Kaskus

Story

Pengaturan

Mode Malambeta
Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

harrywjyyAvatar border
TS
harrywjyy
Kumpulan Cerita Horor Mistis | Jagad Mistis Nusantara
Kumpulan Cerita Horor Mistis | Jagad Mistis Nusantara

Quote:


Quote:


Index / daftar isi cerita ada di paling bawah ya gan.

Spoiler for Chapter Pertama:


PENGHUNI APARTEMEN

Namaku Hanif, aku tinggal seorang diri di sebuah apartemen di segitiga emas Jakarta, atau orang bilang jantung kota Jakarta. Aku sendiri seorang pekerja kantoran yang bekerja di salah satu perusahaan asuransi yang memang bermarkas di ibukota.

Sudah beberapa bulan ini aku hidup sendiri semenjak perceraianku dengan istriku, karena kami belum mempunyai anak, jadi aku bisa langsung terlepas dari ikatan hubungan ini. Kami jadi tak pernah bertemu lagi dan bahkan tak saling kenal lagi. Sementara di apartemen, aku dibantu seorang asisten rumah tangga. Namanya Bu Umi, dia asli warga sekitaran apartemenku. Karena apartemen bertingkatku ini berbatasan langsung dengan pemukiman padat penduduk khas Jakarta.

Bu Umi ini tak menetap di apartemenku, dia punya jam kerja sendiri yang sudah aku atur. Ketika aku hendak berangkat bekerja dia datang dan membereskan rumah sampai sore. Sedangkan aku pulang dari kantor sekitar selesai maghrib atau bisa lebih malam lagi, dan sesampainya di apartemen, semuanya sudah beres dan bersih berkat kerja Bu Umi. Jadi aku bisa langsung bersantai dan istirahat. Oh iya, aku juga memberikan Bu Umi kunci cadangan, kalau nanti dia butuh. Lagipula aku percaya dengannya.

💀💀💀

Pada suatu hari aku hampir saja terlambat berangkat ke kantor. Tapi karena Bu Umi datang dan mengetuk pintu, aku jadi terbangun dan segera bersiap pergi kerja. Sedangkan Bu Umi melakukan yang biasanya ia lakukan setiap pagi, setiap pagi hari aku menyempatkan diri untuk sarapan di penjual bubur depan apartemen. Tapi karena pagi ini aku terlambat, aku benar-benar tak ada waktu untuk itu. Bisa sampai kantor tepat waktu pun sudah syukur.

Singkat cerita, aku sampai di kantor dengan mobil sederhanaku. Bekerja seperti biasa, bertemu banyak teman dan lainnya yang biasanya dilakukan pegawai pada umumnya. Waktu berjalan begitu cepat ketika aku di kantor, tak terasa setelah hampir seharian bekerja dan dua kali istirahat, tibalah aku diujung hari. Sekitar pukul enam sore aku keluar kantor menuju mobilku, dan mulai mengemudi pulang.

Sebenarnya pulang di waktu maghrib seperti ini adalah hal yang aku benci, karena jalanan selalu macet di jam-jam ini. Padahal kalau tidak macet, perjalanannya tak akan memakan waktu lebih dari lima belas menit. Karena macet, perjalananku yang sebenarnya dekat ini pun memakan waku empat puluh menit.

Aku sampai dan memarkirkan mobilku di basement, kemudian berjalan ke lift untuk naik ke lantai sembilan dimana aku tinggal. Aku sendiri di dalam lift dan sampai di lorong pun aku sendiri. Lorong begitu sepi dan hening, hanya ada aku dan suara langkahku. Ditambah suara kunci yang berputar di lubang pintu. Aku segera masuk dan langsung mengambil segelas air di dapur kemudian meminumnya.

Namun ada yang janggal saat maghrib itu, aku lihat Bu Umi belum pulang dan sedang menyetrika di salah satu kamar kosong di apartemenku. Karena pintunya dibuka, aku jadi bisa melihatnya. Aku pun mendekat dan bermaksud menyapanya. Waktu itu Bu Umi posisinya membelakangiku, kepalanya menunduk sambil fokus menyetrika bajuku.

“Kan bisa besok pagi Bu, Ibu pulang aja.” Kataku pada Bu Umi.

“Enggak mas, sekarang aja deh. Lagi males pulang cepet.” Jawab Bu Umi.

Aku berpikir mungkin Bu Umi sedang ada masalah dengan anak-anaknya di rumah, jadi aku membiarkannya dan tak menaruh curiga apapun. “Yaudah Bu, saya bikinin teh ya.” Ucapku dengan maksud baik.

Aku segera berjalan menuju dapur untuk membuat segelas teh manis, cangkir sudah ada dan teh pun tersedia. Jadi tinggal aku buatkan saja untuk dia. Kasihan dia bekerja seharian, mungkin sekali-kali aku juga harus melakukan sesuatu yang baik untuknya.

Disaat aku sedang membuat teh, ada sesuatu yang membuatku tersentak. Membuat jantungku berdegup kencang. Aku kaget bukan main, ketika mendapat sebuah pesan singkat dari Bu Umi di ponselku. Dalam pesan chat tersebut, Bu Umi berkata.

“Mas Anif, maaf mas. Saya pulang siang yah, mohon maaf mas. Hari ini saya gak bisa lama-lama.” Begitu ucapnya dalam pesan, jadi Bu Umi sudah pulang sejak siang hari tadi. Lalu siapa yang sedang menyetrika di kamar kosong itu? Astaga, aku segera menghubungi Bu Umi. Langsung aku berjalan ke balkon dan menelponnya saat itu juga. Untungnya, responnya cepat. Bu Umi langsung menjawab teleponnya.

“Bu? Kenapa Bu?” Tanyaku dengan nada ketakutan.

“Mas maaf, saya pulang lebih awal tadi. Nanti deh, besok saya ceritain. Ada yang gak beres di apartemen mas.” Ucapnya dengan nada yang sama takutnya denganku.

Aku pun langsung menutup telepon itu karena tak ada yang perlu aku ketahui lagi, semua sudah jelas. Orang yang sedang menyetrika itu bukan Bu Umi. Aku pun menyimpan ponsel di saku dan berjalan masuk. Dengan memberanikan diri, aku berjalan menuju kamar kosong itu, aku ingin memastikan siapa yang ada disana. Firasatku tidak enak, sangat buruk.

Saat sampai di depan pintu kamar, sosok itu masih disana. Persis menyerupai Bu Umi dari belakang, aku juga lupa belum melihat wajahnya. Dari depan pintu aku perhatikan sosok itu, sosok yang masih saja menyetrika baju yang sama.

“Maaf, kamu siapa? Bu Umi sudah pulang, kok bisa disini? Saya bisa panggil security lho.” Ucapku dengan maksud mengancam.

Yang membuatku bergidik adalah, ketika sosok itu tertawa cekikikan sebelum menjawab.

“Lho? Memang kamu belum sadar juga?” Tanya sosok itu sambil terus menyetrika. “Hayo, aku ini siapa?” Tanya sosok itu lagi.

Aku ketakutan setengah mati, badanku bergetar hebat. Ingin rasanya aku lari, tapi entah kenapa mataku rasanya ingin melihat sosok itu. Kemudian sosok itu menoleh, kemudian berdiri menghadapku. Memperlihatkan wajahnya yang rata, tanpa mata, hidung dan mulut. Benar-benar rata.

Aku pun segera lari sambil berteriak saking takutnya, aku tinggalkan apartemen. Langsung aku lari ke lift untuk turun ke lantai bawah. Selama di lift tak henti-hentinya aku ishtighfar. Astaga, sosok apa yang baru saja ku lihat. Makhluk halus? Kenapa ada di apartemenku?

💀💀💀

Gara-gara kejadian itu, aku tak tidur di apartemen malam itu. Aku terpaksa tidur di rumah orang tua di Bekasi yang lumayan jauh jaraknya. Keesokan harinya aku berangkat kerja seperti biasa, Bu Umi kusuruh untuk tidak datang ke apartemenku karena aku sedang tak disana.

Setelah pulang kerja, aku berkunjung ke rumah Bu Umi. Aku ceritakan apa yang aku alami kemarin, dan ternyata Bu Umi pun mengalami hal yang sama, itulah alasan kenapa Bu Umi pulang lebih cepat. Bu Umi bilang kalau makhluk itu menyerupai aku, namun setelah menoleh, wajahnya rata. Setelah aku dan keluargaku menggelar pengajian kecil di apartemen, barulah aku berani lagi menempati apartemen itu.


Quote:


Quote:


UNTUK BACA CERITA LAINNYA, SILAHKAN KLIK LINK DI DAFTAR ISI BERIKUT
⬇️⬇️⬇️

DAFTAR ISI

2. Cerita ke-2 - Ketika Maghrib Tiba
3. Cerita ke-3 - Order Dari Kubur (Ojol Story)
4. Cerita ke-4 - Malam Terindah
5. Cerita ke-5 - Setan Dunia Maya
6. Cerita ke-6 - Lukisan Tua
7. Cerita ke-7 - Pengantar Jenazah
8. Cerita Ke-8 - Bis Setan
9. Cerita Ke-9 - Aden-aden
10. Cerita Ke-10 - Si Manis Jembatan Ancol
11. Cerita Ke-11 - Si Baju Merah Part 1
12. Cerita Ke-12 - Si Baju Merah Part 2
13. Cerita Ke-13 - Si Baju Merah (Lagi)
14. Cerita Ke-14 - Ranjang Kosong
15. Cerita Ke-15 - Misteri Desa Kaki Gunung
16. Cerita Ke-16 - Misteri Desa Kaki Gunung Part 2
17. Cerita Ke-17 - Hantu Penunggu Rel Kereta
18. Cerita Ke-18 - Pocong Dusun Pinus
19. Cerita Ke-19 - Dongeng Mistis
20. Cerita Ke-20 - Personil Tambahan
21. Cerita Ke-21 - Jangan Ketawa Keras-keras!
22. Cerita Ke-22 - Dukun Sok Tau
23. Cerita Ke-23 - Setan Dunia Maya
24. Cerita Ke-24 - Serangan Ilmu Hitam
25. Cerita Ke-25 - Jangan Ketawa Keras-keras!
26. Cerita Ke-26 - Pemandi Jenazah
27. Cerita Ke-27 - Tatakrama
28. Cerita Ke-28 - Sundel Bolong
29. Cerita Ke-29 - Pengikut Tak Diundang
30. Cerita Ke-30 - Keranda Terbang

Quote:


Kalau suka dengan thread horor ini, silahkan mampir ke thread horor ane yang lain gan. Link-nya ada di bawah ini!

1. Kisah Horor: Teror Pocong Hamil Yang Menghantui Warga!
2. Kisah Horor: Akibat Mencuri Barang Milik Orang Meninggal!
3. Kisah Horor: Ojek Online Antar Makanan Milik Hantu!
4. Kisah Horor: Akibat Mengambil Barang Sembarangan Di Hutan!
5. Jagad Mistis Nusantara: Kumpulan Cerita Horor Mistis
6. Kisah Horor: Kejadian Mistis Saat Kerja Shift Malam!
7. Kisah Horor: Ditertawakan Kuntilanak Saat Camping!
8. Kejadian Horor Setelah Nenek Meninggal

Langsung aja meluncur gan!

emoticon-Ngacir2emoticon-Ngacir2emoticon-Ngacir2

Quote:
Diubah oleh harrywjyy 10-08-2022 10:29
sampeuk
tanzenbar078
fadhelll
fadhelll dan 41 lainnya memberi reputasi
42
28.6K
137
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Tampilkan semua post
harrywjyyAvatar border
TS
harrywjyy
#9
Cerita Ke-2 - Ketika Maghrib Tiba
Quote:


Quote:


Quote:


Quote:


KETIKA MAGHRIB TIBA

Sore itu dengan santainya aku duduk di teras rumah sambil membaca komik jepang kesukaanku, biasanya kalau sudah bersantai begini aku selalu lupa waktu. Untuk itulah aku memilih waktu sore untuk jadi jam santaiku, karena di waktu ini aku tidak akan lupa waktu. Adzan maghrib akan berkumandang dan aku pun sudah pasti segera masuk seperti orang pada umunya.

Aku sendiri biasa dipanggil Nata, atau kependekkan dari Natasha. Sambil ditemani musik yang berasal dari earphone-ku, aku membuka tiap-tiap lembar dari komik yang aku baca ini. Sekitar satu jam setengah aku duduk, bapakku kemudian datang dan menyuruhku masuk pada pukul 18:00. Saat itu sudah banyak orang yang berangkat ke masjid, bacaan-bacaan sholawat juga sudah terdengar. Tinggal menunggu waktu maghrib tiba saja.

Aku pun masuk dan mengambil air wudhu untuk segera melaksanakan sholat di rumah. Karena aku sholat sendiri, terkadang sholatku itu lebih cepat dengan yang di masjid. Jadi ketika di masjid masih sholat, aku sudah selesai. Setelah selesai bapak memintaku untuk membeli permen di warung. Karena adikku yang masih berusia sekitar empat tahun itu tidak mau makan kalau tidak di kasih permen dulu. Namanya Raffi.

“Rese banget si Raffi! Jadi gue kan yang disuruh beli.” Ucapku yang menggerutu karena kesal, karena aku mau lanjut baca buku komik, aku pun meminta uang pada bapak untuk beli permen itu sekarang juga.

“Masih maghrib.” Kata bapak menjawabku.

“Gak apa-apa pak, sekarang aja.” Karena aku memaksa, bapak pun memberi uang dan membiarkanku pergi untuk membeli permen ke warung.

Akhirnya di suasana maghrib itu, aku berangkat ke warung. Saat itu langit saja masih warna keungu-unguan dan suara doa-doa masih terdengar dari masjid. Keadaan sekitar juga sudah sepi, hanya aku yang berjalan sendirian. Jarak dari rumah ke warung sebenarnya dekat, cuma yang jadi masalah itu aku harus melewati jalan yang berputar untuk sampai kesana.

Kumpulan Cerita Horor Mistis | Jagad Mistis Nusantara

Source :langitbirukebebasan.blogspot.com

Jadi aku yang memang sudah biasa lewat sana pun berjalan dengan santainya. Selama perjalanan ke warung, aku harus lewat sebuah tempat yang bisa dibilang lumayan seram. Tempat itu adalah sebuah pohon rambutan besar yang dari aku kecil sudah ada. Malah lebih tua dariku mungkin, pokoknya sudah lama sekali. Setiap kali lewat situ, aku tidak pernah mau menoleh. Saking takutnya. Singkat cerita, saat aku lewat tempat itu aku tidak menoleh kemana-mana. Pandanganku lurus ke jalan menuju warung.

Beberapa saat kemudian aku pun sampai di warung, aku membeli permen yang biasa dimakan Raffi. Harganya tidak mahal, dengan seribu rupiah kira-kira aku bawa tujuh biji. Karena mumpung sudah ada disana, aku sekalian saja membeli beberapa makanan yang aku suka. Sampai akhirnya aku selesai, dan segera berjalan pulang. Masih dengan suasana maghrib yang kental.

Sambil jalan, aku juga memakan satu permen punya Raffi. Dan karena memang sudah jalannya, kali ini aku melewati pohon rambutan itu lagi. Dengan cara seperti biasa aku berjalan tanpa melihat kearah pohon. Tapi entah kenapa ... kali ini berbeda. Aku dengar dengan jelas sekali, ada suara dari atas pohon rambutan. Suara itu mirip suara orang yang sedang bersiul.

Aku tidak berpikir apa-apa, aku pikir mana ada setan bisa bersiul. Paling juga si Roni. Ucapku dalam hati, Roni sendiri adalah tetanggaku, anak kecil sekitar tujuh tahun yang memang suka bersiul kalau sedang bosan. Jadi aku pun menatap keatas berharap itu Roni yang akan segera aku bawa pulang.

Tapi setelah lihat keatas, ternyata bukan Roni. Ada sosok laki-laki tanpa busana, tanpa pakaian sedang duduk di batang pohon. Seluruh kulitnya hitam legam, cuma mata dan gigi runcingnya yang putih. Dan rambutnya panjang, gimbal tak terurus. Mirip orang gila, tapi ini jauh lebih menyeramkan. Aku pun terpaku menatap sosok itu. Kemudian ia mengeluarkan lidahnya yang panjang seperti ular. Di titik ini barulah aku sadar sosok itu bukan manusia.

Bodohnya aku, bukannya lari ke rumah. Aku lari kearah warung, jadi aku tidak berani melewati sosok itu dan memilih untuk putar balik ke warung. Aku lari sekencang-kencangnya dan sampailah di warung tadi. Tidak ada yang tanya aku kenapa, karena saat itu masih sepi juga. Jadi aku duduk di teras warung itu dengan keringat yang mengucur deras, aku mau nangis tapi malu. Ketakutan setengah mati.

Aku sudah sering lewat situ, memang seram tempatnya. Tapi setiap kali lewat pohon itu, tidak pernah terjadi apa-apa. Bahkan saat aku pulang tengah malam pun aku tidak pernah lihat yang seperti itu. Baru kali ini aku ketakutan lewat pohon itu.

Namun beruntungnya aku, aku baru ingat kalau warung itu juga dekat dengan masjid. Jadi tak lama para jama’ah sholat maghrib pun bubar. Aku menunggu mereka, barangkali ada yang searah denganku. Karena saat itu aku tidak berani jalan sendirian. Akhirnya ada tiga orang tetanggaku yang baru pulang dari masjid. Aku pun lega, jalanan akan terasa ramai dengan mereka.

“Dari warung Nat?” Tanya salah satu tetanggaku yang seorang bapak-bapak paruh baya.

“Iya ... si Raffi minta permen maghrib-maghrib.” Jawabku dengan suara yang gemetar.

Kami pun lanjut berjalan, setelah beberapa langkah, pohon rambutan itu mulai kelihatan. Dari kejauhan aku tidak melihat sosok itu. Aman! Pikirku dalam hati. Aku terus melangkah dibelakang para bapak-bapak ini. Sampai akhirnya kami persis berada di dekat pohon itu. Sumpah, aku tidak mau menengok kemanapun. Malah kali ini aku jalan menunduk, enggan rasanya melihat sekitar.

Tapi tidak tahu kenapa, ingin rasanya aku menoleh ke samping arah pohon rambutan. Aku sudah baca-baca doa dan lain-lain untuk mengalihgkan perasaan itu. Tapi tetap saja, rasanya ingin sekali menoleh kearah samping. Sampai akhirnya aku tidak tahan, aku pun menoleh ke samping.

Apa yang aku lihat? Aku lihat sosok hitam tanpa busana itu lagi, kali ini dia sudah di bawah. Dan yang membuat aku merinding adalah, posisinya. Sosok itu tidak berdiri dengan kaki, ia berdiri dengan tangan. Jadi posisinya terbalik. Matanya melotot kearahku sambil terus memamerkan lidah panjangnya yang menjulur.

Karena tidak bisa menahan takutku lagi, aku teriak kecil dan langsung menerobos tiga orang yang ada di depanku. Aku lari secepat mungkin kerumah sambil menangis. Terus berlari, bahkan sampai sandalku putus. Tapi aku tak peduli, yang penting cepat sampai di rumah. Aku sampai di rumah dengan keadaan menangis ketakutan, bapakku langsung keluar dan menanyaiku. Tapi aku tidak bisa menjawab serta terus menangis.

Aku pun dibawa masuk ke rumah, tapi tetap saja aku terus menangis. Aku yang sudah ketakutan setengah mati masuk kamar sekitar selesai isya dan langsung tidur sampai keesokan paginya. Dan di pagi hari itu, aku jatuh sakit selama dua hari. Dan setelah sembuh, aku baru bisa cerita ke bapak mengenai kejadian waktu itu. Karena kejadian itu juga, aku pun trauma. Aku tidak pernah lagi keluar di waktu maghrib, dulu waktu kecil bapak juga sering menakut-nakutiku kalau setiap maghrib, setan dan jin berkeliaran. Dan kini aku mempercayai omongan itu.

Quote:


Spoiler for Pesan Penulis:


Quote:
Diubah oleh harrywjyy 19-05-2020 12:06
indrag057
sampeuk
BALI999
BALI999 dan 20 lainnya memberi reputasi
21
Tutup