- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Perjalanan terakhir vokalis band "Payung Teduh" harus hengkang, enggak kebayang..


TS
kangjati
Perjalanan terakhir vokalis band "Payung Teduh" harus hengkang, enggak kebayang..

Spoiler for HALLOO!!:
Selamat datang Agan Sista di Thread Ane!!




Ini akhir kisah perjalanan mas Is di salah satu band indie yang lagi naik daun dengn lagu penggebraknya "AKAD"
yaps that's band is Payung Teduh gansist.
Wah kenapa ya mas Is sampe keluar begitu dari Payung Teduh


Vokalis Payung Teduh, Mohammad Istiqamah Djamad, berpose di depan kamera Beritagar.id di Gedung Kesenian Jakarta, Pasar Baru, Sawah Besar, Jakarta Pusat, pada Selasa (14/11/2017).
© Wisnu Agung Prasetyo /Beritagar.id
><><><><><><><><><><><><><><><><><><><>><><><><><><><>><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><
Ia pamit. Tapi ini bukan akhir dari karyanya.
><><><><><><><><><><><><><><><><><><><>><><><><><><><>><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><
Wah ternyata dia mau fokus ke salah satu projekannya, hmm apa ya sebenernya?
yaps that's band is Payung Teduh gansist.
Wah kenapa ya mas Is sampe keluar begitu dari Payung Teduh


Vokalis Payung Teduh, Mohammad Istiqamah Djamad, berpose di depan kamera Beritagar.id di Gedung Kesenian Jakarta, Pasar Baru, Sawah Besar, Jakarta Pusat, pada Selasa (14/11/2017).
© Wisnu Agung Prasetyo /Beritagar.id
><><><><><><><><><><><><><><><><><><><>><><><><><><><>><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><
Ia pamit. Tapi ini bukan akhir dari karyanya.
><><><><><><><><><><><><><><><><><><><>><><><><><><><>><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><
Wah ternyata dia mau fokus ke salah satu projekannya, hmm apa ya sebenernya?

Quote:
Jadi, benar mau keluar dari Payung Teduh?
Benar. Saya cuma sampai 31 Desember 2017 di sini (Payung Teduh).
Setelah itu mau ke mana?
Istirahat dulu.
Ada masalah apa?
Gue merasa main musik enggak melulu harus begini. Gue inginnya Payung Teduh lebih banyak produksi karya. Tapi kami semakin tereksploitasi gila-gilaan. Itu membuat gue lelah. Lahir batin.
Bukan karena konflik internal?
Bukan. Ini bukan karena permusuhan atau cekcok. Tapi lebih ke musical journey.
Grup musik ini sudah terbentuk sejak 2007. Enggak sayang kalau sampai harus keluar?
Orang-orang berubah kali ya. In their eyes (anggota Payung Teduh lainnya) gue mungkin berubah. Tapi gue merasa cara menjalankan band ini esensinya sudah beda. Lebih ke pola band-band pada umumnya yang terkenal sibuk manggung sana-sini.
[/B]Bukannya bagus, penghasilan jadi bertambah?[/B]
Ya rezeki sih sebenarnya. Rezeki juga ujian, bisa membuat kami terlena. Semangat kreativitas dan spirit-nya lelah. Saya lelah sekali.
Tidak mau break sementara saja?
No, no, no. Karena ini masalah mentalitas kami berempat akhirnya. Saya sudah enggak klop lagi secara musikal. Saya bilang ke mereka dari Juni lalu. Saat Jakcloth (Juni 2017) sudah mau teriak saya di Senayan (Jakarta Pusat). Di panggung rasanya sudah cukup.
Saya sudah sakit berkali-kali, diopname juga. Nyari duit seharusnya enggak begini amat menurut gue. Ha-ha-ha....
Jadi, selama ini tidak happy?
Enggak happy. Saatnya membawa musik kembali ke rumahnya, alam.
Maksudnya?
Gue ingin main musik sama anak-anak yang tertimpa bencana alam lagi. Menghibur mereka. Kami sempat melakukan itu untuk anak-anak korban tsunami di Pangandaran, Jawa Barat. Sarang gue dari dulu itu ya di situ. Saya pengen seperti itu lagi.
Jadi, mau lebih ke kegiatan sosial?
Saya lebih mau menjadi sosok yang baru ketika bermusik. Sekarang Payung Teduh terlalu sibuk untuk manggung. Kalau kata teman-teman, kami enggak siap. Tapi memang Payung Teduh bukan berangkat dari culture seperti itu.
Kami bukan band yang terkenal dari industri. Kami lahir dari teater ke teater. Spirit itu yang hilang.
Berarti ada masalah idealisme?
Setiap orang punya idealisme sendiri. Tapi maksud saya, kayaknya tuh yang harus diperbanyak adalah karya, bukan manggungnya. Justru saya lebih suka Payung Teduh dieksklusifkan.
Rekaman lebih penting daripada manggung?
Buat gue, itu jauh di atas panggung. Energi dan nyawa sebuah grup musik itu di album. Ibarat adegan pertarungan Brama Kumbara, mengeluarkan ajian Lampah Lumpuh ya di situ. Kalau manggung itu cuma olah tubuh, pukulan, dan tangkisan.
Tapi teman-teman ketika mau rekaman sudah lelah. Kami hanya ketemu di panggung. Komunikasi enggak ada, dingin, semua sibuk, asyik dengan dunianya. Itu sudah berlangsung dari 2014 akhir. Saya masih ingin di studio tapi kok merasa sendirian.
Sejak 2014 berarti Anda sudah ingin hengkang?
Kayaknya akhir 2014 saya mulai galau.
Setelah album kedua, Dunia Batas?
Album itu semua lagunya saya yang menulis. Di album ketiga nanti juga. Tapi di antara tiga album Payung Teduh, yang ketiga ini paling terasa inilah saya.
Kenapa album ketiga?
Karena ini yang paling saya bangga dan juga benci.
Maksudnya?
Ini saya banget. Ha-ha-ha.... Lagu "Muram" saya dedikasikan untuk teman-teman di Payung Teduh. Saya bilang berhentilah wahai tuan, berpelukan dengan muram/hiduplah asa.
Maksudnya, ketika manusia masih punya asa untuk melakukan sesuatu, dia purnanya di situ sebenarnya. Bukan berjalan dengan letih lelah, merasa banyak tanggung jawab. Ini juga berlaku untuk mengatakan kepada diri sendiri untuk berhenti dan menghirup kembali oksigen. Biar udara terisi lagi, semangat muncul lagi.
Kapan keluar album ketiga?
15 Desember, insya Allah sudah jadi.
Sebelum hengkang dari Payung Teduh?
Saya harus pamit baik-baik.
Nah, Payung Teduh tanpa Is nantinya gimana? Siapa yang menulis lagunya?
Enggak apa-apa. Mungkin ini pendewasaan buat kami semua.
Respon personel lain bagaimana?
Shock pasti. Tapi tidak apa-apa. Justru saya kecewa karena selama ini tidak ngapa-ngapain.
Sesudah Anda bilang akan hengkang, sempat mempengaruhi cara Payung Teduh bermusik?
Ngaruh. Sebulan ini main musik jadi enggak enak banget. Sampai saya menegur mereka kemarin. Guys, kita harus belajar profesional dan tetap menjaga semangat. Ini bagian dari perjalanan kita. Tindakan yang paling kami benci tapi kami harus survive.
Ketika orang sudah memanggil Payung Teduh untuk bernanyi, layar terbuka, dan lampu menyala ya kami harus tumpahin segalanya. Itu yang kemarin agak hilang. Bermain musik tanpa nyawa, kayak robot. Mending putar CD-nya saja.
Jantungnya band ini kan di Anda.
No, no, no. Itu salah kalau dalam satu kelompok dibilang ada jantungnya. Yang keluar saya terus akhirnya. Beberapa teman band lain sampai nyadar. Mereka bilang ini parah kalau terus terjadi.
Tidak sehat?
Sangat tidak sehat kalau satu lebih menonjol dari yang lain.
Tapi dari awal bukannya memang Anda diposisikan seperti itu?
Betul. Tapi atensi dan excitement-nya saat awal beda. Masih kuat dan segar. Sekarang akhirnya jadi kesibukan saja. Saya sampai tidak bisa bikin lagu banyak saat puncak kegundahan.
Payung Teduh dulu besar karena banyak yang cari. Tapi sekarang giliran tidak dicari malah tidak mengeluarkan banyak karya. Kami seharusnya sudah membuat 15 album. Saya sudah malu sama media karena terakhir kami sempat bilang album ketiga akan keluar November ini. Tapi ternyata tidak.
Sebagai pemimpin, Anda seolah mengorbankan diri?
Enggak. Mereka masih mau jalan dengan Payung Teduh.
Kenapa Anda tidak....
Memecat? Karena banyak asumsi tidak baik bakal terjadi.
Soal royalti bagaimana?
Ya enggak apa-apa. Kami sudah pakai publisher. Saya sudah beresin semua supaya tidak terjadi gontok-gontokan soal gana-gini. Ke depan nanti saya tinggal terima report saja.
Kritik Anda melalui video di Instagram soal orang-orang yang meng-cover "Akad", apakah itu bentuk rasa lelah juga?
Oh enggak. Itu beneran buat menegur orang-orang yang.... Karena sebenarnya publisher kami sudah jalan. Tapi yang kebangetan tuh iTunes dan Spotify bisa mengedarkan lagu-lagu cover itu, meskipun akhirnya sudah di-take down.
Saya cuma menyayangkan media yang, maaf, menulis seolah-olah Payung Teduh mengultimatum orang yang meng-cover lagu "Akad". Simple-nya gini, itu lagu kami, jadi kami berhak bersuara. Udah gitu aja.
Sempat menyangka "Akad" akan se-booming sekarang?
Iya. Lagu itu sebenarnya saya ditantangin bisa enggak bikin lagu pop. Saya bilang bisa.
"Akad" itu jagoan keempat di album ketiga. Yang pertama itu "Di Atas Meja", lalu "Muram", dan "Selalu Muda".
....

Januari 2018 akan menjadi awal baru bagi pria yang kerap dipanggil Is ini. Ia hengkang dari Payung Teduh dan akan mengejar mimpinya membuat film musikal dan membuka restoran.
© Wisnu Agung Prasetyo /Beritagar.id
Ada rencana membangun restoran?
Itu mimpi saya juga. Dulu pernah punya restoran tapi karena dinamika bisnis langsung tutup. Saya berani bertaruh kalau soal resep keluarga.
Ada mimpi yang belum tercapai?
Saya ingin membuat film musikal tentang pesisir. Kita nih negara maritim. Dalam perjalanan manggung Payung Teduh, saya dapat kesempatan pergi ke banyak daerah pesisir di Indonesia.
Saya ingin memfilmkan kegiatan dan kehidupan nelayan di tanah air. Inginnya sih film layar lebar dan dikemas popular. Mumpung gue dikasih umur panjang, kalau bisa mendokumentasikan hal itu kan bagus. Kalau numpuk pundi-pundi mah aduh gak ada habisnya.
Selengkapnya bisa dibaca di siniloh...
Benar. Saya cuma sampai 31 Desember 2017 di sini (Payung Teduh).
Setelah itu mau ke mana?
Istirahat dulu.
Ada masalah apa?
Gue merasa main musik enggak melulu harus begini. Gue inginnya Payung Teduh lebih banyak produksi karya. Tapi kami semakin tereksploitasi gila-gilaan. Itu membuat gue lelah. Lahir batin.
Bukan karena konflik internal?
Bukan. Ini bukan karena permusuhan atau cekcok. Tapi lebih ke musical journey.
Grup musik ini sudah terbentuk sejak 2007. Enggak sayang kalau sampai harus keluar?
Orang-orang berubah kali ya. In their eyes (anggota Payung Teduh lainnya) gue mungkin berubah. Tapi gue merasa cara menjalankan band ini esensinya sudah beda. Lebih ke pola band-band pada umumnya yang terkenal sibuk manggung sana-sini.
[/B]Bukannya bagus, penghasilan jadi bertambah?[/B]
Ya rezeki sih sebenarnya. Rezeki juga ujian, bisa membuat kami terlena. Semangat kreativitas dan spirit-nya lelah. Saya lelah sekali.
Tidak mau break sementara saja?
No, no, no. Karena ini masalah mentalitas kami berempat akhirnya. Saya sudah enggak klop lagi secara musikal. Saya bilang ke mereka dari Juni lalu. Saat Jakcloth (Juni 2017) sudah mau teriak saya di Senayan (Jakarta Pusat). Di panggung rasanya sudah cukup.
Saya sudah sakit berkali-kali, diopname juga. Nyari duit seharusnya enggak begini amat menurut gue. Ha-ha-ha....
Jadi, selama ini tidak happy?
Enggak happy. Saatnya membawa musik kembali ke rumahnya, alam.
Maksudnya?
Gue ingin main musik sama anak-anak yang tertimpa bencana alam lagi. Menghibur mereka. Kami sempat melakukan itu untuk anak-anak korban tsunami di Pangandaran, Jawa Barat. Sarang gue dari dulu itu ya di situ. Saya pengen seperti itu lagi.
Jadi, mau lebih ke kegiatan sosial?
Saya lebih mau menjadi sosok yang baru ketika bermusik. Sekarang Payung Teduh terlalu sibuk untuk manggung. Kalau kata teman-teman, kami enggak siap. Tapi memang Payung Teduh bukan berangkat dari culture seperti itu.
Kami bukan band yang terkenal dari industri. Kami lahir dari teater ke teater. Spirit itu yang hilang.
Berarti ada masalah idealisme?
Setiap orang punya idealisme sendiri. Tapi maksud saya, kayaknya tuh yang harus diperbanyak adalah karya, bukan manggungnya. Justru saya lebih suka Payung Teduh dieksklusifkan.
Rekaman lebih penting daripada manggung?
Buat gue, itu jauh di atas panggung. Energi dan nyawa sebuah grup musik itu di album. Ibarat adegan pertarungan Brama Kumbara, mengeluarkan ajian Lampah Lumpuh ya di situ. Kalau manggung itu cuma olah tubuh, pukulan, dan tangkisan.
Tapi teman-teman ketika mau rekaman sudah lelah. Kami hanya ketemu di panggung. Komunikasi enggak ada, dingin, semua sibuk, asyik dengan dunianya. Itu sudah berlangsung dari 2014 akhir. Saya masih ingin di studio tapi kok merasa sendirian.
Sejak 2014 berarti Anda sudah ingin hengkang?
Kayaknya akhir 2014 saya mulai galau.
Setelah album kedua, Dunia Batas?
Album itu semua lagunya saya yang menulis. Di album ketiga nanti juga. Tapi di antara tiga album Payung Teduh, yang ketiga ini paling terasa inilah saya.
Kenapa album ketiga?
Karena ini yang paling saya bangga dan juga benci.
Maksudnya?
Ini saya banget. Ha-ha-ha.... Lagu "Muram" saya dedikasikan untuk teman-teman di Payung Teduh. Saya bilang berhentilah wahai tuan, berpelukan dengan muram/hiduplah asa.
Maksudnya, ketika manusia masih punya asa untuk melakukan sesuatu, dia purnanya di situ sebenarnya. Bukan berjalan dengan letih lelah, merasa banyak tanggung jawab. Ini juga berlaku untuk mengatakan kepada diri sendiri untuk berhenti dan menghirup kembali oksigen. Biar udara terisi lagi, semangat muncul lagi.
Kapan keluar album ketiga?
15 Desember, insya Allah sudah jadi.
Sebelum hengkang dari Payung Teduh?
Saya harus pamit baik-baik.
><><><><><><><><><><><><><><><><><><><>><><><><><><><>><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><
"Kami tidak siap dengan popularitas"
Mohammad Istiqamah Djamad, vokalis Payung Teduh
><><><><><><><><><><><><><><><><><><><>><><><><><><><>><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><
"Kami tidak siap dengan popularitas"
Mohammad Istiqamah Djamad, vokalis Payung Teduh
><><><><><><><><><><><><><><><><><><><>><><><><><><><>><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><
Nah, Payung Teduh tanpa Is nantinya gimana? Siapa yang menulis lagunya?
Enggak apa-apa. Mungkin ini pendewasaan buat kami semua.
Respon personel lain bagaimana?
Shock pasti. Tapi tidak apa-apa. Justru saya kecewa karena selama ini tidak ngapa-ngapain.
Sesudah Anda bilang akan hengkang, sempat mempengaruhi cara Payung Teduh bermusik?
Ngaruh. Sebulan ini main musik jadi enggak enak banget. Sampai saya menegur mereka kemarin. Guys, kita harus belajar profesional dan tetap menjaga semangat. Ini bagian dari perjalanan kita. Tindakan yang paling kami benci tapi kami harus survive.
Ketika orang sudah memanggil Payung Teduh untuk bernanyi, layar terbuka, dan lampu menyala ya kami harus tumpahin segalanya. Itu yang kemarin agak hilang. Bermain musik tanpa nyawa, kayak robot. Mending putar CD-nya saja.
Jantungnya band ini kan di Anda.
No, no, no. Itu salah kalau dalam satu kelompok dibilang ada jantungnya. Yang keluar saya terus akhirnya. Beberapa teman band lain sampai nyadar. Mereka bilang ini parah kalau terus terjadi.
Tidak sehat?
Sangat tidak sehat kalau satu lebih menonjol dari yang lain.
Tapi dari awal bukannya memang Anda diposisikan seperti itu?
Betul. Tapi atensi dan excitement-nya saat awal beda. Masih kuat dan segar. Sekarang akhirnya jadi kesibukan saja. Saya sampai tidak bisa bikin lagu banyak saat puncak kegundahan.
Payung Teduh dulu besar karena banyak yang cari. Tapi sekarang giliran tidak dicari malah tidak mengeluarkan banyak karya. Kami seharusnya sudah membuat 15 album. Saya sudah malu sama media karena terakhir kami sempat bilang album ketiga akan keluar November ini. Tapi ternyata tidak.
Sebagai pemimpin, Anda seolah mengorbankan diri?
Enggak. Mereka masih mau jalan dengan Payung Teduh.
Kenapa Anda tidak....
Memecat? Karena banyak asumsi tidak baik bakal terjadi.
Soal royalti bagaimana?
Ya enggak apa-apa. Kami sudah pakai publisher. Saya sudah beresin semua supaya tidak terjadi gontok-gontokan soal gana-gini. Ke depan nanti saya tinggal terima report saja.
Kritik Anda melalui video di Instagram soal orang-orang yang meng-cover "Akad", apakah itu bentuk rasa lelah juga?
Oh enggak. Itu beneran buat menegur orang-orang yang.... Karena sebenarnya publisher kami sudah jalan. Tapi yang kebangetan tuh iTunes dan Spotify bisa mengedarkan lagu-lagu cover itu, meskipun akhirnya sudah di-take down.
Saya cuma menyayangkan media yang, maaf, menulis seolah-olah Payung Teduh mengultimatum orang yang meng-cover lagu "Akad". Simple-nya gini, itu lagu kami, jadi kami berhak bersuara. Udah gitu aja.
Sempat menyangka "Akad" akan se-booming sekarang?
Iya. Lagu itu sebenarnya saya ditantangin bisa enggak bikin lagu pop. Saya bilang bisa.
"Akad" itu jagoan keempat di album ketiga. Yang pertama itu "Di Atas Meja", lalu "Muram", dan "Selalu Muda".
....

Januari 2018 akan menjadi awal baru bagi pria yang kerap dipanggil Is ini. Ia hengkang dari Payung Teduh dan akan mengejar mimpinya membuat film musikal dan membuka restoran.
© Wisnu Agung Prasetyo /Beritagar.id
Ada rencana membangun restoran?
Itu mimpi saya juga. Dulu pernah punya restoran tapi karena dinamika bisnis langsung tutup. Saya berani bertaruh kalau soal resep keluarga.
Ada mimpi yang belum tercapai?
Saya ingin membuat film musikal tentang pesisir. Kita nih negara maritim. Dalam perjalanan manggung Payung Teduh, saya dapat kesempatan pergi ke banyak daerah pesisir di Indonesia.
Saya ingin memfilmkan kegiatan dan kehidupan nelayan di tanah air. Inginnya sih film layar lebar dan dikemas popular. Mumpung gue dikasih umur panjang, kalau bisa mendokumentasikan hal itu kan bagus. Kalau numpuk pundi-pundi mah aduh gak ada habisnya.
Selengkapnya bisa dibaca di siniloh...
Penulis : Sorya Tobing
Wah ternyata mas Is memang tidak siap dengan popularitas Payung Teduh, kenapa yah? Mungkin ini gegara pengcoveran lagu itu kali yah..

Semoga aja mas Is kudu tegar buat ngadepin ini semua, dan buat para fans semoga bisa rela..
Payung Teduh sudah di tinggalkan vokalisnya
Menurut ente gimana gansist setelah tau mas Is harus hengkang dari Payung Teduh?


Semoga aja mas Is kudu tegar buat ngadepin ini semua, dan buat para fans semoga bisa rela..
Payung Teduh sudah di tinggalkan vokalisnya

Menurut ente gimana gansist setelah tau mas Is harus hengkang dari Payung Teduh?

Quote:
Nih gansist video wawancara tentang nanggepin persoalan Payung Teduh
Quote:


Jangan lupa rate bintang 5, tinggalin komentar dan bersedekah sedikit cendol buat ane dan ane doain agan makin ganteng dan cantik deh

SUMUR:
Beritagar.id
Jangan lupa kunjungi thread ane yang lain gan 

Quote:
Seharusnya seorang ibu merawat anak, ini malah tega membunuhnya. KEJAM!
Semua fans di dunia ngambek gara-gara Nutella ganti resep, gan!
Mau jadi influencer?? Sekolahnya disini aja
Main Hakim Sendiri = PENJARA 12 TAHUN !
Ilmuwan ingin hidupkan kembali singa gua yang berumur 50 ribu tahun
Awal mula kejadian "tabrak lari" yang sering terjadi di jalanan terhadap binatang
Gara-gara producer ini, Gal Gadot tidak mau memerankan Wonder Women lagi
Indahnya Hidup Selebgram, Tak Seindah Kenyataan Kehidupannya. Boom!!
Tips dan trik menghapus chat di Whatsapp jika sudah lebih dari 7 menit
[WOW] Karena muntahan paus nelayan asal bengkulu ini mendadak jadi miliader
Dua sejoli ini tidak terbukti mesum, eh.. warganya yang malah main hakim sendiri
10 Trik menyelami fitur baru YouTube
Siapkah Jakarta menjadi lokasi kota wisata syariah gan?
Kenapa sebaiknya berat badan tidak turun terlalu cepat
Begini kalo jadinya maskapai penerbangan telat, imbasnya malah ke petugas
Aktif bercinta dapat menjaga ketajaman otak
[18+] BH ini harganya bisa buat beli vila di bogor.. Kebayang gak bentuknya kaya apa?
Sindiran bagi sanksi PERSIB dan ancaman Degradasi!
[BAHAYA]Perubahan iklim ekstream yang berdampak buruk bagi manusia kelak
Begini animoji yang bisa berkaraoke di Iphone X
Mewahkah perhelatan Jokowi? Kejadian lucu: Setnov tidur hingga terkecoh mobil kosong
Miris, Indonesia peringkat 7 dunia dalam banyaknya perkimpoian anak
Vespa, Old but never Expired!
[URL="https://www.kaskus.co.id/thread/5a01405ddac13e7d058b4567/jangan-kaget-di-restoran-ini-ente-disuguhin-makan-sambil-tanpa busana-berani"]Jangan kaget, di restoran ini ente disuguhin makan sambil tanpa busana. Berani?
[/URL]Hewan terbang terbesar pernah hidup di Mongolia
Banyak yang belum tau..! Begini langkah pencegahan untuk mengurangi resiko kebakaran
Tenang.. Faktor Menyendiri itu bukan Berarti ente Seorang Jomblo
Ketahui penyebab Andropause, menopause yang dialami versi laki-laki
Tahanan ini viral karena kecantikannya
[GILA!!!] Sepatu ini punya harga selangit.. Kira - kira bisa beli apa ya duit segitu?
Ciri Suporter Bola (Ultras, Mania, dan Casual) Ente Yang Mana Gan?

Diubah oleh kangjati 20-11-2017 12:06
0
4.6K
Kutip
28
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan