- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] - SEASON 2
TS
yanagi92055
Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] - SEASON 2
Selamat Datang di Thread Gue
Trit Kedua ini adalah lanjutan dari Trit Pertama gue yang berjudul Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] - SEASON 1 . Trit ini akan menceritakan lanjutan pengalaman gue mencari muara cinta gue. Setelah lika liku perjalanan mencari cinta gue yang berakhir secara tragis bagi gue pada masa kuliah, kali ini gue mencoba menceritakan perjalanan cinta gue ketika mulai menapaki karir di dunia kerja. Semoga Gansis sekalian bisa terhibur ya
TERIMA KASIH BANYAK ATAS ATENSI DAN APRESIASI GANSIS READER TRIT GUE. SEBUAH KEBAHAGIAAN BUAT GUE JIKA HASIL KARYA GUE MENDAPATKAN APRESIASI YANG LUAR BIASA SEPERTI INI DARI GANSIS SEMUANYA.
AKAN ADA SEDIKIT PERUBAHAN GAYA BAHASA YA GANSIS, DARI YANG AWALNYA MEMAKAI ANE DI TRIT PERTAMA, SEKARANG AKAN MEMAKAI GUE, KARENA KEBETULAN GUE NYAMANNYA BEGITU TERNYATA. MOHON MAAF KALAU ADA YANG KURANG NYAMAN DENGAN BAHASA SEPERTI ITU YA GANSIS
SO DITUNGGU YA UPDATENYA GANSIS, SEMOGA PADA TETAP SUKA YA DI TRIT LANJUTAN INI. TERIMA KASIH BANYAK
Spoiler for INDEX SEASON 2:
Spoiler for Anata:
Spoiler for MULUSTRASI SEASON 2:
Desty "Dee", 99,27% mirip Olivia Jensen yang ini
Dee setelah kembali dengan Ija, 99,45% mirip Olivia Jensen yang ini
Mulustrasi Anin di timeline ini, 90% mirip Beby Cesara yang ini
Fenita, 90% mirip cewek ini, tapi Feni lebih gelap sedikit kulitnya
Mulustrasi Keket di timeline ini, 97% seperti ini
Mulustrasi Nurul, 96,5% mirip cewek ini
Mulustrasi Anis, 85% mirip, tapi mata Anis lebih kecil
Mulustrasi Dwina, 98,66% mirip, tapi Dwina tinggi kurus langsing
Mulustrasi Rinda, 85% mirip cewek ini, baik badan maupun mukanya
Mulustrasi Dinar, 99,17% mirip, tapi Dinar tinggi semampai dan matanya lebih lebar
Spoiler for Peraturan:
1. Dilarang memberikan komentar yang mengandung kebencian terkait dengan suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA)
2. Nama dan tempat kejadian akan ada yang disamarkan
3. Jika mengetahui ciri-ciri tokoh atau tempat yang ada mohon disimpan dalam hati saja, karena menyangkut privasi.
4. Update cerita akan diusahakan secepatnya, bergantung pada kesibukan TS di RL
5. Sudah diberi label 18+ maka agar menjadi perhatian kepada para pembaca disini untuk lebih bijak ya dalam berkomentar maupun menebak arah cerita
6. Jika ada sisi positif, maka seraplah ia sehingga menjadi manfaat, jika ada yang negatif, buanglah jauh-jauh agar tidak menjadi luka di kemudian hari
7. Beberapa konten sensitif bukan bermaksud SARA, menghina ataupun melecehkan, hanya mengikuti alur cerita nyata, apa adanya.
8. Jika puas dengan cerita ini, bisa dong untuk memberikan rate
serta apresiasi cendol 
9. Happy reading gan Sis
2. Nama dan tempat kejadian akan ada yang disamarkan
3. Jika mengetahui ciri-ciri tokoh atau tempat yang ada mohon disimpan dalam hati saja, karena menyangkut privasi.
4. Update cerita akan diusahakan secepatnya, bergantung pada kesibukan TS di RL
5. Sudah diberi label 18+ maka agar menjadi perhatian kepada para pembaca disini untuk lebih bijak ya dalam berkomentar maupun menebak arah cerita
6. Jika ada sisi positif, maka seraplah ia sehingga menjadi manfaat, jika ada yang negatif, buanglah jauh-jauh agar tidak menjadi luka di kemudian hari
7. Beberapa konten sensitif bukan bermaksud SARA, menghina ataupun melecehkan, hanya mengikuti alur cerita nyata, apa adanya.
8. Jika puas dengan cerita ini, bisa dong untuk memberikan rate
serta apresiasi cendol 9. Happy reading gan Sis
Quote:
Quote:
Quote:
Original Posted By yanagi92055►
P E N J E L A S A N
Pagi ini, gue mendapatkan sebuah PM dari pembaca gue (privasi aman). Dia memberitahu jika dia menyenangi tulisan gue, yang dibaca melalui media sosial lain. Sampai pada akhirnya dia menghubungi gue via PM di Kaskus (terima kasih banyak informasinya ya 
) Sungguh Tuhan sangat baik pada gue dengan mengirimkan informasi melalui orang ini.
Dari situ gue baru tau kalau ternyata beberapa waktu ini, hampir seluruh tulisan gue terkait dengan Muara Sebuah Pencarian, di-screenshoot dan kemudian di-re-upload di akun media sosial lainnya. TANPA IZIN. Karena selama ini, gue nggak pernah mendapatkan notifikasi, PM atau informasi lainnya terkait dengan urusan meminta izin ke gue untuk melakukan re-upload atau re-post tulisan-tulisan gue di forum, blog atau media sosial manapun. Gue dari awal memang tidak ada rencana untuk memberikan izin kepada siapapun terkait hal tersebut.
Gue juga menemukan tulisan / trit lain yang juga ada di SFTH Kaskus ini di-screenshoot dan di-re-upload oleh uploader-uploader tersebut. Entah apakah dia izin terlebih dahulu atau tidak, gue nggak mengetahui. Walaupun gue berterima kasih kepada mereka karena pada akhirnya orang lain diluar Kaskus mengetahui ada tulisan gue.
Tapi, nggak gitu cara mainnya!
Gue ulangi lagi, kalau gue HANYA membuat tulisan atau cerita di subforum SFTH KASKUS, tidak dimana-mana lagi.
Ada lagi yang lebih tidak ada akhlaknya yang gue temuin sendiri. Ada uploader lainnya yang meng-copy SELURUH TULISAN gue, dan meng-upload kembali seluruh cerita gue dalam bentuk MS WORD (360an halaman kalau nggak salah totalnya) disebuah situs berlangganan yang mana ada syarat dan ketentuan tertentu jika ingin men-download konten yang ada. Gue pribadi ga bisa langsung men-download file tersebut. Gue loh. si empunya cerita sendiri. Gue sampai harus membayar atau gue harus melakukan beberapa langkah sesuai syarat dan ketentuan yang ada di situs tersebut.
Entah apa kepentingan uploader-uploader ini sampai dia melakukan hal tersebut, yang pasti gue TIDAK PERNAH MEMBERIKAN IZIN. Ada alasan tersendiri kenapa gue hanya menuliskan cerita gue ini di SFTH Kaskus.
Jujur aja, gue sangat KECEWA dengan hal tersebut. Gue yakin, seluruh TS di Kaskus, Penulis, Musisi, Pelukis, dan semua orang yang telah menghasilkan karya cipta pun, akan merasakan kekecewaan yang sama dengan gue ketika mengetahui hal ini terjadi pada karyanya. Membuat sebuah karya orisinil itu menurut pengalaman gue, tidaklah mudah. Butuh keberanian, butuh waktu, butuh tenaga, butuh pikiran, yang semuanya jika di konversi menjadi uang atau keuntungan lainnya, akan sangat besar nilainya.
Gue mengerti ini adalah forum bebas, dan semuanya gratis. Tapi bukan berarti apa yang sudah dituliskan dan dihasilkan disini dimanfaatkan untuk mengeruk keuntungan pihak-pihak tertentu yang pada akhirnya merugikan para pembuat karya, salah satunya gue. Gue coba berikan contoh kasus yang belum lama ini terjadi terkait dengan Bung Fiersa Besari.
Disini intinya adalah, para re-uploaderberhasil menggaet banyak followers yang tentunya akan menaikkan engagement mereka dimedia sosial, dan worst thing, menarik keuntungan dari banyaknya pengikut-pengikut atau pembaca-pembaca akun tersebut. Sementara yang punya karya tidak dapat apapun, selain exposure. Gue nggak mau suudzon dulu dengan para re-uploader ini (melihat apa yang terjadi dengan Fiersa). Tapi gue tidak mengharapkan karya gue dimanfaatkan untuk keuntungan orang lain yang tidak berpikir, tidak berani, tidak mengorbankan waktu, dan tidak membuang tenaga, sementara gue (dan juga penghasil karya lainnya) jungkir balik untuk menyajikan sebuah karya yang layak untuk dinikmati banyak orang.
Terkait dengan urusan pengambilan konten orang, mungkin referensi dari Youtube-nya Pandji Pragiwaksono ini bisa jadi acuan atau minimal menambah pengetahuan terkait dengan betapa berharganya sebuah karya bagi kreatornya. Lebay? Ya mungkin. Tapi gue berhak menentukan apapun terkait dengan hasil karya gue.
Untuk para re-uploader, re-shareratau sejenisnya, gue mohon pesan ini dibaca, dipahami dan direnungkan. Tentunya, gue meminta untuk konten-konten yang anda sajikan di akun anda, yang ada tulisan-tulisan dari gue-nya, segera di TAKE DOWN.
Terima kasih sudah mau meluangkan waktu untuk menghargai hasil karya orang lain.
) Sungguh Tuhan sangat baik pada gue dengan mengirimkan informasi melalui orang ini.Dari situ gue baru tau kalau ternyata beberapa waktu ini, hampir seluruh tulisan gue terkait dengan Muara Sebuah Pencarian, di-screenshoot dan kemudian di-re-upload di akun media sosial lainnya. TANPA IZIN. Karena selama ini, gue nggak pernah mendapatkan notifikasi, PM atau informasi lainnya terkait dengan urusan meminta izin ke gue untuk melakukan re-upload atau re-post tulisan-tulisan gue di forum, blog atau media sosial manapun. Gue dari awal memang tidak ada rencana untuk memberikan izin kepada siapapun terkait hal tersebut.
Gue juga menemukan tulisan / trit lain yang juga ada di SFTH Kaskus ini di-screenshoot dan di-re-upload oleh uploader-uploader tersebut. Entah apakah dia izin terlebih dahulu atau tidak, gue nggak mengetahui. Walaupun gue berterima kasih kepada mereka karena pada akhirnya orang lain diluar Kaskus mengetahui ada tulisan gue.
Tapi, nggak gitu cara mainnya!
Gue ulangi lagi, kalau gue HANYA membuat tulisan atau cerita di subforum SFTH KASKUS, tidak dimana-mana lagi.
Ada lagi yang lebih tidak ada akhlaknya yang gue temuin sendiri. Ada uploader lainnya yang meng-copy SELURUH TULISAN gue, dan meng-upload kembali seluruh cerita gue dalam bentuk MS WORD (360an halaman kalau nggak salah totalnya) disebuah situs berlangganan yang mana ada syarat dan ketentuan tertentu jika ingin men-download konten yang ada. Gue pribadi ga bisa langsung men-download file tersebut. Gue loh. si empunya cerita sendiri. Gue sampai harus membayar atau gue harus melakukan beberapa langkah sesuai syarat dan ketentuan yang ada di situs tersebut.
Entah apa kepentingan uploader-uploader ini sampai dia melakukan hal tersebut, yang pasti gue TIDAK PERNAH MEMBERIKAN IZIN. Ada alasan tersendiri kenapa gue hanya menuliskan cerita gue ini di SFTH Kaskus.
Jujur aja, gue sangat KECEWA dengan hal tersebut. Gue yakin, seluruh TS di Kaskus, Penulis, Musisi, Pelukis, dan semua orang yang telah menghasilkan karya cipta pun, akan merasakan kekecewaan yang sama dengan gue ketika mengetahui hal ini terjadi pada karyanya. Membuat sebuah karya orisinil itu menurut pengalaman gue, tidaklah mudah. Butuh keberanian, butuh waktu, butuh tenaga, butuh pikiran, yang semuanya jika di konversi menjadi uang atau keuntungan lainnya, akan sangat besar nilainya.
Gue mengerti ini adalah forum bebas, dan semuanya gratis. Tapi bukan berarti apa yang sudah dituliskan dan dihasilkan disini dimanfaatkan untuk mengeruk keuntungan pihak-pihak tertentu yang pada akhirnya merugikan para pembuat karya, salah satunya gue. Gue coba berikan contoh kasus yang belum lama ini terjadi terkait dengan Bung Fiersa Besari.
Disini intinya adalah, para re-uploaderberhasil menggaet banyak followers yang tentunya akan menaikkan engagement mereka dimedia sosial, dan worst thing, menarik keuntungan dari banyaknya pengikut-pengikut atau pembaca-pembaca akun tersebut. Sementara yang punya karya tidak dapat apapun, selain exposure. Gue nggak mau suudzon dulu dengan para re-uploader ini (melihat apa yang terjadi dengan Fiersa). Tapi gue tidak mengharapkan karya gue dimanfaatkan untuk keuntungan orang lain yang tidak berpikir, tidak berani, tidak mengorbankan waktu, dan tidak membuang tenaga, sementara gue (dan juga penghasil karya lainnya) jungkir balik untuk menyajikan sebuah karya yang layak untuk dinikmati banyak orang.
Terkait dengan urusan pengambilan konten orang, mungkin referensi dari Youtube-nya Pandji Pragiwaksono ini bisa jadi acuan atau minimal menambah pengetahuan terkait dengan betapa berharganya sebuah karya bagi kreatornya. Lebay? Ya mungkin. Tapi gue berhak menentukan apapun terkait dengan hasil karya gue.
Untuk para re-uploader, re-shareratau sejenisnya, gue mohon pesan ini dibaca, dipahami dan direnungkan. Tentunya, gue meminta untuk konten-konten yang anda sajikan di akun anda, yang ada tulisan-tulisan dari gue-nya, segera di TAKE DOWN.
Terima kasih sudah mau meluangkan waktu untuk menghargai hasil karya orang lain.
Quote:
Diubah oleh yanagi92055 08-09-2020 03:31
nacity.ts586 dan 78 lainnya memberi reputasi
77
284.5K
4.2K
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
TS
yanagi92055
#2325
Pertanyaan Hati
Dee akhirnya berhasil diterima di Bank plat merah yang udah dia perjuangkan selama beberapa bulan terakhir. Selama itu pula gue banyak cuti untuk menemaninya kesana kemari. Sampai gue sempat dapat teguran dari Mas Sigit. Untungnya gue bisa menutupnya dengan kinerja yang cukup oke menurut atasan.
“Alhamdulillah, akhirnya penantian aku berbuah manis ya yank.” Kata Dee.
“Iya Dee, Alhamdulillah banget ya. Aku ikut senang denger kabar ini yank.” Kata gue kemudian memeluknya.
“Kamu lega kan sekarang? Akhirnya dapet kerja juga aku yank. Makasih ya sayang udah selalu support aku pas dulu lagi kebingungan, sedih, marah. Maafin aku juga jadi sasaran kamunya. Dan maaf juga aku bikin kamu jadi susah karena harus izin-izin.”
“So, kurang apa lagi aku yank? Hehe. Semuanya aku lakuin buat kamu toh. Yakin ga makin sayang? Hehehe.”
“Aku itu udah bukan sayang lagi sama kamu. Aku cinta sama kamu Zi.”
“Kalo kamu cinta aku, berarti mau dong ngikutin aku nantinya yank?”
“Jadi istri kamu? Mauuu…” katanya lalu memeluk gue lagi.
“Tapi tinggalnya disini yank. Di ibukota. Ya?”
“Hmm ini udah pernah kita bahas kan. Dan aku masih berat untuk tinggal disini yank. Apalagi aku denger ada gosip kalau nanti penempatan karyawannya itu sesuai dengan alamat yang tertera di KTP yank.”
“Ya kan semua masih bisa diusahain kalau kamunya emang mau tinggal disini sama aku.”
“Iya yank. Tapi masalahnya aku berat juga kalau jauh-jauh terus dari orangtua aku.”
“Lah, empat taun kamu kuliah disini kayaknya nggak ada masalah sebelumnya. Apalagi semenjak ada aku kayaknya nggak perlu ada yang di khawatirin terkait sama orangtua kamu.”
“Iya aku tau yank, kan waktu kamu kerumah aku aja bapak aku bilang nitipin anak ceweknya ini ke kamu. Biar dijagain. Tapi entah kenapa aku lebih nyaman kalau mudik yank ke kampung halamanku.”
“Terus gimana impian kita mau terwujud kalau kamunya aja nggak mau disini?”
“Ya kamu yang ngalah dong. Minta pindah ke kota aku.”
“Aku pindah ke kota kamu? Disana usaha konsultan kayak aku gini nggak ada Dee. Kecuali aku kerja di BUMN, bank plat merah kayak kamu, itu baru bisa pindah-pindah karena pasti tersebar di seluruh Indonesia. Lah aku kan perusahaan lokal yang kecil. Makanya aku mau kamu staydisini, itu karena aku nggak mungkin pindah kesana. Kalaupun aku pindah kesana, aku mesti cari kerjaan baru Dee. Dan itu udah susah. Aku haru ngulang dari nol lagi kan berarti.”
“Kan, kamu aja nggak mau ngalah untuk itu. Terus kamu mau maksain aku terus ikutin mau kamu Zi?”
“Ikutin terus mau aku? Kapan aku maksa Dee? Adanya aku terus yang ngikutin mau kamu. Nurutin semuanya mau kamu. Aku jadi nggak bisa jadi diri sendiri tau nggak kamu. Nggak boleh ini nggak boleh itu, mesti begini mesti begitu. Kamu juga banyak banget nuntut lagi sekarang mentang-mentang udah kerja dikantor yang bagus. Jadi makin nggak mau berangkat kalau nggak naik mobil lah, mesti dandan gini gitu lah, itu nggak kamu banget Dee.”
“Kamu tu egois banget ya Zi ternyata. Pokoknya aku maunya pindah ke Padang.”
“Liat siapa yang egois kalau kayak gini!?”
“Tau ah Zi.”
Gue beranjak dari kasur Dee dan gue pun pulang. Nggak lupa gue membanting pintu kostan Dee dengan sangat keras. Karena weekend masih siang, gue pun berinisiatif mengajak Anin untuk jalan. Kebetulan Anin sedang ada dikostannya.
“Oke Ja gue ke kota ya.”
“Sip Nin. Gue tunggu di mall aja langsung ya.”
Harus menunggu cukup lama karena weekend itu jalanan macet dimana-mana. Nggak dikota nggak di luar kotanya. Kebetulan kota ini aneh juga, keluar kota bukannya makin lancar tapi tetap aja macet. Apalagi Anin selalu membawa kendaraan. Sekitar satu setengah jam barulah Anin sampai.
“Biasa deh Ja, macet.”
“Haha santai Nin. Gue udah biasa juga kan sama keadaan jalan kota ini kalau weekend.”
“Mau kemana kita Ja?”
“Nonton aja yuk.”
“Ah males, gue udah liat di internet film yang lagi diputer kurang greget. Gimana kalau ke Cipanas aja yuk?”
“Hah? Ga salah lo? Itu jauh banget anjir.”
“Ya nggak apa-apa Ja. Kan bisa gantian nyetirnya haha.”
“Gue nggak bawa ganti baju Nin.”
“Itu dimobil gue ada kaos cowok gue.”
“Hah? Sebentar-sebentar. Cowok lo? Sejak kapan lo punya cowok Nin? Haha. Aduh gue jadi nggak enak ini Nin seriusan.”
“Udah lama Ja. Gue aja yang nggak pernah cerita sama lo. Karena kalau gue cerita, otomatis pasti lo akan menjauh dari gue. Dan itu yang gue nggak mau Ja.”
“Ya wajar kan kalau gue ngejauh Nin. Namanya udah punya cowok. Kan pasti beda Nin kondisinya.”
“Yaudahlah nggak usah dipikirin. Toh dia nggak ada disini.”
“Loh, emang dimana dia?”
“Lagi terbang Ja. Dia pilot.”
“Wah edan. Gue langsung minder ini. Dapet cowok pilot, udah pasti ganteng dan tajir ya Nin. Haha.”
“Nggak juga sih Ja. Percuma ganteng kalau waktunya nggak ada buat gue.”
“Hmm iya sih, susahnya gitu. Tapi kenapa malah lo terima?”
“Ini jadi mau cabut nggak kita? Ntar keburu makin macet.”
“Haha ayo ayo, sini gue yang nyetir.”
Kami pun berangkat ke Cipanas sore itu. Perjalanan jauh dan macet parah jadi nggak kerasa karena kami banyak ngobrol.
“Lanjutin lagi Nin cerita lo.”
“Gue terima karena waktu itu dia asyik banget Ja. Nyambung sama gue. Kayak lo gitu. Dia juga janjiin bakal punya waktu buat gue. Tapi apa? Dia lebih sibuk hangout sama teman-temannya seprofesi dan beberapa pramugari.”
“Pramugari? Widih berat ni roman-romannya lo jagain cowok lo. Haha.”
“Justru itu Ja. Gue beberapa kali pas lagi dia off, nginep di hotel bareng dia. Pas lagi tidur kadang gue kepo berat liat HPnya.”
“Terus? Sebentar gue tebak. Pasti banyak chat dari para FA itu ye? Haha.”
“Nggak Cuma itu aja Ja. Dia KOLEKSI foto-foto para FA itu. Dia ambil sendiri dari kamera ponselnya, atau dikirimin sama FA itu.”
“Gue tebak lagi, nude, ya kan?”
“Yap. Dibikin folder-folder dengan nama buah-buahan gitu lagi Ja. Konyol banget anjir. Haha. Tapi gue sih udah nggak heran, karena sepupu gue yang pilot juga bilang emang kehidupannya begitu. Walaupun banyak juga yang bersih dan lempeng-lempeng aja kok. Itu kan hanya sebagian kecil aja.”
“Nah terus kenapa lo bertahan?”
“Biar ada status aja. Soalnya gue kan ngarepin lo dari jaman kuliah tapu nggak pernah bisa dapetin.”
“Haha bisa aja lo Nin.”
“Serius gue Ja. Lo tau kan gue emang suka sama lo dari jaman Zalina ngenalin gue ke lo.”
“Hmm iya Nin. Maafin gue yah.” Kata gue sambil memegang tangan kanan Anin dan mengelusnya lembut.
“Iya Ja. Gue sadar dulu gue merjuangin lo dengan cara yang salah, makanya bukannya dapat, malah gue dijauhin. Dan gobl*knya, Keket sekarang ngelakuin hal yang sama gilanya, bahkan mungkin lebih gila dari gue Ja.”
“Haha udahlah nggak usah bahas masa lalu, dan nggak usah bahas Keket juga Nin.”
“Lo tau Ja? Gue juga dapet teror dari dia.”
“Hah? Seriusan lo Nin? Kok nggak pernah bilang sama gue?”
“Gue mau nyelesaiin dengan cara gue sendiri Ja. Anggap aja ini gue lagi menebus kesalahan masa lalu gue. Gue malah kayak kena karma diginiin sama Keket. Gue pernah ketemu sama dia sekali waktu gue lagi di Medan. Gue konfrontasi langsung dia disana.”
“Oh iya? Wah gila nih. Gila gila Keket. Sakit banget tu anak.”
“…dan masih berlangsung sampai detik ini. Lo sadar nggak gangguan teror Keket ke Dee berkurang banget?”
“Iya Nin. Udah jauh berkurang banget.”
“Itu gue bikin perjanjian sama dia yang nggak perlu gue kasih tau ke lo. Intinya dia akan mengurangi intensitas ke Dee, tapi akan lebih meladeni gue.”
“Oh iya? Aduh gila gue nggak tau lagi harus bilang apa sama lo Nin. Segitu relanya lo ngelakuin kayak gini buat gue dan Dee.”
“Yah kan gue bilang, gue terlalu gila dimasa lalu yang bikin lo jadi susah Ja. Sekarang gue harus bisa membuat orang yang gue sayang bahagia dong. Dan momen itu ada saat Keket mulai nyerang gue juga.”
“Gue masih bingung gimana caranya dia tau kalau gue itu lagi deket sama siapa aja. Ada dimana aja. Berasa intel banget tau nggak sih. Haha.”
“Iya Ja. Gue juga heran dia bisa tau darimana seluk beluk tentang lo. Gue sampe curiga dia bayar orang buat mata-matain lo tau nggak. Haha.”
“Ni jangan-jangan ntar pas kita lagi asik-asikan gini, taunya dia ada lagi. Haha.”
“Nah gue nggak tau juga deh. Haha. Eh tapi waktu di Medan itu gue puas banget ngelampiasin kesel gue ke Keket tau Ja. Kapan lagi gue bisa nampar dia bolak balik sama jambak rambut dia sampai pada rontok? Hahaha. Pokoknya kami kampungan banget deh, ribut di mall sampai dilerai sama sekuriti mallnya hahaha.”
“Haha gila, berarti si Keket udah ribut sama Dee dan lo secara fisik ya. Kan dia juga ribut kayak gitu juga di depan kostan Dee tempo hari Nin. Hahaha.”
“Oh iya? Puas banget dia dong. Tau nggak lo Ja, Keket emang otaknya kayaknya udah ngaco deh. Pas habis berantem sama gue, dia sempet berbisik ke gue katanya pukulan gue cukup keras dan dia suka dipukul-pukul dan dicakar-cakar kayak gitu.”
“Hah? Serius dia bilang begitu? Gila ni anak. Makin serem aja. Lebih serem daripada lo dulu Nin. Hahaha.”
“Gue aja dulu mikir itu sangat berlebihan, ternyata ada yang lebih ngeri lagi ya Ja. Keket bisa begitu banget dulu lo apain aja sih? Hahaha.”
“Ya gue sayang-sayang lah. Lo kenapa mau merjuangin gue? Nah itu juga pasti alasan dia sampai jadi kayak gitu sekarang kelakuannya Nin.”
“Lo servis juga dong pasti dan bikin puasss? Hahaha.”
“Pasti dong Nin. Napa? Mau juga lo?”
“Why not Ja?”
“Haha ntar aja cari villa kalo mau.”
“Nggak usah, ntar di villa keluarga gue aja Ja.”
“Haha ada untungnya juga gue disukain sama anak orang tajir. Lengkap semua tersedia nggak perlu banyak usaha. Hahaha.”
“Haha serah lo deh Ja mau ngomong apa, yang penting lo servis gue yang maksimal ntar.”
“Beres Nin.”
Kami sampai hampir tengah malam di villa keluarga Anin. Gaya bangunannya terlihat seperti dibangun diawal tahun 90’an. Cuaca super dingin karena ditambah hujan yang turun cukup lebat.
Mamang yang jaga villa itu ramah banget ke kami. Beliau membawakan tas Anin dan kaos ganti gue, lebih tepatnya kaos cowoknya Anin. Anin mengajak gue sekamar dilantai dua. Fasilitas villa ini lengkap banget. Bahkan TV nya aja udah flat screen keluaran terbaru saat itu dengan ukuran super besar.
Kamar mandi dikamarnya pun dilengkapi bathub dengan saluran air hangat. Ornamennya serba putih dan membuat mata jadi segar banget. Kasurnya king size dengan sprei putih bercorak merah marun. Pas banget sama kesukaan gue ini.
“Ja mau makan apa? Gue laper banget nih.”
“Ada mi goreng nggak? Haha.”
“Coba gue tanya ya Ja sama si Mamang.”
Anin keluar dari kamar dan turun kelantai satu. Gue langsung ngeflash back bagaimana dulu gue juga bisa menikmati fasilias seperti ini karena hasil jerih payah Papa dan om gue.
Semua bisa gue nikmatin, langsung, tanpa usaha. Tapi justru disitu gue malah ngerasa nggak puas dengan kehidupan. Masa nggak ada usaha udah langsung bisa menikmati hasil? Monoton amat hidup kan kalau kayak gitu.
Nggak lama Anin datang lagi dan langsung memeluk gue.
“Gue kangen banget sama lo Ja. Pas banget lagi pas gue lagi kangen-kangennya eh lo ngajak gue cabut.”
“Hehe iya Nin. Abisnya gue suntuk banget. Dari awal taun sampai sekarang semenjak cewek gue dapet kerja di bank itu, hampir tiap hari pula gue selisih paham. Berantem terus. Walaupun ntar ujung-ujungnya saling minta maaf. Tapi lama-lama gue mulai capek juga Nin. Gue jadi nggak jelas sebenernya keinginan gue untuk punya pasangan tu mau arahnya kemana, tipe ceweknya kayak apa. Jadi kabur semuanya Nin.”
“Lo itu butuh yang full support ke lo Ja. Lo itu kan anaknya easy going, jadinya nggak susah sebenernya lo nyari yang lebih baik dari Dee. Tapi apa saat sekarang fisik bagi lo masih jadi yang utama?”
“Hmm iya juga sih. Gue ngerasa apa guenya yang terlalu ambisius pingin dapat cewek yang cakep dan pinter, sehingga kriteria-kriteria kritikal yang sebenarnya gue butuh itu jadinya malah nggak gue dapatin dari cewek-cewek itu.”
“Mungkin juga Ja. Soalnya yang gue perhatiin sebenernya lo itu nggak benar-benar nyaman ngejalanin hubungan sama mantan-mantan lo, dan sekarang sama Dee. Kayak ada sesuatu yang lo cari tapi nggak ketemu di mereka. Makanya juga lo nyoba hubungin gue terus. Terus lo juga cerita lo juga akrab sama Feni teman kantor lo dulu kan, dan mungkin sama cewek-cewek lain yang gue nggak tau Ja. Gue juga nggak terlalu pede bisa ngisi hati lo dan kriteria lainnya itu, karenanya lo nggak pernah bener-bener mau sama gue. Gue terima itu Ja. Bahkan gue rela kok ngambil resiko tinggi kayak gini jalan sama lo, yang bisa ngeganggu hubungan gue sama cowok gue. Karena apa? Gue bisa dapatin kenyamanan seorang cowok di lo. Tapi, lo yang nggak bisa dapat yang lo bener-bener mau dari gue, dan cewek-cewek itu Ja.”
“Entah lah Nin. Gue bingung sama perasaan gue sendiri dan apa yang sebenernya gue cari dan butuhin. Karena nggak tau ya ini perasaan gue doang apa bukan, gue jadi agak kurang berminat gitu sekarang sama cewek cantik. Beneran deh. Gue capek karena cewek-cewek yang kebetulan ketemu sama gue, itu banyak yang gagal bikin gue nyaman. Maunya diurusin, tapi giliran gue minta urusin balik ada aja alasan. Anehnya itu nggak pernah gue temuin di lo Nin. Makanya gue seneng jalan sama lo karena lo bener-bener apa adanya. Mungkin kalo lo dulu nggak ngaco, kita udah jadian kali Nin. Haha.”
“Haha emang iya ya? Kok gue malah ngerasanya gue itu nggak akan pernah menangin hati lo ya. Karena terlalu banyak perbedaan. Tapi gue sih enjoy aja Ja. Lo gimana?”
“Iya gue enjoy aja Nin. Kalo nggak, gue nggak akan ada disini kan sekarang? Haha.”
“Jadi?”
“Jadi apa Nin?”
“Jadi servis gue nggak?”
“Haha ya jadi dong. Tapi gue laper Nin. Hehehe.”
“Aaah lo mah, ngerusak momen amat Ja. Sebentar ya.” Katanya sambil menyentil pipi gue.
Nggak lama Anin udah balik lagi.
“Udah ada Ja. Yuk turun makan dulu.”
Gue dan Anin makan mie rebus bikinan si mamang diruang tengah. Entah kenapa kalau makan mie rebus dibikinin orang lain itu rasanya kok lebih enak ya. Dan kayaknya si mamang berbakat buat buka warmindo nih. Haha.
Beres makan, gue dan Anin naik lagi keatas. Kemudian kami nonton DVD yang ada disitu. Film drama romantis. Ternyata ada adegan yang lumayan bikin panas dingin dan akhirnya Anin malah jadi kepingin. Hadeh.
Akhirnya gue menurunkan celana gue lalu gue menyodorkan rocky untuk di treatment. Makin yahud aja ini kuluman Anin. Haha. Selagi rocky sedang digarap, gue mengecek HP yang gue silent sedari sore sehabis gue pulang dari kostan Dee. Banyak misscall dari Dee. Dan juga beberapa chat darinya.
Deretan chat itu hanya gue baca. Untuk yang terakhir gue agak seram, tapi kebiasaan Dee kalau lagi cari perhatian gue emang suka lebay kayak gitu.
Anin masih sibuk dengan rocky ketika gue mainan HP. Tapi karena pas banget treatmentnya, akhirnya gue berhasil mengeluarkan dimulut Anin.
“Ja gantian dong….hehehe.”
Dia langsung membuka celana trainingnya dan lalu menyodorkan pantatnya diatas muka gue yang sedang dalam posisi telentang. Dimuka gue saat ini sudah terlihat lubang surga Anin berikut perkebunan tehnya yang kali ini agak lebat.
“Tumben amat begini Nin?”
“Haha iya belum sempet-sempet. Nanti bantuin cukurin ya.”
“Beres Nin.”
“Ayo dong Ja. Mulai.”
Gue pun menuruti permintaan Anin. Apa-apa yang ada didepan muka gue habis gue treatment. Kuluman, jilatan, sampai permainan dengan 3 jari pun gue lakonin sampai akhirnya cairan bening itu membasahi muka gue. Berasa disiram anjir. Haha.
Sesi selanjutnya Anin menguasai permainan dengan berada diatas gue. Hampir seluruh permainan dimalam yang dingin tanpa AC itu dikuasai oleh Anin. Kami bermain sampai 6 ronde. Karena mungkin dingin ya, kami jadi nggak terlalu berasa capek, makanya bisa lanjut terus.
Pada ronde terakhir agak deg-degan karena gue hampir aja telat nyabut. Tapi para calon penerus bangsa itu sukses keluar diujung lubang surga Anin, bukan didalam.
((Dreet..Dreet..Dreet))
ANIS
“Alhamdulillah, akhirnya penantian aku berbuah manis ya yank.” Kata Dee.
“Iya Dee, Alhamdulillah banget ya. Aku ikut senang denger kabar ini yank.” Kata gue kemudian memeluknya.
“Kamu lega kan sekarang? Akhirnya dapet kerja juga aku yank. Makasih ya sayang udah selalu support aku pas dulu lagi kebingungan, sedih, marah. Maafin aku juga jadi sasaran kamunya. Dan maaf juga aku bikin kamu jadi susah karena harus izin-izin.”
“So, kurang apa lagi aku yank? Hehe. Semuanya aku lakuin buat kamu toh. Yakin ga makin sayang? Hehehe.”
“Aku itu udah bukan sayang lagi sama kamu. Aku cinta sama kamu Zi.”
“Kalo kamu cinta aku, berarti mau dong ngikutin aku nantinya yank?”
“Jadi istri kamu? Mauuu…” katanya lalu memeluk gue lagi.
“Tapi tinggalnya disini yank. Di ibukota. Ya?”
“Hmm ini udah pernah kita bahas kan. Dan aku masih berat untuk tinggal disini yank. Apalagi aku denger ada gosip kalau nanti penempatan karyawannya itu sesuai dengan alamat yang tertera di KTP yank.”
“Ya kan semua masih bisa diusahain kalau kamunya emang mau tinggal disini sama aku.”
“Iya yank. Tapi masalahnya aku berat juga kalau jauh-jauh terus dari orangtua aku.”
“Lah, empat taun kamu kuliah disini kayaknya nggak ada masalah sebelumnya. Apalagi semenjak ada aku kayaknya nggak perlu ada yang di khawatirin terkait sama orangtua kamu.”
“Iya aku tau yank, kan waktu kamu kerumah aku aja bapak aku bilang nitipin anak ceweknya ini ke kamu. Biar dijagain. Tapi entah kenapa aku lebih nyaman kalau mudik yank ke kampung halamanku.”
“Terus gimana impian kita mau terwujud kalau kamunya aja nggak mau disini?”
“Ya kamu yang ngalah dong. Minta pindah ke kota aku.”
“Aku pindah ke kota kamu? Disana usaha konsultan kayak aku gini nggak ada Dee. Kecuali aku kerja di BUMN, bank plat merah kayak kamu, itu baru bisa pindah-pindah karena pasti tersebar di seluruh Indonesia. Lah aku kan perusahaan lokal yang kecil. Makanya aku mau kamu staydisini, itu karena aku nggak mungkin pindah kesana. Kalaupun aku pindah kesana, aku mesti cari kerjaan baru Dee. Dan itu udah susah. Aku haru ngulang dari nol lagi kan berarti.”
“Kan, kamu aja nggak mau ngalah untuk itu. Terus kamu mau maksain aku terus ikutin mau kamu Zi?”
“Ikutin terus mau aku? Kapan aku maksa Dee? Adanya aku terus yang ngikutin mau kamu. Nurutin semuanya mau kamu. Aku jadi nggak bisa jadi diri sendiri tau nggak kamu. Nggak boleh ini nggak boleh itu, mesti begini mesti begitu. Kamu juga banyak banget nuntut lagi sekarang mentang-mentang udah kerja dikantor yang bagus. Jadi makin nggak mau berangkat kalau nggak naik mobil lah, mesti dandan gini gitu lah, itu nggak kamu banget Dee.”
“Kamu tu egois banget ya Zi ternyata. Pokoknya aku maunya pindah ke Padang.”
“Liat siapa yang egois kalau kayak gini!?”
“Tau ah Zi.”
Gue beranjak dari kasur Dee dan gue pun pulang. Nggak lupa gue membanting pintu kostan Dee dengan sangat keras. Karena weekend masih siang, gue pun berinisiatif mengajak Anin untuk jalan. Kebetulan Anin sedang ada dikostannya.
“Oke Ja gue ke kota ya.”
“Sip Nin. Gue tunggu di mall aja langsung ya.”
Harus menunggu cukup lama karena weekend itu jalanan macet dimana-mana. Nggak dikota nggak di luar kotanya. Kebetulan kota ini aneh juga, keluar kota bukannya makin lancar tapi tetap aja macet. Apalagi Anin selalu membawa kendaraan. Sekitar satu setengah jam barulah Anin sampai.
“Biasa deh Ja, macet.”
“Haha santai Nin. Gue udah biasa juga kan sama keadaan jalan kota ini kalau weekend.”
“Mau kemana kita Ja?”
“Nonton aja yuk.”
“Ah males, gue udah liat di internet film yang lagi diputer kurang greget. Gimana kalau ke Cipanas aja yuk?”
“Hah? Ga salah lo? Itu jauh banget anjir.”
“Ya nggak apa-apa Ja. Kan bisa gantian nyetirnya haha.”
“Gue nggak bawa ganti baju Nin.”
“Itu dimobil gue ada kaos cowok gue.”
“Hah? Sebentar-sebentar. Cowok lo? Sejak kapan lo punya cowok Nin? Haha. Aduh gue jadi nggak enak ini Nin seriusan.”
“Udah lama Ja. Gue aja yang nggak pernah cerita sama lo. Karena kalau gue cerita, otomatis pasti lo akan menjauh dari gue. Dan itu yang gue nggak mau Ja.”
“Ya wajar kan kalau gue ngejauh Nin. Namanya udah punya cowok. Kan pasti beda Nin kondisinya.”
“Yaudahlah nggak usah dipikirin. Toh dia nggak ada disini.”
“Loh, emang dimana dia?”
“Lagi terbang Ja. Dia pilot.”
“Wah edan. Gue langsung minder ini. Dapet cowok pilot, udah pasti ganteng dan tajir ya Nin. Haha.”
“Nggak juga sih Ja. Percuma ganteng kalau waktunya nggak ada buat gue.”
“Hmm iya sih, susahnya gitu. Tapi kenapa malah lo terima?”
“Ini jadi mau cabut nggak kita? Ntar keburu makin macet.”
“Haha ayo ayo, sini gue yang nyetir.”
Kami pun berangkat ke Cipanas sore itu. Perjalanan jauh dan macet parah jadi nggak kerasa karena kami banyak ngobrol.
“Lanjutin lagi Nin cerita lo.”
“Gue terima karena waktu itu dia asyik banget Ja. Nyambung sama gue. Kayak lo gitu. Dia juga janjiin bakal punya waktu buat gue. Tapi apa? Dia lebih sibuk hangout sama teman-temannya seprofesi dan beberapa pramugari.”
“Pramugari? Widih berat ni roman-romannya lo jagain cowok lo. Haha.”
“Justru itu Ja. Gue beberapa kali pas lagi dia off, nginep di hotel bareng dia. Pas lagi tidur kadang gue kepo berat liat HPnya.”
“Terus? Sebentar gue tebak. Pasti banyak chat dari para FA itu ye? Haha.”
“Nggak Cuma itu aja Ja. Dia KOLEKSI foto-foto para FA itu. Dia ambil sendiri dari kamera ponselnya, atau dikirimin sama FA itu.”
“Gue tebak lagi, nude, ya kan?”
“Yap. Dibikin folder-folder dengan nama buah-buahan gitu lagi Ja. Konyol banget anjir. Haha. Tapi gue sih udah nggak heran, karena sepupu gue yang pilot juga bilang emang kehidupannya begitu. Walaupun banyak juga yang bersih dan lempeng-lempeng aja kok. Itu kan hanya sebagian kecil aja.”
“Nah terus kenapa lo bertahan?”
“Biar ada status aja. Soalnya gue kan ngarepin lo dari jaman kuliah tapu nggak pernah bisa dapetin.”
“Haha bisa aja lo Nin.”
“Serius gue Ja. Lo tau kan gue emang suka sama lo dari jaman Zalina ngenalin gue ke lo.”
“Hmm iya Nin. Maafin gue yah.” Kata gue sambil memegang tangan kanan Anin dan mengelusnya lembut.
“Iya Ja. Gue sadar dulu gue merjuangin lo dengan cara yang salah, makanya bukannya dapat, malah gue dijauhin. Dan gobl*knya, Keket sekarang ngelakuin hal yang sama gilanya, bahkan mungkin lebih gila dari gue Ja.”
“Haha udahlah nggak usah bahas masa lalu, dan nggak usah bahas Keket juga Nin.”
“Lo tau Ja? Gue juga dapet teror dari dia.”
“Hah? Seriusan lo Nin? Kok nggak pernah bilang sama gue?”
“Gue mau nyelesaiin dengan cara gue sendiri Ja. Anggap aja ini gue lagi menebus kesalahan masa lalu gue. Gue malah kayak kena karma diginiin sama Keket. Gue pernah ketemu sama dia sekali waktu gue lagi di Medan. Gue konfrontasi langsung dia disana.”
“Oh iya? Wah gila nih. Gila gila Keket. Sakit banget tu anak.”
“…dan masih berlangsung sampai detik ini. Lo sadar nggak gangguan teror Keket ke Dee berkurang banget?”
“Iya Nin. Udah jauh berkurang banget.”
“Itu gue bikin perjanjian sama dia yang nggak perlu gue kasih tau ke lo. Intinya dia akan mengurangi intensitas ke Dee, tapi akan lebih meladeni gue.”
“Oh iya? Aduh gila gue nggak tau lagi harus bilang apa sama lo Nin. Segitu relanya lo ngelakuin kayak gini buat gue dan Dee.”
“Yah kan gue bilang, gue terlalu gila dimasa lalu yang bikin lo jadi susah Ja. Sekarang gue harus bisa membuat orang yang gue sayang bahagia dong. Dan momen itu ada saat Keket mulai nyerang gue juga.”
“Gue masih bingung gimana caranya dia tau kalau gue itu lagi deket sama siapa aja. Ada dimana aja. Berasa intel banget tau nggak sih. Haha.”
“Iya Ja. Gue juga heran dia bisa tau darimana seluk beluk tentang lo. Gue sampe curiga dia bayar orang buat mata-matain lo tau nggak. Haha.”
“Ni jangan-jangan ntar pas kita lagi asik-asikan gini, taunya dia ada lagi. Haha.”
“Nah gue nggak tau juga deh. Haha. Eh tapi waktu di Medan itu gue puas banget ngelampiasin kesel gue ke Keket tau Ja. Kapan lagi gue bisa nampar dia bolak balik sama jambak rambut dia sampai pada rontok? Hahaha. Pokoknya kami kampungan banget deh, ribut di mall sampai dilerai sama sekuriti mallnya hahaha.”
“Haha gila, berarti si Keket udah ribut sama Dee dan lo secara fisik ya. Kan dia juga ribut kayak gitu juga di depan kostan Dee tempo hari Nin. Hahaha.”
“Oh iya? Puas banget dia dong. Tau nggak lo Ja, Keket emang otaknya kayaknya udah ngaco deh. Pas habis berantem sama gue, dia sempet berbisik ke gue katanya pukulan gue cukup keras dan dia suka dipukul-pukul dan dicakar-cakar kayak gitu.”
“Hah? Serius dia bilang begitu? Gila ni anak. Makin serem aja. Lebih serem daripada lo dulu Nin. Hahaha.”
“Gue aja dulu mikir itu sangat berlebihan, ternyata ada yang lebih ngeri lagi ya Ja. Keket bisa begitu banget dulu lo apain aja sih? Hahaha.”
“Ya gue sayang-sayang lah. Lo kenapa mau merjuangin gue? Nah itu juga pasti alasan dia sampai jadi kayak gitu sekarang kelakuannya Nin.”
“Lo servis juga dong pasti dan bikin puasss? Hahaha.”
“Pasti dong Nin. Napa? Mau juga lo?”
“Why not Ja?”
“Haha ntar aja cari villa kalo mau.”
“Nggak usah, ntar di villa keluarga gue aja Ja.”
“Haha ada untungnya juga gue disukain sama anak orang tajir. Lengkap semua tersedia nggak perlu banyak usaha. Hahaha.”
“Haha serah lo deh Ja mau ngomong apa, yang penting lo servis gue yang maksimal ntar.”
“Beres Nin.”
Kami sampai hampir tengah malam di villa keluarga Anin. Gaya bangunannya terlihat seperti dibangun diawal tahun 90’an. Cuaca super dingin karena ditambah hujan yang turun cukup lebat.
Mamang yang jaga villa itu ramah banget ke kami. Beliau membawakan tas Anin dan kaos ganti gue, lebih tepatnya kaos cowoknya Anin. Anin mengajak gue sekamar dilantai dua. Fasilitas villa ini lengkap banget. Bahkan TV nya aja udah flat screen keluaran terbaru saat itu dengan ukuran super besar.
Kamar mandi dikamarnya pun dilengkapi bathub dengan saluran air hangat. Ornamennya serba putih dan membuat mata jadi segar banget. Kasurnya king size dengan sprei putih bercorak merah marun. Pas banget sama kesukaan gue ini.
“Ja mau makan apa? Gue laper banget nih.”
“Ada mi goreng nggak? Haha.”
“Coba gue tanya ya Ja sama si Mamang.”
Anin keluar dari kamar dan turun kelantai satu. Gue langsung ngeflash back bagaimana dulu gue juga bisa menikmati fasilias seperti ini karena hasil jerih payah Papa dan om gue.
Semua bisa gue nikmatin, langsung, tanpa usaha. Tapi justru disitu gue malah ngerasa nggak puas dengan kehidupan. Masa nggak ada usaha udah langsung bisa menikmati hasil? Monoton amat hidup kan kalau kayak gitu.
Nggak lama Anin datang lagi dan langsung memeluk gue.
“Gue kangen banget sama lo Ja. Pas banget lagi pas gue lagi kangen-kangennya eh lo ngajak gue cabut.”
“Hehe iya Nin. Abisnya gue suntuk banget. Dari awal taun sampai sekarang semenjak cewek gue dapet kerja di bank itu, hampir tiap hari pula gue selisih paham. Berantem terus. Walaupun ntar ujung-ujungnya saling minta maaf. Tapi lama-lama gue mulai capek juga Nin. Gue jadi nggak jelas sebenernya keinginan gue untuk punya pasangan tu mau arahnya kemana, tipe ceweknya kayak apa. Jadi kabur semuanya Nin.”
“Lo itu butuh yang full support ke lo Ja. Lo itu kan anaknya easy going, jadinya nggak susah sebenernya lo nyari yang lebih baik dari Dee. Tapi apa saat sekarang fisik bagi lo masih jadi yang utama?”
“Hmm iya juga sih. Gue ngerasa apa guenya yang terlalu ambisius pingin dapat cewek yang cakep dan pinter, sehingga kriteria-kriteria kritikal yang sebenarnya gue butuh itu jadinya malah nggak gue dapatin dari cewek-cewek itu.”
“Mungkin juga Ja. Soalnya yang gue perhatiin sebenernya lo itu nggak benar-benar nyaman ngejalanin hubungan sama mantan-mantan lo, dan sekarang sama Dee. Kayak ada sesuatu yang lo cari tapi nggak ketemu di mereka. Makanya juga lo nyoba hubungin gue terus. Terus lo juga cerita lo juga akrab sama Feni teman kantor lo dulu kan, dan mungkin sama cewek-cewek lain yang gue nggak tau Ja. Gue juga nggak terlalu pede bisa ngisi hati lo dan kriteria lainnya itu, karenanya lo nggak pernah bener-bener mau sama gue. Gue terima itu Ja. Bahkan gue rela kok ngambil resiko tinggi kayak gini jalan sama lo, yang bisa ngeganggu hubungan gue sama cowok gue. Karena apa? Gue bisa dapatin kenyamanan seorang cowok di lo. Tapi, lo yang nggak bisa dapat yang lo bener-bener mau dari gue, dan cewek-cewek itu Ja.”
“Entah lah Nin. Gue bingung sama perasaan gue sendiri dan apa yang sebenernya gue cari dan butuhin. Karena nggak tau ya ini perasaan gue doang apa bukan, gue jadi agak kurang berminat gitu sekarang sama cewek cantik. Beneran deh. Gue capek karena cewek-cewek yang kebetulan ketemu sama gue, itu banyak yang gagal bikin gue nyaman. Maunya diurusin, tapi giliran gue minta urusin balik ada aja alasan. Anehnya itu nggak pernah gue temuin di lo Nin. Makanya gue seneng jalan sama lo karena lo bener-bener apa adanya. Mungkin kalo lo dulu nggak ngaco, kita udah jadian kali Nin. Haha.”
“Haha emang iya ya? Kok gue malah ngerasanya gue itu nggak akan pernah menangin hati lo ya. Karena terlalu banyak perbedaan. Tapi gue sih enjoy aja Ja. Lo gimana?”
“Iya gue enjoy aja Nin. Kalo nggak, gue nggak akan ada disini kan sekarang? Haha.”
“Jadi?”
“Jadi apa Nin?”
“Jadi servis gue nggak?”
“Haha ya jadi dong. Tapi gue laper Nin. Hehehe.”
“Aaah lo mah, ngerusak momen amat Ja. Sebentar ya.” Katanya sambil menyentil pipi gue.
Nggak lama Anin udah balik lagi.
“Udah ada Ja. Yuk turun makan dulu.”
Gue dan Anin makan mie rebus bikinan si mamang diruang tengah. Entah kenapa kalau makan mie rebus dibikinin orang lain itu rasanya kok lebih enak ya. Dan kayaknya si mamang berbakat buat buka warmindo nih. Haha.
Beres makan, gue dan Anin naik lagi keatas. Kemudian kami nonton DVD yang ada disitu. Film drama romantis. Ternyata ada adegan yang lumayan bikin panas dingin dan akhirnya Anin malah jadi kepingin. Hadeh.
Akhirnya gue menurunkan celana gue lalu gue menyodorkan rocky untuk di treatment. Makin yahud aja ini kuluman Anin. Haha. Selagi rocky sedang digarap, gue mengecek HP yang gue silent sedari sore sehabis gue pulang dari kostan Dee. Banyak misscall dari Dee. Dan juga beberapa chat darinya.
Quote:
Deretan chat itu hanya gue baca. Untuk yang terakhir gue agak seram, tapi kebiasaan Dee kalau lagi cari perhatian gue emang suka lebay kayak gitu.
Anin masih sibuk dengan rocky ketika gue mainan HP. Tapi karena pas banget treatmentnya, akhirnya gue berhasil mengeluarkan dimulut Anin.
“Ja gantian dong….hehehe.”
Dia langsung membuka celana trainingnya dan lalu menyodorkan pantatnya diatas muka gue yang sedang dalam posisi telentang. Dimuka gue saat ini sudah terlihat lubang surga Anin berikut perkebunan tehnya yang kali ini agak lebat.
“Tumben amat begini Nin?”
“Haha iya belum sempet-sempet. Nanti bantuin cukurin ya.”
“Beres Nin.”
“Ayo dong Ja. Mulai.”
Gue pun menuruti permintaan Anin. Apa-apa yang ada didepan muka gue habis gue treatment. Kuluman, jilatan, sampai permainan dengan 3 jari pun gue lakonin sampai akhirnya cairan bening itu membasahi muka gue. Berasa disiram anjir. Haha.
Sesi selanjutnya Anin menguasai permainan dengan berada diatas gue. Hampir seluruh permainan dimalam yang dingin tanpa AC itu dikuasai oleh Anin. Kami bermain sampai 6 ronde. Karena mungkin dingin ya, kami jadi nggak terlalu berasa capek, makanya bisa lanjut terus.
Pada ronde terakhir agak deg-degan karena gue hampir aja telat nyabut. Tapi para calon penerus bangsa itu sukses keluar diujung lubang surga Anin, bukan didalam.
((Dreet..Dreet..Dreet))
ANIS
Quote:
sampeuk dan 27 lainnya memberi reputasi
28
Tutup