afryan015Avatar border
TS
afryan015
Sekamar Kos Dengan "Dia" 2 ( Pengalaman Tempat Kerja)


emoticon-Ultah Hallooooo agan agan sekalian, masih ingat kan dengan ku Ryan si penakut hehe.......
ini adalah cerita ku selanjutnya masih dalam lanjutan cerita yang kemarin hanya saja tempatnya kini sedikit berbeda dari sebelumnya.

Mungkin bisa agan agan yang belun baca thread ane silahkan dibaca dulu thread ane sebelumnya



Bagi yang belum kenal dengan ku, kenalin Namaku Ryan dan untuk mengenal ku lebih detail silahkan baca trit ku yang sebelumnya, dan bagi yang sudah mengenalku silahkan saja langsung baca dan selamat menikmati emoticon-Shakehand2

Oh iya jangan lupa emoticon-Toast emoticon-Rate 5 Star

Quote:



------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diubah oleh afryan015 06-12-2022 04:14
3.maldini
aldomaverick18
aguzblackrx
aguzblackrx dan 202 lainnya memberi reputasi
193
225.1K
2.5K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
afryan015Avatar border
TS
afryan015
#849
Part 14
Kesokan paginya sekitar jam 9, dokter yang memeriksa mas Bono megunjungi kami untuk memberikan keterangan terkait perkembangan kesehatan, aku baru saja terbangun dari tidurku karena saat subuh dan menjalan Sholat, mataku masih terasa sangat berat, ditambah kemarin ada tamu dari alam sebelah dan harus melepaskan benda gaib dari tubuh mas Bono.
Sambil merapikan sofa yang baru saja aku tepati untuk tidur, aku samar samar mendengarkan keterangan dokter yang sedang membacakan hasil pemeriksaan semalam, kakak iparku terlihat mendengarkan dengan seksama penjelasan dokter itu, sedangkan aku setelah selesai merapikan sofa kemudian berlalu kearah wastafel untuk mencuci mukaku supaya lebih jelas.
“ini perkembangan suaminya sudah stabil , dan setelah diperiksa lebih lanjut serta berdasarkan pemeriksaan Lab tidak ada masalah apapun mungkin kemarin suami ibu sedang kecapaian” dokter menjelaskan berdasarkan laporan pemeriksaan
“alhamdulillah dok, berarti keadaan suami saya sekarang sudah baik baik saja ya dok, dan kira kira kapan bisa pulang ya? Saya mau bawa suami saya pulang ke Wonosobo soalnya” tanya kakak iparku
“andaikan nanti dipemeriksaan selanjutnya di jam satu siang tidak ada perubahan dan terus stabil, suami ibu sudah boleh pulang kok” ucap dokter itu dengan senyuman
“alhamdulillah terimakasih banyak dok, yan nanti coba tanyakan ke supir yang biasa nganter ibu ke sini apakah bisa jemput mas mu atau nggak, kalau bisa langsung aja disuruh kesini” kakak iparku langsung menyuruh ku menghubungi supir andalan kita
“baiklah bu, kalau begitu saya permisi dulu, semoga nanti siang keadaan suami ibu semakin membaik dan stabil, mari selamat pagi, jangan lupa sarapannya dihabiskan ya” ucap dokter sambil berlalu pergi keluar kamar
Aku sebenarnya sedikit ragu untuk menelfon supir andalan keluarga ku, bukan berprasangka buruk kalau mas Bono bakal memburuk keadaannya, hanya saja aku akan merasa kasihan bila supirku udah jauh jauh dari wonosobo datang kesini tapi ternyata keadaan mas Bono malah merosot atau kurang stabil, namun setelah dipikir pikir, aku juga perlu mencemaskan ibuku yang sedang menunggu kabar anaknya yang dirawat ini, aku optimiskan kalau nanti mas Bono bakalan sehat dan stabil.
Kulihat mas Bono yang sudah sadar dan sedang menyantab sarapan pagi sambil disuapi istrinya itu, namun terlihat wajah mas Bono masih sedikit lemas, dia sempat terkejut karena aku sudah berada disana, tangannya seolah memintaku untuk mendekat dan dia seperti ingin berbicara padaku, namun karena masih lemas, suara yang keluar dari mulutnya belum begitu terlihat jelas, aku hanya bisa melihat pergerakan mulutnya yang mengatakan “kamu sudah sejak kapan ada disini, maaf buat khawatir” dan ku jawab dengan bercanda kalau aku udah datang sejak tiga bulan lalu, dan berkata kalau mas Bono koma selama itu, dan dijawab oleh mas Bono dengan senyum kemudian kembali bertanya lewat gerakan mulutnya “ibu gimana keadaannya, mas pingin pulang ketemu ibu” dan kujawab, sehat mas dan kalau nanti sudah stabil keadaan mas Bono kita akan langsung berangkat ke Wonosobo dengan supir andalan kita.
Selama satu jam aku terus menggoda mas Bono supaya dia cepat sehat kembali, orang yang sedang sakit memang harus selalu diberikan hiburan, dan benar saja selama kita bercanda keadaan mas Bono terus membaik dan membaik.
Setelah melihat keadaan mas Bono yang membaik, aku berencana nostalgia dengan pergi mencari sarapan menjelang siang di belakang kampusku dulu sambil mengingat ingat jaman jaman kuliah dimana aku sering diganggu.
Akupun berpamitan dengan kakak dan kakak iparku untuk mencari makan, sesampainya aku di parkiran rumah sakit, sedikit terfikirkan oleh ku tentang keadaan Mbah Margono dan Bang Damar apakah akan baik baik saja mereka disana ataukah keadaan kita saat ini sedang terpojok, dan pikirku setelah aku sampai di Burjonan tempat biasa makan, akan ku telfon Via bagaimana keadaan Bang Damar dirumah.
Shinta terus menemaniku kemana aku pergi, dia juga sempat menguatkanku kalau dia mendapat kabar perjalanan mereka di wilayah Bajra sudah sampai di pertengahan dan sedang membuat camp disana, bersiap untuk memberikan serangan berikutnya.
Sesampainya ditempat makan Burjonan, aku kemudian memesan nasi telur dan minuman marimas rasa jeruk untuk menyegarkan tenggorokan ini yang mulai kehausan, sembari menunggu pesananku jadi, aku melihat keadaan sekitar kampusku yang ternyata sudah jauh berubah setelah aku lulus dari kampus ini, parkiran kampus yang dulunya gersang sekarang menjadi rimbun dan bahkan cenderung segar karena tumbuhan yang diatur sedemikian rupa, membuat mata terasa dimanjakan dengan apa yang dilihat.
Sedang asiknya memandangi kampus lamaku yang semakin indah, tak terasa ternyata ada panggilan masuk di HP ku, terlihat dalam layar tulisan “my lovly wife :-* “ yang jelas itu adalah panggilan masuk dari istriku, Via.
Kuangkat langsung panggilan darinya, dan seolah perasaan ini menjadi tidak enak, aku langsung menanyakan keadaan ibuku.
“halo, Assalamu’alaikum, gimana dek, ibu sehat kan?” tanyaku sedikit panik, karena tidak biasanya Via telfon kalau hanya sekedar menanyakan keadaanku.
“iya wa’alaikum salam mas, alhamdulillah ibu baik baik saja kok, itu lagi ngurusin bunga dihalaman” jawab Via dengan santainya.
“alhamdulillah kirain ada apa, abis nggak biasa biasanya kamu nelfon hanya untuk tanya kabar, kamu gimana, udah makan tadi?” dengan lega aku menjawab.
“nggak papa lah mas, kelamaan kalo lewat pesan mending telfon kan bisa langsung denger suaranya, jadi penghilang kangen juga kan hehe” ucap Via dengan gampangnya setelah buat aku khawatir.
Setelah itu aku memberi kabar kalau insyallah mas Bono bisa dibawa pulang nanti setelah dzuhur sambil menunggu hasil pemeriksaan terakhir, dan setalh memberi kabar orang pada Via yang pastinya nanti akan diteruskan pada Ibu, kemudian menceritakan bahwa aku sedang berada dibelakang kamus dan melihat keadaan kampus kita yang dulu kini sudah berubah total dan menjadi lebih indah dari pada jaman kita, kelas dimana aku pertama kali bertemu dengan Via juga masih kelihatan dari sini, tanpa sadar aku mengajak Via menggali memori saat itu.
Saat sedang ngobrol dengan Via, Tak berselang lama, pesanan pun tiba semangkuk indomie goreng dan es teh segar tersuguhkan didepan samping sebelah kanan ku, aku yang asik menelfon Via langsung menyantab hidangan itu, seorang mahasiswa yang duduk disebelahku memandangku dengan pandangan bingung, entah kenapa tapi aku tidak begitu memperdulikan.
Via kemudian menanyaan padaku sedang makan apa aku saat itu, dan sepontan aku menjawab indomie goreng, seketika itu lah aku langsung diomelin oleh Via karena aku terlalu sering makan mie Instan, dan karena omelan Via itu aku baru sadar kalau ini bukan pesananku, sedangkan pesananku barusaja tiba, nasi telur dengan minuman marimas rasa jeruk.
Dan aku yakin mie ini adalah pesanan mahasiswa yang duduk disebelahku ini, sepontan aku langsung meminta maaf pada mahasiswa yang makannya aku serobot, pantas saja dia melihatku dengan penuh kebingungan, mungkin batinnya, “itukan pesananku kenapa malah dimakan” dan sebagai gantinya dan meminta maaf, ku persilahkan anak itu untuk memesan sesuka hati dia dan aku yang akan membayar, eh malah yang dipesan satu ayam goreng plus nasi putih ditambah lagi dengan minuman es kelapa muda yang asli diambil dari kelapa yang berjejer didepan warung, sial batinku sudah bayar mie gorengnya, ditambah nasi telur, kini ditambah lagi pesanan ayam anak ini, ya mau gimana lagi ini adalah konsekuensinya karena tidak fokus dan melahap pesanan orang, alhasil dimanfaatkan mahasiswa biar bisa makan enak.
Disela sela aku menikmati nasitelur dan mie goreng ini, aku tutup telfon dari Via untuk fokus makan, dan setelah berselang beberapa saat, aku seperti melihat seorang yang aku kenal dulu, seorang gadis manis yang dulu menjadi temanku saat acara Makrab, yang tentunya Shinta tidak suka dengan gadis manis ini, dan hingga saat ini aku masih belum tahu kenapa Shinta sama sekali tidak suka dengan gadis itu.
Karena bagaimanapun dia adalah temanku dulu dan aku sudah lama tidak bertemu dengan dia, aku sangat ingin berjumpa dengannya walau hanya sekedar untuk menyapa saja dan menanyakan kabar, ku mencoba untuk dengan cepat menghabiskan semua makanan yang terpaksa aku beli ini hehe.
Setelah makanan selesai aku habiskan, aku memberikan uang pecahan seratus ribuan untuk diberikan oleh anak yang duduk disebelahku, dan kubilang tolong bayarkan dan uang kembaliannya buat kamu, aku berfikir anak itu lagi beruntung karena mendapat traktiran ditambah dapat uang kembalian, tapi insyallah aku ikhlas karena menolong anak rantau yang sedang makan.
Kuliat gadis itu masuk kearea kampus, akupun segera berlari untuk mengejar dia setidaknya ingin menanyakan kabar karena sudah lama tidak berjumpa, dan saat aku akan menghampirinya, Shinta muncul kembali disebelahku dan bertanya kenapa aku mau bertemu dengan dia, aku hanya menjawab sekedar untuk bersilaturahmi saja.
Shinta sempat menyarankan untuk tidak usah bertemu dengan dia, Shinta merasa kalau dia yang saat ini memiliki aura yang berbeda dari dulu, bukan aura yang baik melainkan lebih parah dari yang dulu, kalau menurut Shinta, namun aku belum sama sekali mempercayai Shinta, aku hanya masih beranggapan bahwa Shinta memang tidak suka dengan dia sejak dulu, dan tidak pernah memberitahu alasannya, kalau memang hanya karena auranya saja yang berbeda aku sama sekali tidak bisa membenarkan itu.
Akhirnya gadis itu pun terkejar oleh ku, dan segera aku sapa dia
“hey Deby!!” panggilku sedikit kencang karena jarak ku dan dia masih sedikit terlalu jauh, namun setelah ku panggil ternyata dia belum menoleh kearahku, aku hanya berharap kalau aku tidak salah orang, kalau salah orang jelas akan malu sekali.
Setelah jaraknya menjadi lebih dekat lagi, aku kembali memanggi lamanya
“Hey Debby!” panggilanku kali ini direspon olehnya yang kemudian berbalik arah melihatku
“hey Deb, masih ingat aku kan” tanyaku sambil ngos ngosan
“eh Ryan, gimana kabar nih, lama gak ketemu ya” Deby ternyata masih mengenaliku, dia kini terlihat lebih dewasa dibandingkan dulu, pakaian nya kini sudah terlihat seperti dosen, atau kah dia memang dosen dikampus ini juga?
“alhamdulillah masih kenal ternyata hehe, gimana kabar Deb” tanyaku sambil mengatur nafas
“baik dong hehe” singkat jawabnya, dan sepertinya kali ini Deby mengetahui ada Shinta disisi ku, bukan hanya mengetahui tapi melihat, terlihat gelagat Deby yang sedikit menundukan kepalanya saat melihat samping kananku dimana Shinta berada, naum salam dari Deby sama sekali tidak digubris oleh Shinta.
Tapi setelah dirasakan, omongan Shinta benar, aura yang dipancarkan Deby kali ini berbeda dari yang dulu, aku merasa tidak nyaman berada didekatnya.
“kerja apa kamu sekarang Deb, wah kalau dilihat dari pakaiannya, kamu kerja disini ya” tanyaku tanpa meperdulikan aura yang muncul darinya
“hehe iya nih, yuk masuk dulu keruangan ku, kebetulan setelah lulus aku diterima jadi dosen disini” jawabnya sembari menarik tanganku untuk ikut dengannya, ya memang aku dan deby di semster awal memang begitu dekat, tapi tak kusangkan responnya masih sama dengan saat itu,.
“eee.. iya deb tapi apa kamu nggak ngajar habis ini, kan masih jam kerja kan” tanyaku mencari alasan untuk lepas dari tarikan Deby, bisa bahaya kalau aku pasrah ditarik Deby, bisa jadi bulan bulanan Shinta nantinya.
“aman, aku terakhir nanti kok di jam sore, sekarang palingan Cuma koreksi sekalian buat bahan presentasi nanti, jadi santai, yuk buruan” ajak Deby terus menariku
Aku melirik kearah Shinta, terlihat wajah garangnya mulai keluar, sifat cemburuannya muncul kembali, bukan karena aku sudah ada Via, melainkan perasaan Shinta padaku juga muncul kembali sekarang, seolah dia juga teringat waktu dulu dekat dengan ku.
Disepanjang perjalanan, aku sama sekali tidak merasakan kenyamanan, dilain karena diawasi dan diikuti Shinta, tapi karena aura yang dikeluarkan Deby sangat berbeda, aku merasakan energi negatif yang lebih mendominasi diri Deby saat ini.
Saat akan memasuki ruangan dimana Deby bekerja, aku melihat seklebat bayangan berlari masuk ke kantor Deby, postur bertubuh besar dengan tanduk diatas kepalanya, sosok itu juga dilihat oleh Shinta yang dengan responnya kali ini berinisiatif untuk masuk menyusul sosok yang aku yakini itu adalah Shiluman, dan sejak kedatangan sosok itu, aura disekitar Deby menjadi lebih kuat lagi, aku memiliki firasat, sosok itu ada hubungannya dengan Bajra, entah dia mantan pengikut Bajra atau dia mata mata dari Bajra yang mengikutiku, aku sama sekali tidak berfikir negatif pada Deby, dia tidak mungkin bersekutu dengan Bajra, dimana aku dulu sering membasi makhluk makhluk hina bersama sama.
Saat sesosok siluman itu masuk kekantor Deby, dan diikuti oleh Shinta, entah kenapa Shinta sama seklai tidak bisa menembus atau masuk kedalam sana, seolah kantor yang ditempati Deby sudah dipagari, dan hanya makhluk makhluk tertentu yang bisa masuk.
Shinta sempat melirik kearahku dan Deby, sambil menggelengkan kepala, menandakan jika Deby menyuruhku masuk namun Shinta tidak bisa, aku tidak boleh menerima ajakan itu, karena nantinya akan membahayakan diriku, kita belum tahu sosok apa dan siapa siluman itu sebenarnya.
Aku yang mulai merasa aneh, mulai melihat kearah Deby, senyuman terlihat dibibir tipisnya, entah apa makna senyuman itu, namun setelah aku melihat wajahnya, Deby kemudian menoleh kearahku dan bertanya kenapa aku memperhatikan dirinya, dengan sepontan aku beralaskan kalau Deby sekarang sudah tambah dewasa dengan wajah yang tidak berubah sama sekali dari dulu.
“yuk masuk” ajak Deby mengajaku untuk masuk kedalam ruangannya
“ah nggak Deb, disini saja, lebih enak ngobrol disini” aku menolak beralasan lebih enak dan enjoy duduk diluar yang kebetulan ada kursi panjang yang berada didepan kantor Deby
“ayolah sebentar saja, aku mau menunjukan sesuatu, kebetulan banget kamu kesini soalnya” paksa Deby sembari menarik tanganku,
“nggak enak Deb, nanti kalau ada mahasiswa yang kebetulan tahu dan mengenalku nggak enak soalnya aku kan sudah menikah” aku membuat alasan lain
“oalah kamu jadi nikah sama dia tho,, siapa itu namanya, Vina? Vira? Via! Ah iya Via anak kelas sebelah itu kan?” tanya Deby padaku
“iya aku nikah sama Via Deb hehe” jawabku singkat
“oh haha kirain nggak jadi, tapi udah gak papa bentaran aja, atau kamu sebenarnya nggak mau masuk karena dia” dengan sepontan Deby menengok kearah Shinta dengan sedikit melotot sinis.
Melihat respon Deby yang seperti itu, dan terus menarik tanganku untuk masuk, sepontan, Shinta melayangkan……
fredielogan14
sampeuk
bebyzha
bebyzha dan 19 lainnya memberi reputasi
20
Tutup