Benih mobil listrik kembali hadir di Indonesia. Setelah purwarupa Tucuxi, Selo, dan Gendhis,kini hadir Evhero, kreasi tim Institut Teknologi Nasional (Itenas), Bandung, Jawa Barat.

Purwarupa mobil tersebut diperkenalkan di Kampus Itenas, Rabu (15/11/2017), dalam sebuah acara yang dihadiri oleh Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil.

Evhero merupakan akronim dari Electric Vehicle Hero. Ia menjadi mobil listrik jenis crossover pertama yang prototipenya dibuat di Indonesia.

Dosen Teknik Mesin Itenas, Dr. Tarsisius Kristyadi, menjadi pemimpin tim yang bekerja selama tiga tahun terakhir untuk mewujudkan kendaraan roda empat tersebut.

Dikutip detikOto, Kristyadi bercerita pada awalnya mereka tidak berencana untuk membuat sebuah mobil, melainkan sebuah proyek penelitian tentang floorplan, platform dan desain body kendaraan.

Namun dalam perjalannya penelitian tersebut berkembang menjadi proyek mobil listrik setelah melihat perkembangan dan peluang dari kendaraan dengan emisi nol. Pemerintah Indonesia juga sudah menargetkan 20 persen mobil di Indonesia bermesin listrik pada 2025.

Evhero, menurut Kristyadi dinukil Ayobandung.com, merupakan kolaborasi jurusan Teknik Mesin, Teknik Elektro, Teknik Industri, dan Desain Produk dari perguruan tinggi tersebut. Mereka juga mendapat dukungan biaya riset dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti).

Mereka juga bekerja sama dengan produsen motor listrik lokal, Betrix.

Menukil Tribunnews, selama pembuatnya Evhero hanya menghabiskan biaya riset dan pengembangan Rp1 miliar. Dana itu lebih sedikit dibandingkan dengan proyek pengembangan mobil listrik yang telah diciptakan oleh beberapa perguruan tinggi sebelumnya, yang menghabiskan dana Rp3-5 miliar.

Spesifikasi

Purwarupa mobil listrik yang pernah dibuat di Indonesia sebelumnya selalu berdasarkan platform sedan. Evhero tampil beda dengan bentuk crossover atau biasa juga disebut sport utility vehicle (SUV).

Kristyadi menjelaskan platform crossover dipilih karena sesuai dengan kondisi alam di Indonesia yang berbatu, berkelok, bervariasi, dan tidak selalu mulus. Ditambah kapasitas lima penumpang, mobil ini cocok untuk orang yang telah berkeluarga.

"Jadi mobil listrik ini khusus didesain untuk orang yang menggemari adventure tetapi ingin tetap gaya di kota, sehingga ini bisa melintas ke manapun," jelasnya, ditulis Pikiran Rakyat.

Mobil ini berdimensi panjang 3.800 mm, lebar 1.250 mm, dan tinggi 1.300 mm, dengan jarak sumbu roda 2.200 mm. Roda yang digunakan berdiameter 16 inci.

Sebagai mesin penggerak, digunakan motor BLDC dengan daya 50kWP dan putaran mesin antara 3.000 hingga 4.800 rpm, dengan pendingin cairan.

Tegangan listriknya mencapai 72 VDC dengan daya tahan baterai sekitar 2 jam. Masa pakai baterai itu diklaim mencapai 25 tahun.

Kristyadi mengklaim Evhero bisa mencapai kecepatan maksimal 70 km/jam dan berakselerasi dari diam ke 70 km/jam selama lima detik.




Ia juga menjamin mobil listrik ini tidak akan korslet meski diguyur hujan. Dalam penjelasannya, dijelaskan bahwa komponen listrik mobil ini diberi kover yang melindunginya dari guyuran air.

Minim panggung

Dalam pidatonya seperti ditulis Kompas.com, Ridwan Kamil mengaku terkesan dan mengatakan bahwa banyak karya anak bangsa yang punya kualitas bagus, namun kadang tak mendapat panggung di negeri sendiri.

Maka dari itu, ia berharap pemerintah dapat membuka mata dan memberi panggung seluas-luasnya terhadap karya anak bangsa.

"Orang Indonesia itu banyak yang pintar tapi tak ada panggung. Maka saya tugaskan coba cek aturan mungkin di Bandung saja mobil listriknya (bisa digunakan) karena inovasi butuh terobosan yang kadang kontoversi juga," kata sosok yang akrab disapa Emil itu.

Mobil listrik karya Itenas ini bagi Emil, membuktikan bahwa anak bangsa bisa berinovasi dan memberikan manfaat bagi lingkungan maupun masyarakat.

"Kali ini kendaraan yang bernama Evhero hadir di kota Bandung. Dengan bahan bakar yang ramah lingkungan, dan berkapasitas lima orang membuktikan bahwa mahasiswa itu bisa menciptakan dan sudah siap menghadapi jaman dan teknologi yang baru," katanya.



Emil pun sempat mencoba mengendarai mobil listrik tersebut. Setelah berkendara mengelilingi area kampus Itenas, Emil rasa mobil itu cukup nyaman.

Ia juga menegaskan bahwa inovasi ini sepatutnya mendapat dukungan pemerintah pusat, karena teknologi yang dibuktikan cukup memberikan dampak yang positif pada masyarakat dan lingkungan.

Secara prinsip, penulis buku "Mengubah dunia bareng-bareng" itu mengaku sangat mendukung segala bentuk inovasi berbasis teknologi, khususnya mobil listrik. Bahkan, ia memiliki mimpi produk dalam negeri bisa menjadi raja di negeri sendiri.

"Indonesia (pertumbuhan) ekonominya keren 5 persen, tapi kita bangsa pembeli bukan produsen. Karena bangsa sendiri tidak mendapat panggung di negeri sendiri padahal orang kita ini pintar-pintar," ungkap Emil.

Selain itu, setiap terobosan yang dilakukan anak negeri, Emil kerap melihat hal itu selalu berbenturan dengan regulasi, termasuk soal aturan mobil listrik. Ia pun berharap mobil listrik buatan Itenas tak hanya dipamerkan dalam bingkai foto, tapi bisa diperlihatkan di jalanan.

"Ini kegelisahan, saya sebagai pihak yang jadi negara (wali kota) kewenangan saya dibatasi. Saya boleh ambil keputusan 70 persen secara hukum otonomi, 30 persennya harus lapor gubernur dan pemerintah pusat," tuturnya.

Akan tetapi di level daerah, Emil mengatakan Pemkot Bandung akan membantu agar mobil itu bisa digunakan di jalanan umum. Selain itu, Ia juga akan membantu mencarikan investor untuk mengembangkan Evhero agar lebih sempurna.