afryan015Avatar border
TS
afryan015
Sekamar Kos Dengan "Dia" 2 ( Pengalaman Tempat Kerja)


emoticon-Ultah Hallooooo agan agan sekalian, masih ingat kan dengan ku Ryan si penakut hehe.......
ini adalah cerita ku selanjutnya masih dalam lanjutan cerita yang kemarin hanya saja tempatnya kini sedikit berbeda dari sebelumnya.

Mungkin bisa agan agan yang belun baca thread ane silahkan dibaca dulu thread ane sebelumnya



Bagi yang belum kenal dengan ku, kenalin Namaku Ryan dan untuk mengenal ku lebih detail silahkan baca trit ku yang sebelumnya, dan bagi yang sudah mengenalku silahkan saja langsung baca dan selamat menikmati emoticon-Shakehand2

Oh iya jangan lupa emoticon-Toast emoticon-Rate 5 Star

Quote:



------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diubah oleh afryan015 06-12-2022 04:14
3.maldini
aldomaverick18
aguzblackrx
aguzblackrx dan 202 lainnya memberi reputasi
193
225.1K
2.5K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
afryan015Avatar border
TS
afryan015
#853
Part 16
Tak terasa, kita sudah sampai didepan halam rumah, kakak iparku membangunkanku, sedangkan mas Bono sudah turun dari mobil, aku pun membuka mataku perlahan, rasa lemas sangat terasa pada tubuhku ini, terdengar suara langkah orang berlari menuju kemobil dimana aku berada, dan dia adalah Bang Damar, dia langsung menggendongke ke dalam rumah dan menempatkan ku dikamar.
“eee.. bang Damar, abang disini, terus urusan……” dengan nada lemas aku bertanya namun dihentikan oleh bang Damar itu sendiri.
“sudah tidak perlu diteruskan pertanyaanmu itu, sudah abang tangani dan semua abang perintahkan mempertahankan posisi mereka, dan jangan bergerak sebelum kita balik” dengan berbisik bang Damar berkata.
Setelah berada dikamar, bang Damar kemudian melihat kaki kiriku yang ternyata sudah tidak biru lagi, namun mulai berair seperti melepuh, melihat keadaanku ini, bang Damar hanya meminta Via untuk membersikan lukaku itu dengan air yang sudah diberi doa oleh bang Damar, sedangkan bang damar sendiri setelah memberikan air doa itu kemudian keluar untuk mencari sesuatu, bang Damar memberi pesan pada Via supaya ibu jangan boleh masuk dulu, dan bilang saja kalau Ryan lagi istirahat, karena takut membuat ibuku menjadi kepikiran, anak satunya sembuh eh ini malah mulai sakit.
Rasa mual, pusing kurasakan berbarengan, dan tak terasa tanganku mulai kaku seperti orang yang sedang terkena stroke, Via tidak terlihat panik, mungkin karena sudah diberitahu oleh bang Damar makanya dia terlihat biasa saja.
Shinta terlihat masuk bersama dengan nenek Lasmi yang kemudian duduk dikanan kiri ku untuk memberikan sebuah energi yang membuatku merasa sedikit lebih baik, keringat dingin yang dari tadi bermunculan kini berangsur mulai reda walaupun suhu tubuh yang masih belum kembali normal.
Tapi entah kenapa setelah beberapa saat diberikan energi oleh nenek Lasmi dan Shinta rasa mualku terasa ingin keluar, aku memeberi kode pada Via untuk segera mecarikan tampat untuk aku muntah, dan didapatkannya lah kantong plastik, dan tepat setelah Via memberikan kantong plastik itu aku muntah, Via terus memijit bagian belakangku berharap rasa mualku segera selesai, rasa tidak karuan sekarang sedang kurasakan, muntah ditambah rasa sakit dikaki akibat luka itu.
Sekitar satujam kemudian, bang Damar kembali dari mencari sesuatu, yang ternyata dia kembali dengan membawa racikan obat yang dibuatnya sendiri menggunakan bahan dari tumbuh tumbuhan dan tentunya pasti ditambahi dengan doa doa, muka pucatku kata Via dan Bang Damar sudah seperti orang yang tidak memiliki nyawa, pucat kebiruan.
Setelah itu bang Damar menempelkan obat racikan itu dikakiku yang terluka, obat itu dibalurkan hingga rata kemudian dibungkus dengan menggunakan kain handuk kecil supaya obat itu terus menempel pada kakiku hingga besok pagi.
Rasa adem, nyaman, dan rasa sakit yang mereda kurasakan saat obat dari bang Damar mulai ditempelkan pada kakiku itu, tanganku yang tadinya kaku sudah kembali lemas dan normal kembali, sedang enaknya merasakan sensasinyaman. Dikedua telingaku terdengar bisikan “sudah, istirahat dulu saja” suara Via dan Shinta berbisik berbarengan, mungkin mereka tidak sengaja mengatakan hal itu secara bersamaan, tanda mereka memperhatikan dan mengkhawatirkan ku, membuatku sedikit tersenyum dan perlahan tidur sambil mengucapkan kata Istighfar, itu lah kaliman yang selalu aku ucapkan berulang saat akan tidur, untuk berjaga apabila aku dipanggil oleh yang kuasa.
Tak seperti sudah tertidur, samar samar aku mendengar suara Adzan subuh mulai berkumandang, kubuka mataku dan melihat sekelilingku, terlihat diluar kamar masih gelap dan lampu belum dinyalakan, yang menandakan belum ada yang bangun, jadi teringat bapak, setiap aku bangun untuk sholat subuh, bapak pasti sudah siap untuk berangkat ke langgar dan Adzan disana, sebentar aku mengingat masa itu.
Kubangunkan Via yang sedang tertidur dipundak kananku, untuk mengajak dia sholat subuh berjamaah di langgar, wajah manisnyaterlihat sedang lelah karena mengurus ibu sendirian kemarin, beberapa kali ku bangunkan dia, Via hanya merespon dengan berpindah posisi, mungkin benar dia kelelahan, yah tak masalah lah, nanti akan aku bangunkan lagi sepulang aku dari langgar atau mushola, aku berjalan keluar kamar dengan suasana diluar masih gelap, aku berjalan dengan kaki sedikit pincang respon otak masih mengatakan ada luka di kakiku.
“udah bangun yan?” bang Damar yang ternyata tidur disofa sudah terbangun
“eh bang Damar, udah ini mau ambil wudhu mau ke mushola” jawabku kaget
“ya udah sana wudhu nanti berangkatnya ke mushola bareng sama abang, eh iya jalannya biasa aja, udah nggak sakit itu, jangan manja gitu lah” ucap bang Damar memberitahu keadaan kakiku
Aku baru sadar, kakiku sudah tidak merasakan sakit sama sekali, badan pun sudah enakan untuk bergerak, rasa pusing dan mual sama sekali hilang tak kurasakan.
“eh loh kok iya bang, hehe maaf respon otak telat, masih nyaman sakit, eh gimana sih sakit kok nyaman, ah udah lah bang pokoknya itu, hehe” sambil menggerakan kakiku aku menjawab
“sudah sana, itu dibersihkan balutannya, nanti kasih masukan ke kantong plastik, terus dikubur, semua zat dan energi negatif terkumpul disana” perintah bang Damar padaku
“oh iya bang ini sekalian aku bersiin sebelum wudhu” jawabku, dan berjalan ke arah kamar mandi
Setelah ku ambil kantong plastik, aku kemudian masuk kekamar mandi untuk membersihkan obat yang ada dikakiku itu, obat yang tadinya berwarna hijau kekuningan kini berubah menjadi warna hitam, dengan bau yang kurang sedap, ku kumpulkan semua obat itu dikantong plasti, dan mulai terlihat, luka yang tadinya sudah mulai berair dan berwarna kebiruan, kini sudah kembali seperti semula lagi, hanya saja, ada sedikit bekas berwarna kemerahan, mungkin karena masih dalam tahap penyembuhan.
Bau yang tidak sedap pada kakiku akibat efek dari obat yang dibuat bang Damar membuatku terpaksa harus sekalian mandi, padahal biasanya aku mandi setelah selesai beres beres rumah.
Singkat cerita, jam sudah menunjukan pukul 8 pagi, bimbang hati ini antara mau berangkat kerja atau kuteruskan untuk membantu bang Damar dan mbah Margono, oh iya kabar mbag Margono aku sama sekali belum melihatnya, apakah dia masih berada dialam sana atau sudah kembali lagi, dan saat kutanyai bang damar, dia sebenarnya sudah diberitahu oleh Lagatirta, namun entah apakah dia memutuskan untuk kembali dulu atau lanjut.
Tapi yang jelas bang Damar sudah memberikan perintah pada Lagatirta untuk memberikan pesannya untuk sementara mempertahankan posisi terlebih dahulu, mengingat sebelum itu Lagatirta memberitahu kalau aku kembali ke dunia nyata untuk menolong mas Bono.
Namun menurut penjelasan dari bang Damar, kondisi disana sedang aman, belum ada pergerakan sama sekali dari pasukan Bajra, makanya bang Damar berani untuk memberikan instruksi itu, dan tempat yang menjadi titik temu kita sebentar lagi sampai, aku terus diingatkan oleh bang Damar, apapun bisa terjadi disana dan disini mengingat strategi yang dilakukan Bajra cerdik tapi licik, kita bertarung disana, Bajra pasti akan mengutus salah satu prajuritnya untuk menyerang kita dari dunia nyata, entah lewat keluarga, entah mereka akan mencari jalan memutar, pokoknya apapun dihalalkan untuk mereka menang, sebagai contoh saja, mas Bono yang nggak tau apapun juga diserang oleh.
Dan menurut tuturan dari bang Damar, kakiku yang terluka itupun merupakan salah satu serangan dari prajurit Bajra, efek yang diterima akan langsung dirasakan, untuk manusia.
Saat sedang asik mendengarkan penjelasan dari bang Damar soal kondisi pertempuran sekarang, dari arah pintu ruang tamu terdengar ada yang mengetuk, mungkin orang yang akan bertamu, karena setelah bapak meninggal, rumah ini bukannya sepi tapi malah semakin ramai dengan orang yang terus bergantian berdatangan walaupun hanya sekedar untuk main kesini menemani ibuku.
Aku berjalan menuju kearah pintu ruang tamu, kulihat dari jendela ada mobil yang terparkir di halaman rumah, dan aku sama sekali belum pernah melihat mobil itu milik siapa, apakah teman ibuku yang dari luar kota, atau malah teman bapak yang datang untuk melayat, namun setelah dekat aku merasakan hawa yang sangat aku kenali, hawa negatif yang aku rasakan saat aku berjumpa dengan Deby, namun kupikir itu akan mustihal, Deby sama sekali belum tahu alamatku dimana, dan lagipula dia saat ini bekerja menjadi Dosen sekarang juga bukan hari libur jadi ku yakin bukan dia.
Tapi siapa, aura ini sangat persis dengan aura yang terpancar dari Deby, aku jadi ragu untuk membukakan pintu ini, Shinta yang tiba tiba muncul karena merasakan aura ini sama dengan Deby, membuatku yakin kalau ini benar benar Deby, tapi bagaimana bisa dia sampai disini.
“sudah yan, buka saja, tapi kamu siap siap jika tiba tiba langsung ada serangan, siapkan tamengmu” ucap Shinta padaku
“tidak usah berlebihan seperti itu, dia hanya ingin bertamu, sudah bukakan saja” bang Damar berkata
“tapi dia lah yang membuat Ryan terluka Tuan Aji, bagaimana bisa kita menyepelekan dia” protes Shinta pada Bang Damar
“sudah percayalah padaku, memang kemarin dia melukai Ryan, tapi kali ini dia hanya ingin bertamu saja, apa salahnyakan?” dengan bijak bang Damar menjawab
“baiklah, tapi aku akan terus bersiaga” ucap Shinta menentang, dan hanya dijawab dengan senyuman dan anggukan kepala dari bang Damar.
Dan karena bang Damar yang mengatakan kalau ini aman, maka aku beranikan saja untuk membuka pintu itu, dan ternyata benar saja, yang datang ada Deby. Dia berdiri dengan manisnya sambil membawa bingkisan roti.
Aku mempersilahkan Deby untuk masuk, walaupun Deby memiliki aura yang negatif, aku masih belum yakin kalau kemarin memang Deby lah yang menyerangku, dan karena perasaan itu aku jadi bimbang harus percaya pada Shinta ataukah percaya pada temanku yang aku merasa dia masih sama seperti dulu.
“pagi, Ryan, gimana kabarnya udah baikan ya, eh pagi mas” Deby memberi salam padaku dan Bang Damar
“masuk masuk sini mbak, waduh dari jauh yah” tanya Bang Damar dengan ramah
“ah nggak kok Cuma dari kota sebelah aja” jawab Deby
“ini temen aku bang, temen kuliah, dulu juga sering terlibat masalah dengan makhluk sebelah terus diselesakan bareng sama dia” aku memperkenalkan Deby pada Bang Damar
“oalah, iya sudah duduk nanti biar dibuatkan minum” bang Damar mempersilahkan duduk
Deby menanyakan bagaimana keadaanku apakah luka kemarin sudah sembuh total atau belum, dan dia juga memberikan obat racikan yang bentuknya sebelas dua belas lah sama buatan bang Damar, hanya saja ada beberapa tambahan dalam obat itu.
Dan saat bang Damar melihat obat yang diberikan Deby itu, bang Damar langsung mengambilnya dan mengatakan “oalah pake repot repot bawain obat saja mbak, yaudah sini obatnya saya bawa masuk, terimakasih lho ini, biar Ryannya cepet sembuh, nanti aku paksa dia pakai obat ini, kadang susah dia kalau suruh pakai obat oobatan apalagi herbal hhehe” dan bang Damar pun berlalu pergi kedalam rumah.
Namun anehnya setelah bang Damar membawa obat yang diberikan oleh Deby masuk kedalam ruang tengah, aku merasakan ada sesuatu yang hilang atau energi yang tadinya ada menjadi tidak ada, hal itu sepertinya juga dirasakan oleh Deby, terlihat saat aku ajak bicara, ekspresinya sedikit berubah daripada sebelum energi itu hilang.
Shinta terus memperhatikan kesegala arah untuk memastikan tidak ada lagi yang menyerang dia secara tiba tiba, dan sepertinya Shinta sedikit gentar jika nanti ada sosok yang menyerang aku dan dia ikut kemari, walaupun diluar sudah kita pagari, kita tidak tahu apakah pagarnya kuat atau tidak, untuk mengantisipasi, Shinta mengajak nenek Lasmi untuk berjaga diluar, di atas masih ada pasukan putih yang terus berjaga walau sudah tidak sebanyak dulu, karena beberapa pasukan putih juga ada yang ikut ke pertemuran.
“kamu kok bisa sapai sini Deb, kan aku belum pernah kasih tahu alamatku” tanyaku pada Deby
“loh kan aku bisa lacak kamu pakai aplikasi hanya berdasarkan nomermu, apalagi nomer kamu nomer lama jadi aku gampang lacaknya, haha kan kita jurusan IT jadi gampang lag” terang Deby, tapi memang sih dia salah satu mahasiswi yang pintar dikelas
“iya deh iya, si paling pinter pokoknya, gak berubah dari dulu, eh dek ini kenal kan, Deby temen kelas mas dulu” saat aku sedang berbincang Via keluar membawakan mintuman dan jajanan untuk menjadi teman ngobrol
“iya lah mas kenal, eh ada acara apa tumben kesini, sekarang kerja dimana” tanya Via ramah
“ini sebenarnya aku ada acara dikampus yang ada disana, dan karena kebetulan kemarin Ryan sakit dan aku ketemu dia di jogja makanya aku sempetin buat kesini, sekalian silaturahmi lah hehe” jawab Deby yang kudengar sedikit masuk akal, karena disini juga ada kampus dan mungkin mereka sedang akan melakukan kerja sama
Ditengah tengah aku, Via dan Deby sedang berbincang tiba tiba terdengar suara ledakan yang cukup Cumiakan telinga, sumber suara itu terdengar dari……
simounlebon022
sampeuk
bebyzha
bebyzha dan 16 lainnya memberi reputasi
17
Tutup