melihat orang berjongkok, entah itu saat bercengkerama, atau misal menunggu bus di halte.
Ini membuktikan, masyarakat kita paham benar bagaimana cara berjongkok. Tanpa perlu diajarkan, bahkan sejak kita baru belajar berdiri. Jongkok merupakan gerakan alami yang membantu batita mengeksplorasi, lebih dekat dengan lingkungannya.
Meski konon, terkait asalnya, budaya jongkok berasal dari India yang menyebar ke Tiongkok. Kala itu orang Asia mengira jongkok adalah posisi ideal untuk makan dan buang air.
Berbeda dengan kita, kebanyakan masyarakat barat justru tak familier dengan jongkok. Bahkan banyak yang tak tahu caranya jongkok.
Alih-alih menggunakan telapak kaki, mereka malah bertumpu pada ujung jari kaki. Alhasil jika terlalu lama, rasanya sakit dan melelahkan.
Sebagian menyalahkan kendala fisik seperti dorsofleksi atau kaki datar. Kendati demikian, mereka memang diajarkan terbiasa duduk sehingga merasa lebih nyaman tanpa jongkok. Budaya barat juga menganggap jongkok tak bermartabat dan menandakan seseorang punya masalah dengan sopan santun.
Sebagian besar penyebabnya berhubungan dengan toilet duduk yang ditemukan pada abad ke-16 dan mulai digunakan secara merata di barat pada abad ke-19.
Boleh jadi, sejak itu toilet sekaligus desainnya telah dijadikan standar kemajuan suatu peradaban. Bisa dibilang, masyarakat modern memilih tidak berjongkok karena dianggap berdekatan dengan perilaku primitif buang air sembarangan yang tidak higienis, seperti menggali lubang atau buang hajat di sungai.
Bukan cuma di negara barat, kelas sosial kaya dan menengah juga ikut mengadaptasi budaya bertoilet yang dianggap lebih modern: dengan duduk.
Padahal, bentuk toilet bukanlah tolak ukur kemajuan peradaban, melainkan manfaatnya.
Studi pertama di dunia yang membandingkan toilet duduk dan jongkok pernah mengejutkan periset sebab dua hal. Pertama, periset harus menghadapi kenyataan banyak relawan yang terjungkal karena kesulitan jongkok.
Kedua, ternyata kencing jongkok lebih baik ketimbang duduk karena tidak menyisakan urine di kandung kemih. Ini diduga membantu memperbaiki fungsi usus, mengurangi timbulnya penyakit dan mencegah disfungsi kandung kemih, sekaligus membantu mengatasi masalah prostat.
Jongkok juga terbukti mempermudah buang air besar, tanpa lama, tanpa perlu usaha maksimal. Posisi ini juga lebih baik ketimbang duduk karena mengurangi ketegangan perut, sekaligus mendorong pengosongan usus sepenuhnya, dengan meluruskan dan melemaskan rektum.
Jongkok adalah hal yang sangat familier dalam budaya Indonesia. Bagian dari tradisi dan memiliki makna.
Tradisi sungkeman misalnya. Dengan berjalan jongkok lalu bersimpuh di hadapan yang lebih tua, seseorang menunjukkan tata krama, tanda hikmat dan tulus meminta maaf.
Begitu pula tarian tradisional dan seni pertunjukan. Gerakan jongkok hampir selalu ada.
Misalnya saja dalam Tari Petik Pari dari Pacitan. Gerakan jongkok serupa memetik padi dilakukan untuk merayakan panen, menghormati Dewi Sri, sekaligus simbol budaya kita sebagai masyarakat agraris.
Dalam keseharian pun jongkok adalah hal lumrah. Anak kecil dulu mengenal permainan petak jongkok.
Di pelosok Tanah Air, mencuci sambil jongkok juga masih lazim. Bukan hal aneh pula melihat orang berjongkok, entah itu saat bercengkerama, atau misal menunggu bus di halte.
Ini membuktikan, masyarakat kita paham benar bagaimana cara berjongkok. Tanpa perlu diajarkan, bahkan sejak kita baru belajar berdiri. Jongkok merupakan gerakan alami yang membantu batita mengeksplorasi, lebih dekat dengan lingkungannya.
Meski konon, terkait asalnya, budaya jongkok berasal dari India yang menyebar ke Tiongkok. Kala itu orang Asia mengira jongkok adalah posisi ideal untuk makan dan buang air.
Berbeda dengan kita, kebanyakan masyarakat barat justru tak familier dengan jongkok. Bahkan banyak yang tak tahu caranya jongkok.
Alih-alih menggunakan telapak kaki, mereka malah bertumpu pada ujung jari kaki. Alhasil jika terlalu lama, rasanya sakit dan melelahkan.
Sebagian menyalahkan kendala fisik seperti dorsofleksi atau kaki datar. Kendati demikian, mereka memang diajarkan terbiasa duduk sehingga merasa lebih nyaman tanpa jongkok. Budaya barat juga menganggap jongkok tak bermartabat dan menandakan seseorang punya masalah dengan sopan santun.
Sebagian besar penyebabnya berhubungan dengan toilet duduk yang ditemukan pada abad ke-16 dan mulai digunakan secara merata di barat pada abad ke-19.
Boleh jadi, sejak itu toilet sekaligus desainnya telah dijadikan standar kemajuan suatu peradaban. Bisa dibilang, masyarakat modern memilih tidak berjongkok karena dianggap berdekatan dengan perilaku primitif buang air sembarangan yang tidak higienis, seperti menggali lubang atau buang hajat di sungai.
Bukan cuma di negara barat, kelas sosial kaya dan menengah juga ikut mengadaptasi budaya bertoilet yang dianggap lebih modern: dengan duduk.
Padahal, bentuk toilet bukanlah tolak ukur kemajuan peradaban, melainkan manfaatnya.
Studi pertama di dunia yang membandingkan toilet duduk dan jongkok pernah mengejutkan periset sebab dua hal. Pertama, periset harus menghadapi kenyataan banyak relawan yang terjungkal karena kesulitan jongkok.
Kedua, ternyata kencing jongkok lebih baik ketimbang duduk karena tidak menyisakan urine di kandung kemih. Ini diduga membantu memperbaiki fungsi usus, mengurangi timbulnya penyakit dan mencegah disfungsi kandung kemih, sekaligus membantu mengatasi masalah prostat.
Jongkok juga terbukti mempermudah buang air besar, tanpa lama, tanpa perlu usaha maksimal. Posisi ini juga lebih baik ketimbang duduk karena mengurangi ketegangan perut, sekaligus mendorong pengosongan usus sepenuhnya, dengan meluruskan dan melemaskan rektum.
Alasan Jongkok Lebih Baik Dari Duduk
Quote:
Postur jongkok ternyata memberi seluruh manfaat fisiologi sehingga bisa mengatasi permasalahan umum duduk terlalu lama. Seperti kerusakan organ, punggung belakang, lutut kaki, hingga otak. Terlebih lagi, fisiologi dan psikologi juga terhubung.
"Aktivitas fisik semakin menjadi komponen vital dalam mengobati gangguan kesehatan mental. Ini membantu mengurangi kecemasan dan depresi, mengurangi ketegangan, kelelahan dan kemarahan, serta meningkatkan harga diri dan ikatan sosial," kata Dr. Patrick Smith dari Asosiasi Kesehatan Mental Kanada.
Namun, jika jongkok mulai terlupakan, maka dengan sendirinya manfaat baik itu bisa hilang.
Kepada Quartzy, ahli terapi fisik Dr. Bahram Jam menjelaskan, di dalam tiap sendi tubuh kita terdapat cairan sinovial. Semacam minyak di tubuh yang memberi nutrisi pada tulang rawan agar bergerak lebih luwes. Untuk menghasilkan cairan itu dibutuhkan gerakan dan tekanan, seperti jongkok dalam yang menempelkan kaki ke dada.
"Jadi, jika persendian tidak digunakan dengan baik, bila pinggul dan lutut kita jarang melewati 90 derajat, tubuh seolah bilang 'Saya tidak digunakan' dan mulai berkurang lalu menghentikan produksi cairan," Ujar Dr Jam.
Studi 2014 dalam European Journal of Preventive Cardiology pernah membuktikan bahaya kekurangan cairan sinovial. Peserta riset yang kesulitan berdiri dari lantai tanpa bantuan tangan, siku atau kaki ternyata harapan hidupnya lebih rendah tiga tahun dibanding peserta yang berdiri dengan mudah.
Jongkok bahkan mulai dianjurkan sebagai metode persalinan holistik di barat . Avni Trivedi, ahli osteopati di London mengatakan, bersalin dengan berjongkok akan mempermudah proses melahirkan karena membuat otot-otot dan tulang selangkangan rileks, sehingga memungkinkan bayi terdorong keluar lebih cepat.
Meski demikian, jongkok berlebihan tentu tak disarankan. Penelitian telah mengungkap waktu jongkok lama sampai berjam-jam sehari bisa meningkatkan risiko insiden lutut dan osteoarthritis.
"Aktivitas fisik semakin menjadi komponen vital dalam mengobati gangguan kesehatan mental. Ini membantu mengurangi kecemasan dan depresi, mengurangi ketegangan, kelelahan dan kemarahan, serta meningkatkan harga diri dan ikatan sosial," kata Dr. Patrick Smith dari Asosiasi Kesehatan Mental Kanada.
Namun, jika jongkok mulai terlupakan, maka dengan sendirinya manfaat baik itu bisa hilang.
Kepada Quartzy, ahli terapi fisik Dr. Bahram Jam menjelaskan, di dalam tiap sendi tubuh kita terdapat cairan sinovial. Semacam minyak di tubuh yang memberi nutrisi pada tulang rawan agar bergerak lebih luwes. Untuk menghasilkan cairan itu dibutuhkan gerakan dan tekanan, seperti jongkok dalam yang menempelkan kaki ke dada.
"Jadi, jika persendian tidak digunakan dengan baik, bila pinggul dan lutut kita jarang melewati 90 derajat, tubuh seolah bilang 'Saya tidak digunakan' dan mulai berkurang lalu menghentikan produksi cairan," Ujar Dr Jam.
Studi 2014 dalam European Journal of Preventive Cardiology pernah membuktikan bahaya kekurangan cairan sinovial. Peserta riset yang kesulitan berdiri dari lantai tanpa bantuan tangan, siku atau kaki ternyata harapan hidupnya lebih rendah tiga tahun dibanding peserta yang berdiri dengan mudah.
Jongkok bahkan mulai dianjurkan sebagai metode persalinan holistik di barat . Avni Trivedi, ahli osteopati di London mengatakan, bersalin dengan berjongkok akan mempermudah proses melahirkan karena membuat otot-otot dan tulang selangkangan rileks, sehingga memungkinkan bayi terdorong keluar lebih cepat.
Meski demikian, jongkok berlebihan tentu tak disarankan. Penelitian telah mengungkap waktu jongkok lama sampai berjam-jam sehari bisa meningkatkan risiko insiden lutut dan osteoarthritis.
Quote:
Nah, itu dia gan. Gimana? Semoga bisa nambah pengetahuan agan-agan semua yaa. 

Quote:


Jangan lupa rate bintang 5, tinggalin komentar dan bersedekah sedikit cendol buat ane dan ane doain agan makin ganteng dan cantik deh

SUMUR:
Beritagar.Id
Beritagar.Id
Quote:
Jangan lupa kunjungi thread ane yang lain gan 

Stuckie, anjing yang terjebak didalam pohon menjadi mumi
Scarlett Johansson akan jadi aktris dengan bayaran tertinggi
Terungkap, Ini alasan mengapa orang suka reality show
8 Destinasi wisata lokal yang bakal booming di tahun 2018
Inggris dirikan kementerian untuk tangani kesepian
Meski bikin Jos, Minuman berenergi berbahaya bagi remaja
Gua dalam air terbesar di dunia
Maju Kena, Mundur Kena ini dia si muka dua yang tertangkap tangan
[WOW] Berlian Terbesar Kelima di Dunia ditemukan, begini penampakannya
Fobia Lubang Ternyata Tidak Nyata
Bentar lagi semua orang bisa jadi Tony Stark, Blackberry rilis Jarvis buat Mobil
Inilah fakta mencengangkan tentang intelegensi ayam
Hadiah Rp 3,3 Miliar Disiapin untuk Agan yang Bisa Ngebobol Sistem Operasi ini.
Cara memilih beras yang baik nan berkualitas
Tip sukses tanpa pekerjaan tetap
Cara untuk Membeli Waktu Supaya Selalu Bahagia.
Mengapa kita makan di saat tak lapar?
Masa sih debu bisa bikin gemuk?

Diubah oleh kangjati 23-01-2018 14:38
0
15K
Kutip
83
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan