afryan015Avatar border
TS
afryan015
Sekamar Kos Dengan "Dia" 2 ( Pengalaman Tempat Kerja)


emoticon-Ultah Hallooooo agan agan sekalian, masih ingat kan dengan ku Ryan si penakut hehe.......
ini adalah cerita ku selanjutnya masih dalam lanjutan cerita yang kemarin hanya saja tempatnya kini sedikit berbeda dari sebelumnya.

Mungkin bisa agan agan yang belun baca thread ane silahkan dibaca dulu thread ane sebelumnya



Bagi yang belum kenal dengan ku, kenalin Namaku Ryan dan untuk mengenal ku lebih detail silahkan baca trit ku yang sebelumnya, dan bagi yang sudah mengenalku silahkan saja langsung baca dan selamat menikmati emoticon-Shakehand2

Oh iya jangan lupa emoticon-Toast emoticon-Rate 5 Star

Quote:



------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diubah oleh afryan015 06-12-2022 04:14
aldomaverick18
aguzblackrx
cak6bih
cak6bih dan 203 lainnya memberi reputasi
192
225.7K
2.5K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
afryan015Avatar border
TS
afryan015
#419
Serangan di Rumah Sakit

sosok putih itu berjalan kearah ibu dan saat aku bertanya “siapa kamu” sosok itu membalikan badannya kearahku sehingga terlihat wujudnya yang menyerupai seorang wanita tua dengan rambut terurai acak acakan, ditambah muka yang penuh dengan nanah dan darah yang mengalir dari mata dan hidunnya.

Sontak hal itu membuatku kaget dan seketika mengeluarkan sebuah gumbalan energi yang langsung ku hempaskan pada sosok tersebut, namun malah apesnya Aruna tepat sekali muncul dihadapan sosok itu yang kemudian membuat sosok wanita dengan nanah dan darah dimuka itu terpental akibat serangan dari Aruna, dan energi yang sudah terlalunjur ku hempaskan kea rah sosok itu malah mengenai tubuh Aruna yang membuat tubuh Aruna terpental sedikit, ya hanya untung saja energi yang tercipta saat kaget itu kecil tidak sebesar yang aku keluarkan untuk menghajar Barzam dan Gufron.

“Eh Aruna, maaf reflek ku tadi karena sosok itu, kamu tidak apa apa kan?” tanyaku pada Aruna.

“sshh, lumayan juga kekuatanmu yan sekarang, pantas saja Barzam dan Gufron terpental sama seranganmu” ucap Aruna sambil menahan nyeri mungkin.

“apakah sesakit itu Aruna, padahal itu belum ada apa apanya dibandingkan dengan serangan yang aku berikan ke mereka, tapi sekali lagi aku minta maaf, tidak sengaja” kembali ku meminta maaf.

“iya tidak apa apa, justru bagus sekarang kamu mulai bisa menggunakan ilmu yang sudah diajarkan” ucap Aruna tersenyum.

Saat kita berdua sedang berbicara, tiba tiba sosok wanita tadi datang kembali, kali ini dia datang dengan tangan siap mencekik ku, kuku panjang dan hitam itu siap untuk menembus leherku.

Namun kali ini karena aku dalam kondisi tidak siap dan tidak menyadari kedatangan sosok wanita ini, aku sama sekali tidak mengeluarkan energi untuk bertahan ataupun untuk menyerang, namun Aruna yang selalu siap sedia kemudian melesat kearahku dan kemudian kembali memberinya serangan yang kali ini sayangnya bisa ditahan oleh wanita bernanaah ini.

Pukulan Aruna berhasil tangkis dan tangan nya malah kini dalam genggaman wanita tersebut, aku yang tadi terkejut karena sosok wanita ini menyerang tiba tiba, yang membuatku terjatuh kebawah, Aruna berusaha menyerang dengan tendangannya yang kuat dan berusaha untuk keluar dari cengkraman wanita itu, namun hal sama kembali terulang, tendangannya pun kembali bisa ditangkis dengan mudah oleh Wanita itu, kali ini wanita itu akan berbalik menyerang Aruna dengan gigitannya, ternyata sosok wanita ini bisa membuka mulutnya sangat lebar seakan akan ingin memakan Aruna sekali lahap, aku yang melihat itu dari bawah karena terjatuh tadi, kemudian mengumpulkan beberapa energy lebih kuat dari tadi dan kemudian ku hempaskan pada makhluk itu, dan alhasil seranganku mampu membuatnya terpental keatas dan melepaskan Aruna dari genggamannya.

Suara erangan dari makhluk itu keluar tanda dia merasa sangat kesakitan akibat seranganku, karena merasa ini bukan serangan biasa aku memutuskan untuk melakukan rogoh sukmo sesuai yang sudah diajarkan mbah Margono, aku melatihnya cukup lama dan kini sudah cukup bisa untuk melakukannya sendiri, sebenarnya aku tidak berani jika tidak bersama seseorang yang bisa menjaga ku dalam mode seperti ini, kapanpun aku lengah dalam menyerang, jiwaku bisa dibawa oleh jin untuk disandra, sebenarnya cukup beresiko namun makhluk ini perlu diberi pelajaran supaya tidak menyerang orang sembarangan.

Aruna yang sudah terlepas dari genggaman wanita tersebut kemudian mulai berjaga kembali, aku pun telah berhasil keluar dari ragaku, dan kini tubuh astral ku siap untuk bertarung bersama Aruna melawan wanita itu.

Sebenarnya ini adalah pilihan yang salah aku menggunakan ilmu rogoh sukmo karena aku harus menjaga tubuh astral ku agar tidak terluka, dilain itu aku juga harus menjaga tubuh asliku.

Wanita tadi sudah kembali lagi, namun kali ini dia kembali dengan luka akibat seranganku tadi, tangan yang tadi dia gunakan untuk menggenggam tangan dan kaki Aruna terlihat seperti hampir putus akibat seranganku, tapi hal itu tidak membuatnya untuk menyerah menyerang kita, dengan tangan yang terlihat hampir putus kali ini dia menyerang kami dengan berlari kencang hingga menimbulkan angina saat dia bergerak, aku berusaha untuk mendekat pada tubuh ibu, aku tidak mau dia mencelakakan ibu dan aku tidak mau kecolongan lagi, prisai gaib mulai kubuat dan kupersiapkan untuk menjaga tubuh ibu supaya tidak diserang makhluk itu.

Aku berusaha menganalisa pola serangannya, beberapa kali dia berlari zig zag kemudian mendekat dan menyerang dengan menggunakan gigi giginya yang tanjam, saat serangan itu bau busuk sangat terasa dan nanah yang menetes seolang mengganggu konsentrasiku, untuk yang tidak terbiasa dengan wajah sosok ini ada kemungkinan akan muntah.

Aruna mencoba berlari mengikuti pola gerakan makhluk ini, sembari menyerang membabi buta karena kecepatan makhluk ini lebih cepat dibanding gerakan Aruna dan Shinta, apalagi di ruang sekecil ini pergerakan kira menjadi sangat terbatas, beberapa serangan yang di berikan Aruna tidak dapat menyentuh tubuh sosok ini.

Aku mulai membaca pergerakannya kapan dia berlari zig zag kapan dia menyerang dengan gigitannya dan kapan dia akan berlari lagi, aku memberikan kode pada Aruna supaya dia masuk dalam rencanaku, Aruna kemudian mencoba menghadangnya dari arah depan sehingga dia bergerak zig zag dan saat itu aku mulai melesat dan berusaha memegang leher sosok tersebut, dan ternyata pergerakan yang coba aku baca benar, aku kemudian menangkap leher makhluk tersebut lalu aku banting dia kelantai tentunya menggunakan energi yang sudah aku buat.

“Bedebah kau, apa yang sebenarnya kamu inginkan dari ibu Ryan” Tanya Aruna geram

“arghh lepaskan aku manusia rendahan” makhluk itu meronta ronta

“tutup mulutmu makhluk menjijikan” gertak Aruna

Aku sungguh tidak kuat dengan bau yang muncul dari makhluk ini, apa lagi kali ini aku harus memegangnya dan melihat penampakan wajah buruk rupanya dengan sangat dekat seperti ini.

“cepat jawab kataku apa yang kamu inginkan sebenarnya” Tanya Aruna kembali.

“haha ini bukan urusanmu, keluarga dia sudah berani ikut campur urusan tuanku” jawabnya sambil tertawa.

“tuan mu? Tuan mu siapa, apa masih ada hubungannya dengan pertempuran itu?” tanyaku sambil menahan bau tidak sedap ini.

“alah bocah ingusan, kamu tidak perlu tahu yang jelas aku akan kawan kawanku sebentar lagi akan menyerang keluargamu hahaahaaggggg…..” jelas makhluk itu dan tawanya terhenti karena hentakan kaki tepat diperut sosok ini,

Siapa lagi yang melakukan hal itu kalau bukan Shinta, dia sangat suka untuk merendahkan makhluk lain apalagi jin dengan paras yang sangat jelek, buruk rupa dan juga memiliki bau tidak sedap.

“kau tidak dengar apa kata saudaraku ha? Tinggal jawab saja apa yang dia Tanya tidak usah berbasa basi” Ucap Shinta yang tiba tiba datang.

“arrggghh INI BUKAN URUSAN KALIAN, BEDEBAH KALIAN SEMUA gghhh…. Aaaarrrrgghhhhh, tanganku, lepaskan, sakittt!!!” makhluk itu meronta dan kesakitan karena kembali tangannya di injak oleh Aruna.

Posisinya kini dia benar benar tidak bisa bergerak, tanganku mencekik leher nya, Shinta menekan perutnya dengan kuat, dan ditambah Aruna yang dengan sengaja menginjak tangan makhluk ini yang hampir terputus.

Shinta yang merasa tidak sabar dengan jawaban yang tidak kunjung keluar dari mulutnya kemudian mengeluarkan pedang andalannya kemudian menusukan pedang itu tepat dikepala sosok wanita itu, aku yang kaget dengan perbuatan Shinta kemudia melepaskan cengkramanku pada lehernya dan bergerak mundur menjauhi sosok itu, dari arah kepala wanita itu, pedang sudah menanjap yang lalu oleh Shinta pedang itu digeser kebawah hingga membuat tubuh makhluk itu terbelah menjadi dua.

Aruna yang melihat kejadian itu hanya tersenyum sinis sambil terus menginjak tangan makhluk tersebut, Aruna seolah puas dengan Shinta yang telah membunuh makhluk itu.

“Shinta kamu sinting yang, aku sedang mencari tahu siapa yang menyuruhnya, kenapa kamu bunuh dia” dengan sedikit emosi aku bertanya pada Shinta.

“hihii aku Shinta kok yan, bukan Shinting, kamu harusnya sudah tau jawabannya dari tadi” jawab Shinta berjanda.

“dasar cewek gila udah tiba tiba muncul main bantai pula, aku kan belum tahu siapa tuannya” jawab aku kesal.

“haha ryan ryan kamu ini, aku udah tau kok, yang jelas ini masih ada hubungannya dengan pertempuran itu, dan aku yakin kali ini ada dua orang yang menjadi dalang semua ini, yang satu adalah dukun saat itu, dan yang satu lagi kita perlu cari tahu lagi” ucap aruna sambil tertawa.

“tuh Aruna saja sudah tau kok, kamu ini nggak berubah” ucap Shinta padaku.

“ehem sudah kan , sekarang kita harus kembali pada Tuan Aji.” Ucap Barzam yang ternyata dari tadi ada disana melihat kita cekcok

“loh Barzam sejak kapan kamu disitu?” Tanyaku heran

“tentu sejak putri Shinta ada disini juga, dia memintaku untuk mengantarnya kemari, karena dia masih khawatir padamu Den Ryan, dan terus memaksa, makanya dari pada ngoceh terus dan buat kacau aku terpaksa menuruti” ucap Barzam

“hahaha ternyata Barzam bisa kalah juga Cuma karna ocehan Shinta ya” tawaku puas sambil melirik Shinta.

“biar lah karena aku masih peduli padamu” jawab Shinta sedikit jengkel.

“Sudah sudah ayo kita pergi sebelum Tuan Aji mengetahui kita disini” ucap Barzam dan seketika itu juga mereka pergi.

Setelah mereka berdua pergi membawa akupun kembali pada ragaku sedangkan Aruna tetap menemaniku disini hingga pagi menjelang, walaupun makhluk itu sudah hilang, tapi ruangan ini masih terasa sedikit bau tidak sedap yang membuatku agak mual.

Singkat cerita pagi haripun tiba, rasa kantuk masih kurasakan, ditambah badan yang terasa sangat lelah seolah semalaman aku tidak beristirahat samasekali, aku mencoba melihat kondisi ibu yang ternyata sudah terbangun terlebih dahulu karena ingin melakukan sholat tahajud seperti biasanya lalu kutanya pada nya bagaimana ibu berwudu, ternyata ibu berwudu dengan cara tayamum, ibu sebenarnya ingin membangunkanku tapi melihat diriku yang terlihat kelelahan, jadi ibu mengurungkan niatnya untuk membangunkanku.

Sedikit siang sekitar pukul Sembilan pagi, bapak datang sambil membawa sarapan pagi, aku memang belum sarapan karena aku tidak tega jika harus meninggalkan ibu sendirian disini.

Bapak melihatku sangat kelelahan, kemudian bapak pergi kesudut sudut kamar tempat ibu di rawat ini sambil membacakan doa, mungkin bapak sedang membuat pagar gaib, karena tahu kalau semalam aku tidak bisa tidur karena ada yang menggangguku saat akan istirahat.

Setelah selesai membuat pagar gaib, bapak kemudian duduk disampingku dan berkata, “kamu istirahat dulu saja, ibu biar bapak yang jaga tubuhmu sudah terlalu lelah, sana tidur dulu, kurang beberapa hari lagi kamu menikah, jangan sampai drop kamu” ucap bapak menyuruhku tidur.

Aku yang merasa memang sangat lelah kemudian tidur mengistirahatkan badanku, aku terlelap dengan cepat dan tanpa terasa jam sudah berjalan selama tiga jam dan hampir tiba untuk sholat Dzhuhur, aku ternyata dibangunkan oleh Via yang sudah berada disana, dan bapak sedang keluar mencari makan siang untuk kita berempat, karena mbak Surti sudah ada disana sedang membantu mengerakan kaki dan tangan ibu supaya terbiasa untuk bergerak lagi.

Adiwilaga pun turut hadir disana sebagai pelindung Via, wajah was was masih terus ditampakan oleh Adiwilaga karena penciumannya yang sangat tajam, dia mencium bau darah dari makhluk semalam yang telah berhasil dibunuh Shinta dan Aruna.

Namun Adiwilaga berkata

“malam ini pun kamu harus berjaga jaga lagi, mungkin dengan kematian sosok yang kemarin malam, akan membuat marah orang yang berusaha mencelakaimu dan berusaha mengirimkan peliharaan nya yang lebih kuat lagi” ucap Adiwilaga.

Setelah Adiwilaga berkata demikian tiba tiba, dari arah kaca jendela terdengar suara ….
nomorelies
sampeuk
bebyzha
bebyzha dan 57 lainnya memberi reputasi
58
Tutup