harrywjyyAvatar border
TS
harrywjyy
Kumpulan Cerita Horor Mistis | Jagad Mistis Nusantara


Quote:


Quote:


Index / daftar isi cerita ada di paling bawah ya gan.

Spoiler for Chapter Pertama:


PENGHUNI APARTEMEN

Namaku Hanif, aku tinggal seorang diri di sebuah apartemen di segitiga emas Jakarta, atau orang bilang jantung kota Jakarta. Aku sendiri seorang pekerja kantoran yang bekerja di salah satu perusahaan asuransi yang memang bermarkas di ibukota.

Sudah beberapa bulan ini aku hidup sendiri semenjak perceraianku dengan istriku, karena kami belum mempunyai anak, jadi aku bisa langsung terlepas dari ikatan hubungan ini. Kami jadi tak pernah bertemu lagi dan bahkan tak saling kenal lagi. Sementara di apartemen, aku dibantu seorang asisten rumah tangga. Namanya Bu Umi, dia asli warga sekitaran apartemenku. Karena apartemen bertingkatku ini berbatasan langsung dengan pemukiman padat penduduk khas Jakarta.

Bu Umi ini tak menetap di apartemenku, dia punya jam kerja sendiri yang sudah aku atur. Ketika aku hendak berangkat bekerja dia datang dan membereskan rumah sampai sore. Sedangkan aku pulang dari kantor sekitar selesai maghrib atau bisa lebih malam lagi, dan sesampainya di apartemen, semuanya sudah beres dan bersih berkat kerja Bu Umi. Jadi aku bisa langsung bersantai dan istirahat. Oh iya, aku juga memberikan Bu Umi kunci cadangan, kalau nanti dia butuh. Lagipula aku percaya dengannya.

💀💀💀

Pada suatu hari aku hampir saja terlambat berangkat ke kantor. Tapi karena Bu Umi datang dan mengetuk pintu, aku jadi terbangun dan segera bersiap pergi kerja. Sedangkan Bu Umi melakukan yang biasanya ia lakukan setiap pagi, setiap pagi hari aku menyempatkan diri untuk sarapan di penjual bubur depan apartemen. Tapi karena pagi ini aku terlambat, aku benar-benar tak ada waktu untuk itu. Bisa sampai kantor tepat waktu pun sudah syukur.

Singkat cerita, aku sampai di kantor dengan mobil sederhanaku. Bekerja seperti biasa, bertemu banyak teman dan lainnya yang biasanya dilakukan pegawai pada umumnya. Waktu berjalan begitu cepat ketika aku di kantor, tak terasa setelah hampir seharian bekerja dan dua kali istirahat, tibalah aku diujung hari. Sekitar pukul enam sore aku keluar kantor menuju mobilku, dan mulai mengemudi pulang.

Sebenarnya pulang di waktu maghrib seperti ini adalah hal yang aku benci, karena jalanan selalu macet di jam-jam ini. Padahal kalau tidak macet, perjalanannya tak akan memakan waktu lebih dari lima belas menit. Karena macet, perjalananku yang sebenarnya dekat ini pun memakan waku empat puluh menit.

Aku sampai dan memarkirkan mobilku di basement, kemudian berjalan ke lift untuk naik ke lantai sembilan dimana aku tinggal. Aku sendiri di dalam lift dan sampai di lorong pun aku sendiri. Lorong begitu sepi dan hening, hanya ada aku dan suara langkahku. Ditambah suara kunci yang berputar di lubang pintu. Aku segera masuk dan langsung mengambil segelas air di dapur kemudian meminumnya.

Namun ada yang janggal saat maghrib itu, aku lihat Bu Umi belum pulang dan sedang menyetrika di salah satu kamar kosong di apartemenku. Karena pintunya dibuka, aku jadi bisa melihatnya. Aku pun mendekat dan bermaksud menyapanya. Waktu itu Bu Umi posisinya membelakangiku, kepalanya menunduk sambil fokus menyetrika bajuku.

“Kan bisa besok pagi Bu, Ibu pulang aja.” Kataku pada Bu Umi.

“Enggak mas, sekarang aja deh. Lagi males pulang cepet.” Jawab Bu Umi.

Aku berpikir mungkin Bu Umi sedang ada masalah dengan anak-anaknya di rumah, jadi aku membiarkannya dan tak menaruh curiga apapun. “Yaudah Bu, saya bikinin teh ya.” Ucapku dengan maksud baik.

Aku segera berjalan menuju dapur untuk membuat segelas teh manis, cangkir sudah ada dan teh pun tersedia. Jadi tinggal aku buatkan saja untuk dia. Kasihan dia bekerja seharian, mungkin sekali-kali aku juga harus melakukan sesuatu yang baik untuknya.

Disaat aku sedang membuat teh, ada sesuatu yang membuatku tersentak. Membuat jantungku berdegup kencang. Aku kaget bukan main, ketika mendapat sebuah pesan singkat dari Bu Umi di ponselku. Dalam pesan chat tersebut, Bu Umi berkata.

“Mas Anif, maaf mas. Saya pulang siang yah, mohon maaf mas. Hari ini saya gak bisa lama-lama.” Begitu ucapnya dalam pesan, jadi Bu Umi sudah pulang sejak siang hari tadi. Lalu siapa yang sedang menyetrika di kamar kosong itu? Astaga, aku segera menghubungi Bu Umi. Langsung aku berjalan ke balkon dan menelponnya saat itu juga. Untungnya, responnya cepat. Bu Umi langsung menjawab teleponnya.

“Bu? Kenapa Bu?” Tanyaku dengan nada ketakutan.

“Mas maaf, saya pulang lebih awal tadi. Nanti deh, besok saya ceritain. Ada yang gak beres di apartemen mas.” Ucapnya dengan nada yang sama takutnya denganku.

Aku pun langsung menutup telepon itu karena tak ada yang perlu aku ketahui lagi, semua sudah jelas. Orang yang sedang menyetrika itu bukan Bu Umi. Aku pun menyimpan ponsel di saku dan berjalan masuk. Dengan memberanikan diri, aku berjalan menuju kamar kosong itu, aku ingin memastikan siapa yang ada disana. Firasatku tidak enak, sangat buruk.

Saat sampai di depan pintu kamar, sosok itu masih disana. Persis menyerupai Bu Umi dari belakang, aku juga lupa belum melihat wajahnya. Dari depan pintu aku perhatikan sosok itu, sosok yang masih saja menyetrika baju yang sama.

“Maaf, kamu siapa? Bu Umi sudah pulang, kok bisa disini? Saya bisa panggil security lho.” Ucapku dengan maksud mengancam.

Yang membuatku bergidik adalah, ketika sosok itu tertawa cekikikan sebelum menjawab.

“Lho? Memang kamu belum sadar juga?” Tanya sosok itu sambil terus menyetrika. “Hayo, aku ini siapa?” Tanya sosok itu lagi.

Aku ketakutan setengah mati, badanku bergetar hebat. Ingin rasanya aku lari, tapi entah kenapa mataku rasanya ingin melihat sosok itu. Kemudian sosok itu menoleh, kemudian berdiri menghadapku. Memperlihatkan wajahnya yang rata, tanpa mata, hidung dan mulut. Benar-benar rata.

Aku pun segera lari sambil berteriak saking takutnya, aku tinggalkan apartemen. Langsung aku lari ke lift untuk turun ke lantai bawah. Selama di lift tak henti-hentinya aku ishtighfar. Astaga, sosok apa yang baru saja ku lihat. Makhluk halus? Kenapa ada di apartemenku?

💀💀💀

Gara-gara kejadian itu, aku tak tidur di apartemen malam itu. Aku terpaksa tidur di rumah orang tua di Bekasi yang lumayan jauh jaraknya. Keesokan harinya aku berangkat kerja seperti biasa, Bu Umi kusuruh untuk tidak datang ke apartemenku karena aku sedang tak disana.

Setelah pulang kerja, aku berkunjung ke rumah Bu Umi. Aku ceritakan apa yang aku alami kemarin, dan ternyata Bu Umi pun mengalami hal yang sama, itulah alasan kenapa Bu Umi pulang lebih cepat. Bu Umi bilang kalau makhluk itu menyerupai aku, namun setelah menoleh, wajahnya rata. Setelah aku dan keluargaku menggelar pengajian kecil di apartemen, barulah aku berani lagi menempati apartemen itu.


Quote:


Quote:


UNTUK BACA CERITA LAINNYA, SILAHKAN KLIK LINK DI DAFTAR ISI BERIKUT
⬇️⬇️⬇️

DAFTAR ISI

2. Cerita ke-2 - Ketika Maghrib Tiba
3. Cerita ke-3 - Order Dari Kubur (Ojol Story)
4. Cerita ke-4 - Malam Terindah
5. Cerita ke-5 - Setan Dunia Maya
6. Cerita ke-6 - Lukisan Tua
7. Cerita ke-7 - Pengantar Jenazah
8. Cerita Ke-8 - Bis Setan
9. Cerita Ke-9 - Aden-aden
10. Cerita Ke-10 - Si Manis Jembatan Ancol
11. Cerita Ke-11 - Si Baju Merah Part 1
12. Cerita Ke-12 - Si Baju Merah Part 2
13. Cerita Ke-13 - Si Baju Merah (Lagi)
14. Cerita Ke-14 - Ranjang Kosong
15. Cerita Ke-15 - Misteri Desa Kaki Gunung
16. Cerita Ke-16 - Misteri Desa Kaki Gunung Part 2
17. Cerita Ke-17 - Hantu Penunggu Rel Kereta
18. Cerita Ke-18 - Pocong Dusun Pinus
19. Cerita Ke-19 - Dongeng Mistis
20. Cerita Ke-20 - Personil Tambahan
21. Cerita Ke-21 - Jangan Ketawa Keras-keras!
22. Cerita Ke-22 - Dukun Sok Tau
23. Cerita Ke-23 - Setan Dunia Maya
24. Cerita Ke-24 - Serangan Ilmu Hitam
25. Cerita Ke-25 - Jangan Ketawa Keras-keras!
26. Cerita Ke-26 - Pemandi Jenazah
27. Cerita Ke-27 - Tatakrama
28. Cerita Ke-28 - Sundel Bolong
29. Cerita Ke-29 - Pengikut Tak Diundang
30. Cerita Ke-30 - Keranda Terbang

Quote:


Kalau suka dengan thread horor ini, silahkan mampir ke thread horor ane yang lain gan. Link-nya ada di bawah ini!

1. Kisah Horor: Teror Pocong Hamil Yang Menghantui Warga!
2. Kisah Horor: Akibat Mencuri Barang Milik Orang Meninggal!
3. Kisah Horor: Ojek Online Antar Makanan Milik Hantu!
4. Kisah Horor: Akibat Mengambil Barang Sembarangan Di Hutan!
5. Jagad Mistis Nusantara: Kumpulan Cerita Horor Mistis
6. Kisah Horor: Kejadian Mistis Saat Kerja Shift Malam!
7. Kisah Horor: Ditertawakan Kuntilanak Saat Camping!
8. Kejadian Horor Setelah Nenek Meninggal

Langsung aja meluncur gan!

emoticon-Ngacir2emoticon-Ngacir2emoticon-Ngacir2

Quote:
Diubah oleh harrywjyy 10-08-2022 10:29
3.maldini
blackveilbrides
sampeuk
sampeuk dan 39 lainnya memberi reputasi
40
25.8K
137
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
harrywjyyAvatar border
TS
harrywjyy
#67
Cerita Ke-25 - Serangan Ilmu Hitam
Malam itu begitu dingin dengan tiupan angin menerpa dari berbagai penjuru. Saat itu sebuah kampung di pinggiran Jakarta belum sepenuhnya terlelap, beberapa warga masih terlihat di warung-warung kopi sambil bercanda ria. Ada juga yang sibuk memasang jebakan disekitar kebun mereka, agar terhindar dari musang-musang yang mencuri hasil panen dan merusak lahan. Wajar saja, jam masih menunjukkan pukul 20:00 dan sebagian orang menganggapnya masih terlalu dini untuk terlelap.

Salah satu keluarga kaya di kampung itu adalah keluarga Pak Cokro. Ia tinggal bersama kelima istrinya. Ya, dia memiliki banyak istri. Sedangkan anaknya dikirim ke kota untuk melanjutkan studi di universitas ternama. Cokro bukanlah seorang yang baik dalam masyarakat, dirinya dikenal sombong. Akan tetapi dibalik kesombongan itu Cokro suka membagi-bagikan hartanya kepada warga kampung. Keluarganya juga sangat jauh dari agama, rumahnya jauh dari ayat-ayat Al-Quran dan tak satupun dari mereka menunaikan ibadah sholat lima waktu. Islam hanya sekedar pelengkap identitasnya saja, karena kenyataannya ia sangat jauh dari tuhan dan sibuk mengurusi hartanya.


Di depan rumah besarnya terdapat pagar yang mengelilingi halaman rumah, disanalah tempat Amin dan Jali melaksanakan tugasnya sebagai satpam. Pekerjaan itu mereka laksanakan dengan mudah, Cokro sering memanjakan mereka dengan kopi dan makanan sewaktu mereka berjaga malam.

Di lain sisi, Cokro sedang memperhatikan kedua satpam itu dari teras rumahnya sambil menghisap sebatang rokok di mulutnya. Tak lama berselang, Imah istri keempatnya datang membawakan teh hangat untuknya menemani malam yang dingin ini.

"Terima kasih." Ucap Cokro.

"Iya bang." Jawab Imah.

Imah kembali masuk ke dalam rumah. Cokro meminum sedikit teh itu sambil terus menghisap rokok. "Hari ini aku gak enak badan. Hmm... Capek juga rasanya, padahal gak ngapa-ngapain." Gumam Cokro. Belum lama bersantai dan meminum tehnya,, Cokro pun memutuskan masuk ke dalam rumah sambil membawa teh nya. Saesampainya di dalam teh itu ia letakkan di meja.

"Kenapa bang? Udah masuk aja?" Tanya Siti istri pertama Cokro.

"Si Sapnah mana?" Tanya Cokro.
"Sapnah lagi di kamarnya bang." Jawab Siti.

"Yaudah, lu beresin nih teh sama gelasnya ya. Gue ada perlu sama Sapnah." Ujar Cokro yang kemudian berjalan menuju sebuah kamar.

Setelah mengetuk pintu, Cokro masuk ke dalam dan bertemu Sapnah disana. Cokro meminta agar Sapnah memijat badannya yang pegal-pegal. Tanpa banyak bertanya Istri Kelima Cokro itu pun menuruti kemauannya walau sebenarnya ia sedang merasakan nyeri di perutnya.

Cokro berbaring terbalik di kasur, dan Sapnah mulai memijatnya perlahan.

"Akh! Eh pelan-pelan dong." Kata Cokro.

"Lah, ini juga udah pelan kok." Kata Sapnah.

Sapnah melanjutkan pijatannya, begitu pelan dan lembut sambil terkadang menahan nyeri di perutnya. Namun anehnya Cokro selalu merintih seolah merasakan sakit dari pijatan Istri Mudanya itu. Sapnah merasa bingung dibuatnya, ia pun semakin lembut dan pelan. Akan tetapi Cokro semakin merintih sakit.

"Udah deh udah!" Kata Cokro yang kemudian langsung duduk.

"Saya pelan-pelan kok." Kata Sapnah.

"Ah, kaga apa-apa. Mungkin badan gue aja yang lagi sakit."

Cokro tersenyum kepada istri mudanya sambil memegang bagian-bagian tubuhnya yang terasa sakit itu. Pandangan Cokro kemudian terarah kepada perut Sapnah yang terlihat aneh. Perutnya terlihat membuncit, padahal sebelum Sapnah memijatnya ia tak melihat perut Sapnah sebesar itu.

"Lu hamil apa kenapa itu?" Tanya Cokro.

"Aduh, gak tau bang. Dari tadi perut saya emang agak sakit nih." Jawab Sapnah.

Perlahan-lahan perut Sapnah kian membesar seperti balon yang sedang diisi gas, Cokro pun heran sekaligus cemas melihatnya. Sapnah perlahan meringis kesakitan dan hampir menangis. Teriakan kesakitan nya mengundang istri-istri yang lain berkerumun di depan kamarnya. Dan salah satu diperintahkan untuk memanggil Amin dan Jali. Teriakan Sapnah semakin menggila, matanya melotot seakan dirasuki setan. Tak satupun kata terucap selain teriakan-teriakan yang begitu Cumiik kesakitan. Setelah Amin dan Jali pun ikut kebingungan melihatnya.

"Waduh kok bisa?" Tanya Jali melihat Sapnah yang terbaring lemas dipangkuan Cokro dengan perut yang kian membesar.

"Jangan banyak tanya! Panggil pak Ustadz, bawa kemari cepet!" Ujar Cokro.

Jali langsung berlari keluar rumah menuju rumah Pak Ustadz yang sebenarnya berjarak cukup jauh dari rumah Cokro. Ia hanya bisa menatap istri mudanya itu dengan rasa cemas, seakan takut sesuatu akan terjadi. Sesuatu yang akan lebih buruk. Dalam pikirannya hanya terlintas satu hal.

"Min, ini pasti teluh min. Pasti ada yang sengaja ngirim ke gue! Kurang ajar! Padahal selama ini gue gak punya musuh Min." Kata Cokro kepada Amin yang duduk disampingnya.

"Tenang pak, sabar. Pasti ada jalan!" Jawab Amin.

Tiba-tiba Sapnah mengeluarkan sebuah teriakan panjang yang begitu mengerikan. Ia berteriak sekeras mungkin sambil memegangi perutnya. "Boooomm!!" Perut Sapnah pecah dan meledak menghamburkan semua isi perutnya. Darah tercecer ke segala penjuru dinding kamar dan lantai. Usus, lambung dan ginjalnya berserakan dimana-mana. Bau yang teramat busuk sekaligus amis memenuhi seisi kamar. Amin yang terkena cipratan darah dan ceceran isi perut segera lari terbirit-birit meninggalkan rumah Cokro dengan wajah takut sekaligus jijik. Sapnah tewas di tempat dengan matanya yang melotot. Para istri lainnya kabur berhamburan. Begitu juga Cokro yang tak tahan dengan bau busuknya.

Imah istri keempat Cokro berlari tak terkendali di ruang tamu. "Imah! Hati-hati!" Ujar Cokro. Namun Imah terus saja berlari-lari seperti orang gila. Dirinya seakan dikendalikan oleh sebuah energi misterius, matanya melotot dan nafasnya tersengal-sengal. Terus saja ia berlari berputar-putar tanpa henti hingga beberapa kali menabrak perabotan rumah. Sampai akhirnya ia pun jatuh berlutut tepat di depan suaminya Cokro.

"Panas! Panas Bang!" Teriak Imah di depan suaminya.

"Kenapa? Abang gak ngerti?" Tanya Cokro yang panik setengah mati.

Dan di depan matanya sendiri, tangan Imah bergerak dengan sendirinya seperti ada yang mengendalikan. Imah memegang kepalanya dengan begitu kuat. Wajahnya menangis meminta pertolongan kepada suaminya itu. Ia tak lagi dapat mengendalikan badannya yang telah diambil alih oleh kekuatan jahat.

"Imah, kamu mau ngapain? Lawan! Lawan Imah, jangan biarkan mereka menguasaimu." Kata Cokro dengan nada tegas.

Imah menggelengkan kepalanya tanda ia tak mampu lagi mengendalikan badannya. Perlahan ia menarik kepalanya sendiri. Cokro pun perlahan mundur dan tak kuasa melihatnya. Sampai akhirnya kepala istrinya itu putus, dicabut oleh tangannya sendiri. Terlihat pembuluh darah dan syaraf yang putus bagaikan selang air. Darah segar mengalir dengan derasnya. Menggenangi lantai rumah Cokro. Cokro menangis ketakutan saat melihat kekacauan ini, dirinya seakan pasrah dan tak sanggup melawan serangan keji ini.

"Ampun! Ampuuun!!!" Teriak Cokro dengan histeris saat dirinya mulai menjadi gila.

"Bang Cokro! Toloooong!!!" Teriak istri-istrinya yang lain dari tempat yang berbeda. Beberapa menit kemudian suara istri-istrinya itu tak terdengar lagi, setelah sebuah suara cairan tumpah terdengar dari dapur dan kamar mandi. Istri-istrinya pun dipastikan telah mati tak luput serangan ilmu hitam. Bau anyir darah tercium sangat menyengat di dalam rumahnya, kejadian ini terjadi begitu cepat dan brutal. Cokro hanya bisa melihatnya dengan penuh ketakutan dan kesedihan. Di tengah rasa putus asanya itu, kepala istri keempatnya menggelinding melewatinya. Cokro hanya melihatnya dengan perasaan miris.

"Apa salah saya!!! Ampuuunn!!!!" Teriak Cokro dengan wajah lemasnya sambil terduduk dilantai dan bersandar di salah satu dinding ruang tamu yang merah akibat cipratan darah.

Malam yang bagaikan neraka saat itu, kejadian tragis ini berlangsung dalam tempo yang begitu cepat. Tak ada yang mengetahui datangnya teluh ini, dan tidak diketahui pula siapa pengirimnya. Cokro hampir gila dibuatnya, sudah terlambat bagi dirinya untuk melakukan sesuatu. Semuanya sudah terlanjur terjadi, matanya memandangi mayat Imah yang tergeletak dilantai bersimbah darah tanpa kepala.

"Astaghfirullah!" Ucap Pak Ustadz saat sampai dan melihat keadaan ini. Sesekali ia juga merasa mual dan ingin muntah karena tak tahan.

"Hoeekkk!!" Tiba-tiba Cokro seperti ingin memuntahkan sesuatu, akan tetapi sangat sulit dikeluarkan dan justru malah menyumbat tenggorokannya.

Sambil menahan bau yang membuat mual perutnya, Pak Ustadz mendekat dan membantu Cokro memuntahkan teluh itu.

"Ayo keluarkan Pak! Bismillah." Ucap Pak Ustadz.

"Hoekk!!" Darah hitam mulai keluar dari mulutnya, akan tetapi ada sesuatu yang seakan mengganjal di tenggorokan Cokro.

"Bismillah..." Pak Ustadz terus melawan dengan lantunan doa-doa. Akan tetapi Cokro tetap kesulitan mengeluarkan isi muntahannya itu. Sementara yang terus keluar hanya darah hitam yang semakin banyak dan kental. Wajah Cokro sudah tak karuan, lama-kelamaan ia kehilangan nafasnya.

"Innalillahi..." Ucap Pak Ustadz ketika Cokro terlebih dahulu meninggal dunia sebelum mengeluarkan muntahan itu. Cokro meninggal dengan matanya yang melotot dan wajahnya yang membiru.


Seketika Pak Ustadz menangis melihat pemandangan mengerikan ini, seolah ada kepedihan dan kesedihan yang juga terasa dalam hatinya. Dalam mulutnya tak henti-hentinya doa ia lantunkan sambil melihat jasad istri-istri Cokro yang tewas tidak wajar sembari menahan bau tak sedap yang menguasai ruangan. "Ya Allah, apa apa ini?" Ucap Pak Ustadz sambil melihat sekitar dan menyadari ada sesuatu yang tak beres disini. "Syaitan!" Bentaknya. Kemudian ia berjalan kearah Cokro yang sudah tak bernyawa itu.

"Bismillah!" Ucapnya lagi sambil memukul tengkuk Cokro. Melalui pukulan Pak Ustadz itu, keluar sebuah gumpalan daging merah dari dalam mulut Cokro. Daging itu berdetak-detak, daging itu bukan sembarang daging, melainkan sebuah jantung. Pak Ustadz kemudian meminta pertolongan warga untuk mengurus dan mendoakan kekacauan di rumah ini.

Satu jam pasca kejadian ini, rumah Cokro penuh dengan warga yang penasaran. Beberapa warga memanggil polisi dan ahli forensik untuk melakukan evakuasi dan penyelidikan. Pak Ustadz hanya melihat sebelum akhirnya diminta oleh pihak kepolisian untuk menjadi saksi atas kasus ini.

***

Sementara itu dibelakang rumah Cokro berdiri seorang dukun yang sedang menunggu seseorang. Tak lama kemudian keluar Siti, istri pertama Cokro dari rumah secara diam-diam kemudian menghampiri dukun tersebut.

"Terima kasih sudah membantu saya Ki! Saya sangat berterima kasih. Saya sudah puas sekarang!" Ucapnya sambil membawa koper berisi baju-baju dan juga tas kecil berisi perhiasan dan uang tunai.

"Baik, sekarang sudah tidak ada waktu lagi. Kita harus segera pergi meninggalkan kampung ini!" Ujar Dukun tersebut.

Siti dan dukun tersebut kemudian kabur secara diam-diam dari kampung dan tak pernah kembali lagi.
Diubah oleh harrywjyy 05-08-2022 09:23
indrag057
ferist123
ferist123 dan indrag057 memberi reputasi
2
Tutup