Pernahkah jari-jari Anda tersayat tepian secarik kertas? Meski lukanya tak seberapa dalam, rasanya bisa teramat sakit dan perih. Bahkan kadang melebihi luka goresan pada siku dan lutut akibat terjatuh.
Mengapa demikian? Melansir
Science Alert(15/2), ternyata penyebabnya adalah respons psikofisiologis tubuh kita, sekaligus kertas itu sendiri.
Pertama-tama, begitu kertas menyayat jari, ujung saraf akan segera bereaksi. Ini karena reseptor nyeri di jari jauh lebih banyak dibanding bagian tubuh yang lain.
Spesialis kulit Dr. Hayley Goldbach dari University of California, Los Angeles, menjelaskan pada
BBC.com, jari adalah indra utama tubuh untuk berinteraksi dengan dunia. Ketika jari menyentuh sesuatu yang sangat panas atau tajam, rasa sakit dan kaget akan muncul bersamaan. "Jadi masuk akal kalau kita memiliki banyak ujung saraf di sana, ini semacam mekanisme keamanan," ujarnya.
Mengapa ujung saraf bisa bekerja seperti itu dikatakan Goldbach sebagai hasil evolusi yang memang bekerja sebagaimana mestinya. Ujung saraf ini disebut
nosiseptor. Yakni saraf pertama yang menerima dan menyalurkan rangsangan nyeri, lewat sinyal listrik dan kimia.
Mereka memperingatkan otak untuk mengantisipasi bahaya cedera agar Anda tetap aman. Melalui sensasi rasa sakit yang berlaku juga ketika tubuh merasakan suhu tinggi, bahan kimia berbahaya, dan tekanan yang bisa menghancurkan kulit.
Bukan cuma itu yang membuat sayatan kertas terasa sakit, tekstur kertas juga. Jika dilihat dengan mata telanjang, tepian kertas seakan tampak lurus. Namun bila diperbesar, teksturnya lebih mirip gergaji yang bergerigi dibanding pisau yang mulus.
Jadi ketika jari tersayat, jejaknya tidak rapi. Berbeda dengan tersayat pisau yang menyisakan luka lurus--bila dalam baru terasa perih, luka tersayat kertas itu semacam merobek dan menghancurkan kulit dengan kasar.
Walau biasanya tak seberapa dalam, sayatan itu sebetulnya cukup dalam juga jika sampai menyebabkan berdarah. Dan di sana letak masalahnya.
Dengan sangat cepat, karena tak banyak darah yang keluar, darah akan menggumpal sehingga tubuh lebih sulit menyembuhkan luka. Luka terbuka di jari memungkinkan ujung saraf-sarafnya ikut melipat dan menegang tiap kali kita menggunakan tangan, dan
terus mengirim sinyal bahaya ke otak. Itulah yang menciptakan rasa sakit.
Apa yang lebih buruk, kata Goldbach, adalah ketika luka robek tadi terus terbuka. Membiarkan ujung-ujung saraf terkontaminasi udara luar dan bakteri sehingga jamur berkembang.
Di kertas, ada sekian banyak bakteri yang tidak terlihat.
Penelitian 2017 pernah mengungkap bakteri dalam uang kertas yang 36 persennya ternyata bersifat patogen--seperti E.coli dan Clostridium difficile yang membuat Anda sakit.
Meski kertas yang menyayat Anda kecil kemungkinannya berasal dari lembaran uang, penelitian itu setidaknya memberi wawasan, bahwa bakteri bisa mengontaminasi jenis kertas apapun. Entah lewat udara, sentuhan permukaan benda, hingga tangan yang memegangnya.
Kaitannya dengan luka robek, walau kehadiran bakteri dan binatang mikroskopis lainnya tidak menimbulkan rasa sakit langsung tatkala tersayat kertas, bakteri bisa menyebabkan infeksi seiring waktu. Penyebab rasa sakit berlebih.
Ini artinya, luka akibat tersayat kertas harus segera dibalut perban dan dioles salep antibiotik. Di samping itu, semua rangkaian tadi hanyalah hipotesis dengan bukti terbatas, tapi pasti dan berupa 'tebakan' ilmiah.
Penyebabnya sederhana, tak ada orang yang mau jadi sukarelawan percobaan menyayat jari dengan kertas. Namun, ilmuwan dari ranah psikologi dan neurologi punya cara untuk membuktikannya.
Dasarnya adalah pengetahuan tentang anatomi manusia, yang disebut "dua titik diskriminasi", yaitu kemampuan untuk mengenali dua kesan berbeda pada kulit dan bukan terkecoh oleh satu.
Anda pun bisa mencoba sendiri menggunakan dua ujung pulpen, atau paperclip (penjepit kertas) yang diluruskan lalu ditekuk kedua ujungnya sehingga mengarah ke arah yang sama. Selanjutnya tekan ke permukaan kulit dan rasakan bedanya.
Di jari, wajah, dan sekitar kelamin, semuanya sama-sama memiliki banyak ujung saraf. Akan lebih mudah merasakan bahwa ada dua benda berbeda sedang menyentuh bagian itu. Beda halnya di punggung atau bagian kaki yang distribusi ujung sarafnya kurang padat.
Secara psikologis, jawaban kenapa tersayat kertas bisa terasa sangat sakit pun terjelaskan. Dalam video
Instant Egghead dari Scientific American, ahli menyebutkan bahwa di dalam pikiran, rasa sakit bisa semakin parah karena luka itu bermula dari sesuatu yang sangat kecil dan tampaknya tidak berbahaya.
Terlepas dari semua, ekstra berhati-hati dengan secarik kertas dan alat tulis menulis mungkin akan lebih baik.