yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] - SEASON 2
Selamat Datang di Thread Gue 



Trit Kedua ini adalah lanjutan dari Trit Pertama gue yang berjudul Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] - SEASON 1 . Trit ini akan menceritakan lanjutan pengalaman gue mencari muara cinta gue. Setelah lika liku perjalanan mencari cinta gue yang berakhir secara tragis bagi gue pada masa kuliah, kali ini gue mencoba menceritakan perjalanan cinta gue ketika mulai menapaki karir di dunia kerja. Semoga Gansis sekalian bisa terhibur ya


TERIMA KASIH BANYAK ATAS ATENSI DAN APRESIASI GANSIS READER TRIT GUE. SEBUAH KEBAHAGIAAN BUAT GUE JIKA HASIL KARYA GUE MENDAPATKAN APRESIASI YANG LUAR BIASA SEPERTI INI DARI GANSIS SEMUANYA.


AKAN ADA SEDIKIT PERUBAHAN GAYA BAHASA YA GANSIS, DARI YANG AWALNYA MEMAKAI ANE DI TRIT PERTAMA, SEKARANG AKAN MEMAKAI GUE, KARENA KEBETULAN GUE NYAMANNYA BEGITU TERNYATA. MOHON MAAF KALAU ADA YANG KURANG NYAMAN DENGAN BAHASA SEPERTI ITU YA GANSIS


SO DITUNGGU YA UPDATENYA GANSIS, SEMOGA PADA TETAP SUKA YA DI TRIT LANJUTAN INI. TERIMA KASIH BANYAK


Spoiler for INDEX SEASON 2:


Spoiler for Anata:


Spoiler for MULUSTRASI SEASON 2:


Spoiler for Peraturan:


Quote:


Quote:


Quote:

Quote:

Diubah oleh yanagi92055 08-09-2020 03:31
totok.chantenk
al.galauwi
nacity.ts586
nacity.ts586 dan 78 lainnya memberi reputasi
77
284.3K
4.2K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
#825
Hanabi Pertama
Masa kuliah Dee udah memasuki semester 5 aja. Sehabis liburan 3 bulan yang bikin kangen selalu karena dia pulang ke kampung halamannya, gue akhirnya bertemu dengannya. Dia makin cakep aja dengan potongan bobnya yang khas. Gue ketemu dalam rangka membantunya pindahan ke kostannya yang baru. Letak kostannya ini sederetan dengan daerah kostan sultan, tapi gang masuknya tepat berada diseberang gerbang utama kampus. Jaraknya jadi nggak terlalu jauh lah untuk ke kampus. Dee banyak berterima kasih sama gue karena sangat totalitas dalam membantunya. Namanya juga cinta ye kan. Hehe.

“Untung banget aku dapet kamarnya didepan yank, deket sama pintu masuk. Jadi nggak usah ngelewatin lorong dulu ya. hehe.”

“Iya, jadi kalau aku main ke kostan sini bisa langsung masuk kedalem kamar ye.”

“Yeee, itu mah maunya kamu.”

“Laah, emang iya maunya aku itu.”

“Awas kamu kalau macem-macem ya disini.”

“Aku macem-macemnya dikamar ini sayang, bukan diseluruh kostan. Hahaha.”

“Auk ah.”

“Yee, nggak usah sok ngambek kamu yank.”

“Ini bagusnya ditaro disitu aja ya.”

Gue menunjuk hasil fotobox kami berdua beberapa waktu yang lalu. Foto-foto alay yang ternyata konyol itu ditempelkan dimeja belajar yang tersedia didalam kamar kostan. Kamar kostannya ini agak lebih besar dari kamar kostan teman-teman satu kostannya. Hanya ada dua kamar kostan yang ukurannya lebih besar, selebihnya sama. ruang TV persis ada ditengah-tengah kostannya. Sedangkan kamar mandinya berkonsep share bathroom, ada di ujung belakang bangunan, serta ada pantry dengan segala perlengkapannya yang sudah dilabeli nama penghuni masing-masing.

Sudah banyak hal yang gue berikan ke dia, terutama perhatian dan waktu. Ya. waktu. Ini kayaknya yang banyak dibutuhin cewek ya, apalagi sekarang. Gue selalu menyempatkan diri untuk mengunjunginya setiap weekend. Jadi gue biasanya numpang menginap di kostan anak-anak angkatan Dee di GMRD Regency, di kostan Endy atau satu lagi adalah dikostan teman sekelas gue yang sedang mengambil S2 dikampus yang bernama Ray Sukmara. Anak asli dari Medan ini terkenal tekun sekali belajar. Katanya mau mengangkat derajat keluarganya yang berasal dari keluarga sederhana. Bapaknya hanya petani dan ibunya adalah buruh cuci serabutan.

Dia datang kekampus ini dengan modal beasiswa penuh dari pemerintah daerahnya. Karena orangnya pintar dan berprestasi namun kurang mampu, dia mendapatkan beasiswa ini, tentunya dengan seleksi serta melewati beberapa tes. Gue sangat salut dengan anak ini. Saat sekarang anak ini telah kembali ke Medan dan mengabdikan diri sebagai salah satu pengajar di kampus terkenal disana.

--

Memasuki bulan Desember, ada yang spesial. Band gue kembali dengan formasi utuh. Hal ini dikarenakan Ito sedang mengambil cuti satu minggu full. Aneh juga sebenarnya kalau si Ito ini bisa cuti sampai satu minggu penuh. Tapi kami nggak ambil pusing. Persiapan buat manggung udah direncanakan dari dua bulan sebelumnya. Jadi kami yang di Indonesia berlatih di studio seperti biasa, sedangkan Ito ngulik sendirian. Kami hanya latihan di studio dengan formasi lengkap hanya satu kali aja. Kami ambil porsi latihan selama 3 jam penuh.

Ada kesenangan tersendiri bagi kami bisa kumpul lengkap seperti ini, tapi terasa kurang greget tanpa adanya Ara. Kali ini Ara sudah benar-benar tidak ngurusin band ini lagi. Dia udah resmi cabut dari Band ini. Ketika tahun lalu masih sempat mengurusi, tahun ini dia udah nggak bisa ngebagi konsentrasinya. Panggungan ini juga bertepatan dengan masa ujian akhir semester ganjil kampusnya. Sedangkan Dee baru aja selesai ujian pas masanya panggungan tersebut. Jadinya dia bisa ikutan.

“Nanti kamu ikutan ya? manggungnya lokal kok, nggak jauh dari sini (kampus). Di Hotel tua tapi mahal itu.”

“Yaudah aku mau. Sekalian aku mau liat lebih jauh lagi festival jepang itu kayak apa sih. Yang waktu di kampus tetangga itu agak kurang greget stand-standnya. Hehe.”

“Haha sebenernya di hotel ini juga sama aja. Apalagi makin kesini kepanitiaannya makin nggak jelas aja. Kalau band aku sih ada dibayar walaupun nggak banyak, sedangkan yang lain-lain atau band baru, ketika mau manggung disini masa suruh bayar? Kan aneh. Haha.” Ujar gue saat itu.

“Ya tapi seenggaknya lebih bagus dari yang dikampus waktu itu kan?”

“Iya yank. Ini tempatnya udah jelas menang. Tapi karena event komunitas di kota ini sangat jarang, jadi nanti jangan heran kalau tempatnya jadi kerasa sempit banget ya. hehe.”

“Aku mau liat-liat juga tuh yang suka pada cosplay jadi karakter kartun jepang gitu.”

“Cosplay karakter anime maksud kamu?”

“Nah iya itu. Penasaran juga. Hehe.”

“Nanti disana juga ada acara Hanabi dan bon odori gitu yank.”

“Apaan tuh?”

“Hanabi itu kayak nyalain kembang api bareng-bareng gitu lah, terus ada yang ditembakin ke langit, berasa taun baru. Ya emang ini kan mau menyambut pergantian taun juga kan. Hehe. Terus bon odori tu kayak nari-nari dan nyanyi bareng sambil melingkar gitu. Aku juga nggak terlalu ngerti maksudnya kayak gimana, tapi dari pengalaman aku main di komunitas ini selama bertahun-tahun, yang namanya bon odori itu pasti ada.”

“Oh iya? Wah seru dong yank. Aku belum pernah liat yang kayak gitu yank.”

“Ya makanya nanti pas dateng kita ikutan ya. oh iya kamu tau anime chibi maruko chan? Yang ada di TV tu hari minggu pagi jam 7?”

“Iya aku tau. Kenapa emangnya yank?”

“Itu salah satu lagu OST nya anime itu ada diputer pas bon odori biasanya.”

“Wah seru ya? aku nggak sabar pingin liat yank.”

“Iya santai aja, kan nanti pasti diajak.”

“Eh iya kemarin malam latiannya gimana?”

“Aneh sih latian berempat doang. Tapi kan kita band cerdas, jadi yang satu ngulik sendiri di aussie juga biarin aja. Santai. Ntar juga pasti nyambung kok. Hehe.”

“Jangan takabur gitu yank. Kalian udah lama kan nggak latian. Udah lama juga nggak manggun. Takutnya chemistrynya agak pudar yank.”

“Iya sih, tapi mudah-mudahan bisa diakalin deh yank. Doain aja biar lancar ya.”

“Terus sekarang ini yang urus ke panitia acara ini siapa?”

“Drian sih kemarin yang dihubungin, ditawarin buat main lagi disini.”

Saat ini (2019) sih dikomunitas udah biasa ya kalau yang namanya mau dapat panggungan itu ya bayar. Atau jika bikin acara khusus band tanpa campuran cosplay atau dance cover, patungan yang mau manggung bayar buat itung-itung patungan sewa tempat dan sound systemlengkap dengan alat bandnya. Hal ini lebih karena porsi band sudah dipersempit, pasar komunitas sekarang lebih banyak yang menginginkan cosplay dan dance cover yang berisi dedek-dedek-unyu-yang-nggak-boleh-pulang-malem-karena-besok-sekolah itu.

Banyak yang dateng ke acara-acara komunitas yang biasanya diadakan kampus-kampus yang punya jurusan sastra jepang atau SMA-SMA yang ada mulok bahasa jepangnya dan nahan ngac*ng ngeliat anak-anak ini meliuk-liuk dengan gerakan kaku (ga semuanya, ada yang bagus juga DC nya), yang penting modal muka cakep dan loli-loli macem Ara gitu. Pertemuan lalu dengan Ara juga gue ngeledekin dia dengan menyarankannya untuk ikut dance cover kayak gitu karena mukanya yang masih imut-imut dan badannya yang tetap mungil.

Hebatnya anak-anak band dikomunitas ini adalah, mereka semua modal kalau mau manggung. Modal kostum, make up dan terutama alat bandnya. Pun band gue juga begitu, dengan kondisi kami yang udah bekerja, alat-alat band walaupun udah nggak banyak manggung, atau bahkan nggak pernah manggung lagi, tetap di upgrade ke tipe yang lebih baik dari sebelumnya. Perabotan lenong kami ini selalu mencuri perhatian dari sesama pemain band lainnya, karena kebetulan selain ribet, kaminya tekun menabung sehingga bisa dapat barang kualitas wahid terus. Hehehe.

--

Gue, Drian, Arko dan Ito sangat antusias pada latihan malam itu. Kami latihan dikota asal kami semua. Gue mengajak Dee untuk ikut latihan di studio. Pengalaman pertama juga buat dia masuk ke studio band. Kebetulan Dee suka menyanyi, tapi sayangnya lebih baik dia diam aja nggak usah ikutan nyanyi. Melihat microphone dia langsung senang dan langsung otomatis nyanyi, sayangnya anak-anak nggak menikmati sama sekali suaranya Dee ini. Katanya lebih baik gue aja yang nyanyi. Haha.

Kami mempersiapkan 4 lagu, satu lagu sendiri, dua lagu cover Dir en Grey dan satu lagi cover Gackt. Dasar memang ternyata chemistrynya tetap ada, kami berlatih tanpa ada kesulitan berarti. Apalagi ini si Ito Cuma sekali doang ikut latiannya, tapi semua lancar-lancar aja Alhamdulillah. Setelah 3 jam latihan di hari minggu siang yang cerah, kami diundang ke rumah orangtua Ito yang nggak jauh dari studio band. Tinggal jalan kaki aja sedikit.

“Yank, lagunya kok kenceng-kenceng gitu semua sih? cuma satu dari dir en grey yang kusuka, itu yang suaranya tinggi banget nariknya, kok kamu kuat sih narik setinggi itu nadanya, terus abis itu teriak-teriak lagi?” kata Dee.

“Laah, kan emang kita dari dulu bawainnya coveran band yang model gini. haha namanya juga latian banyak dan sering, lama-lama jadi bisa.” Kata gue.

“Ya tapi kurang enak dinikmatin.”

“Itu kan menurut kamu, menurut orang-orang kan belum tentu Dee.”

“Ya tetep aja nanti kamu capek-capek latian gini terus yang nonton dikit gimana?”

“Ya nggak apa-apa juga sih sebenernya Dee. Pecinta musik kayak gini di komunitas masih sangat banyak kok.”

“Yaudah terserah kamu aja yank.”

“Loh kok kamunya yang ngambek sih?”

“Aku tu pingin liat kamu nyanyinya yang bener gitu yank.”

“Lah emang ini nggak bener aku nyanyinya? Itu ada segala macem tau yank, ada suara rendah, tinggi, falsetto, scream, growl, lengkap dalam satu lagu. Kurang apalagi?”

“Kurangnya? Aku nggak bis nikmatin yank.”

“Ya tujuan ngeband ini kan bukan muasin keinginan satu orang yank, tapi banyak orang. Bahkan kita aja player mesti nahan ego kita masing-masing buat muasin penonton.”

“Yaudah pokoknya nanti aku nonton aja deh ya.”

Suasana sehabis latihan malah jadi panas gini karena ada Dee yang protes soal lagu. Gue dan anak-anak memilih untuk nggak menggubris protesnya dia. Karena udah nggak ada waktu juga buat latihan lagi kan. Akhirnya kami sehabis makan siang pulang ke tempat masing-masing. Sementara gue dan Dee mampir dulu ke kostan gue di ibukota untuk mengambil beberapa barang.

--

Hari H manggung di hotel sudah tiba. Band gue kebagian manggung sore hasil request Drian ke panitia. Seperti biasa kami udah tau kebiasaan penonton di kota ini tuh selalu aja begitu. Sehabis magrib malah pulang, padahal acara-acara intinya seharusnya diatas magrib waktunya. Tapi banyak juga yang masih stay untuk nonton hanabi dan ikutan bon odori.

Waktu manggung kami sudah tiba. Akhirnya kami sukses manggung membawakan 4 lagu yang sudah di siapkan. Penonton pada minta encore (nambah satu lagu bonus), tapi waktu yang terbatas membuat kami nggak bisa ngasih lagu bonus buat penonton. Dee dibawah terlihat sumringah melihat reaksi penonton yang begitu antusias, apalagi ada yang headbang-headbang juga. Dia melihat penonton disini lebih ramai ketimbang yang waktu dikampus tetangga itu.

Salah satu lagu yang dibawakan, Dozing Green by Dir en Grey


“Gila ya ternyata banyak yang seneng lagu kayak gitu yank.”

“Kan aku bilang apa. Band aku kan vakum sementara waktu, jadi ini kayak pengobat rindu mereka-mereka yang kangen liat kami manggung.”

“Banyak juga ya cewek yang suka lagu kenceng kayak gini.”

“Iya banyak banget emang. Haha.”

“Tapi aku nggak bisa suka ya sama lagu-lagu kayak gitu.”

“Ya kan selera musik nggak bisa dipaksain yank.”

“Iya sih, itu yang beda ya antara aku sama kamu.”

“Yah itu sih nggak seberapa. Yang penting kan kita saling pengertian.”

“Iya sayang.” Ucap Dee sambil memeluk gue di backstage.

“Eh gobl*k, itu ada temen-temen yang mau foto bareng sama lo, lo nya malah meluk cewek lo. Ga jadi dah tuh mereka foto.” Ujar Ito.

“Haha biarin aja To.” Kata gue sambil ketawa.

“Duh maaf ya, soalnya dulu waktu pertama dateng kan ga ada yang minta foto-foto selain ke Drian. Ternyata cowok aku laku juga. Hehe.” Ledek Dee.

“yah aku nggak jelek-jelek amat juga kali yank.” Kata gue.

“Tuh liat, Drian sama Ito laku keras. Hahaha.”

“Haha iya ya, mereka emang ganteng-ganteng sih. Jago-jago lagi. Aura mereka pas lagi main gitar di panggung itu berasa banget tau yank.”

“Aura aku gimana?”

“Aura kamu sebagai leader di depan itu juga sangat kerasa yank, apalagi kamu selalu bisa ngendaliin penonton, nurutin apa yang kamu bilang, itu keren sih menurut aku yang awam sama dunia permusikan gini.”

Leader apa Frontman nih? Hehe.”

Frontman iya itu maksudnya, kan kamu udah kasih tau dulu hehe.”

Setelah berganti pakaian di backstage, gue dan Dee keliling-keliling hotel dimana banyak yang menyuguhkan action figure dan juga pernak pernik yang berhubungan dengan anime. Selain itu ada pernak pernik band yang gue curigain itu palsu ada juga di jual. Haha.
Kami nyobain makanan juga, diantaranya takoyaki dan okonomiyaki. Rasanya so so ya, tapi lumayan lah bisa mengenalkan makanan jalanan ala Jepang ini ke Dee.

“Ini pengalaman pertama aku yank makan makanan jepang kayak gini. Enak yank.”

“Haha iya? Kamu belum pernah nyobain makanan kayak gini sebelumnya?”

“Ho oh belum.”

“Pantes kamu bilang enak. Hehe. Soalnya menurutku ini biasa aja rasanya. Hehe.”

“Haha emang iya? Aku ngerasa ini enak.”

“Iya, aku udah pernah nyobain makanan sejenis yang lebih enak dari ini. Dulu waktu manggung di Singapura aku pernah nyobain ini dan enak banget itu rasanya.”

“Kamu pernah manggung di Singapura? Hebat yank.”

“Dulu sekali-kalinya. Aku sebenernya mau manggung di Jepang cita-citanya. Sayang Ara keburu cabut dari Band ini.”

“Hebat ya yang namanya Ara itu. Perjuangin band ini banget sampe bisa sejauh itu. Sayang semuanya buyar. Hehe.”

“Iya makanya itu. Udahlah jangan di inget-inget lagi. Nanti kebawa sedih lagi aku yank.”

“Iya iya maafin aku Zizi. Kesana yuk?” dia menunjuk sebuah ruangan yang lagi ada parade costreet-nya.

“Mau liat cosplay? Emang kamu ngerti? Nonton anime aja nggak. Haha.”

“Ya pingin liat aja aku yank. Mana tau jadi suka nanti.”

“Yaudah ayo deh.” Kata gue males-malesan.

Gue dan Dee menuju ke ruangan tersebut dan sudah banyak sekali orang didalam ruangan yang aslinya cukup besar itu. Banyak cosplayer yang niat banget bikin kostumnya. Ada juga yang “berani” membuat kostum dan memakainya sesuai karakter. Seperti misalnya karakter Tsunade yang sangat mirip aslinya, plus cosplayernya juga lumayan gede gunung kembarnya. Bangs*t. Hahaha.

“Mereka niat-niat banget ya?”

“Iya emang, sama kayak band aku juga kan begitu, beli alat-alatnya niat semua, tujuannya sama, biar yang nonton seneng.”

“Hehe iya sih. Tapi kayaknya ngeri-ngeri ya harganya kalo perlengkapan band, Zi.”

“Ya begitulah. Makanya kita kerja yang bener aja deh, biar rejekinya lancar. Ntar kan salah satunya bisa dipakai nabung buat beli alat band yang lebih bagus lagi. Hehe.”

Dee sangat menikmati hiburan di akhir tahun ini. Tanpa terasa waktu udah menunjukkan pukul 20.00 malam. Pengunjung sudah mulai berkurang tapi masih banyak juga yang stay. Akhirnya pertunjukan bon odori pun tiba. Dee mau ikutan yang joget-jogetnya itu. Gue persilakan aja. Gue sih males emang dari dulu ikutan kayak ginian. Haha.

“Bro, lo beneran nggak mau stay aja disini? Penonton asik banget tau ini.” Kata gue membujuk Ito.

“Kayaknya nggak bisa bro. Gue udah komit disana dan gue juga kan masih mengejar cinta gue disana.”

“Haha kampret banget yak, rela kerja diluar negeri buat ngejar yang nggak pasti lo.” Ledek Arko.

“Gue setuju yang dibilang Arko, ngapain lo ngejar jauh-jauh, emang yakin jadi?” timpal Drian.

“Udeeeh, biarin aja kali. Kan namanya juga dia lagi memperjuangkan, ye kan? Hehe.” kata gue.

“Nah tu si Ija tau tuh. Hahaha.” Kata Ito.

Menjelang Hanabi yang juga menandai berakhirnya rangkaian acara ini, gue mengambil spot yang lumayan strategis. Tentunya dengan mengajak Dee disamping gue. Gue memegang tangannya erat banget. Dee merasa nyaman banget ada disamping gue sambil dipegang tangannya.

“Makasih ya sayang. Penutup tahun yang indah buat aku. Pertama kali aku ngeliat kayak ginian disamping orang yang aku sayang banget.”

“Iya sayang sama-sama ya. Banyak mungkin pengalaman lain yang bisa aku coba usahain buat kamu, biar kamu seneng.”

Kami sama-sama melihat hanabi ditembakkan ke langit-langit gelap yang membuatnya menjadi berwarna warni dan sangat meriah. Gue mencium keningnya, lalu dia memeluk gue dan menyandarkan kepalanya ke dada gue. Momen ini berasa lambat banget dan gue sangat menikmatinya. Dia juga sangat menikmati momen kayak gini. Seru banget. Mana dingin lagi kan udara malamnya kala itu. Sayang kamar di hotel tersebut udah full booked. Walaupun nggak full booked sekalipun, gue nggak ada niatan sih. Walaupun belum sampai setahun kami mengikat hubungan, tapi kami sudah merasakan indahnya masa-masa pacaran.

“Sayang kamu banget, Zi.”

Gue tersenyum simpul dan dia pun tersenyum manis dengan dua lesung pipi dibawah mulutnya yang lucu.
khodzimzz
fakhrie...
sampeuk
sampeuk dan 26 lainnya memberi reputasi
27
Tutup