afryan015Avatar border
TS
afryan015
Sekamar Kos Dengan "Dia" 2 ( Pengalaman Tempat Kerja)


emoticon-Ultah Hallooooo agan agan sekalian, masih ingat kan dengan ku Ryan si penakut hehe.......
ini adalah cerita ku selanjutnya masih dalam lanjutan cerita yang kemarin hanya saja tempatnya kini sedikit berbeda dari sebelumnya.

Mungkin bisa agan agan yang belun baca thread ane silahkan dibaca dulu thread ane sebelumnya



Bagi yang belum kenal dengan ku, kenalin Namaku Ryan dan untuk mengenal ku lebih detail silahkan baca trit ku yang sebelumnya, dan bagi yang sudah mengenalku silahkan saja langsung baca dan selamat menikmati emoticon-Shakehand2

Oh iya jangan lupa emoticon-Toast emoticon-Rate 5 Star

Quote:



------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diubah oleh afryan015 06-12-2022 04:14
3.maldini
aldomaverick18
aguzblackrx
aguzblackrx dan 202 lainnya memberi reputasi
193
225K
2.5K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
afryan015Avatar border
TS
afryan015
#478
Alhazam

“Bajra, katanya dia adalah ……” belum selesai aku menerangkan tiba tiba dari arah pintu masuk Gufron dan Barzam datang dengan sesosok makhluk yang mengerikan berwujud buaya besar

“Maaf kan kami baru saja datang, itupun karena si Buaya ini yang mendesak kita untuk menemui mu Ryan” ucap Barzam padaku

“kalian kesini dengan siapa, kenapa tidak dengan Shinta?” tanyaku pada mereka

“dasar, untuk apa aku membawa dia, selama terakhir kita bertemu dia sudah bersama denganmu Ryan, bodohnya kita juga bisa dikelabuhi oleh mereka” jawab Gufron padaku

Saat Gufron mengatakan hal itu, gelagat Aruna seolah menjadi aneh, seperti takut akan terbongkar hal yang dia tutupi.

“tunggu, maksud kalian gimana, dari tadi yang berada disini Aruna kan?”

“hahaha sama sekali bukan anak muda, apa kamu tidak merasa aneh dengan Aruna yang berada didekatmu itu, bukankah berbeda sekali sikapnya terhadapmu?” sosok berwujud buaya itu berkata padaku

“memang beberapa kali aku merasa sedikit aneh dengan perlakuan dia padaku, tidak seperti Aruna yang biasanya, dia kalau diperhatikan memang sedikit condong ke watak Shinta, tapi itu hanya pikiranku diawal, jadi selama ini kamu Shinta ya, dasar kenapa tidak bilang dari awal, kenapa pake wujud Aruna segala?” ucapku protes pada nya

Dengan tampang cengengesan dan Cuma he ha he he, Shinta perlahan merubah dirinya ke wujud aslinya

“dasar kamu ini Shinta kenapa nggak bilang aja kalau kamu ini Shinta, terus dimana sekarang Aruna?” tanyaku sembari protes

“hahaha sementara Aruna sedang menjalani hukuman dari kami haha, dia sedang bermain main dengan “cacing kecil” kita disana, tenang saja, aman sosok seperti Aruna pasti bisa berlatih dengan dia” sosok buaya itu kembali menerangkan keadaan sekarang

“SHINTAAAA, lihat perbuatanmu, Aruna yang menanggung akibatnya” geramku pada Shinta

“hey yang benar saja Alhazam, Aruna berhadapan dengan “dia” apakah dia bisa bertahan, gila kalian” protes Shinta pada Alhazam dan lainya

Ya, nama sosok buaya itu adalah Alhazam, merupakan salah satu petinggi juga di dunia jin, dia merupakan salah satu peliharaan dari bang Damar, dan malam itu sengaja mendesak Gufron dan Barzam untuk menemuiku karena situasinya semakin kemari semakin tidak terduka.

Alhazam sama sekali tak menyangka kalau, Bajra akan turun langsung menemuiku dan bernegosiasi untuk menyerang ayahku, menurut penuturan dari Alhazam, sosok Bajra ini bukan petinggi jin biasa, di kerajaan yang ditinggali Bajra ini dipimpin oleh jin yang sungguh luarbiasa bengis dan kejamnya, kerajaan yang ditinggali Bajra pun merupakan musuh bagi para kerajaan Jin lainnya.

Ternyata menurut penuturan Alhazam, sosok Bajra ini sering menemuinya di beberapa kesempatan belakangan ini dan selalu mendesak ingin menyerang keluargaku dan Alhazam dimohon untuk tidak ikut campur, namun karena Alhazam merupakan peliharaan bang Damar, dia ttidak akan membiarkan hal itu terjadi.

Alhazam merupakan salah satu penguasa salah satu Kerajaan jin, dan dia memiliki hubungan diplomatik yang sangat baik dengan kerajaan kerajaan jin lain, dan dia merupakan salah satu penguasa yang disegani didunianya, mungkin itu lah yang membuat Bajra tidak langsung membunuhku, karena Bajra mengetahui resiko yang akan ditanggungnya adalah, kerajaan yang ditinggalinya akan diserang habis habisan oleh sekutu dari kerajaan Alhazam.

Mendengar penjelasan Alhazam, lantas aku bertanya, “bukankah sama saja dengan dia menyerangku dan menyerang ayahku, nantinya akan diserang oleh kalian juga?”

Tapi Bajra tidak sebodoh itukan, mungkin memang sama sama akan diserang, tapi kalau yang diserang adalah aku terlebih dahulu, dia akan kewalahan menghadapi amukan bapak ku, amukan bang damar dan juga para sekutu dari kerajaan Alhazam, dan jika Bajra menyerang ayahku terlebih dahulu, dia akan sedikit ringan menghadapi kita, tapi bukankah sama sama pada akhirnya dia akan binasa juga karena diserang berbagai penjuru.

Saat aku memiliki pemikiran seperti itu, Gufron kemudian memberi penjelasa, bahwa kelompok kerajaan yang ditinggali oleh Bajra itu merupakan kumpulan jin yang tidak takut dengan resiko, kerajaan yang di tinggali Bajra tidak hanya sekali hancur karena mereka memaksakan serangan, dan sudah sering kali berbenturan dengan sekutu sekutu Alhazam, namun setelah hancur entah bagaimana kerajaan yang ditinggali oleh Bajra bisa segera pulih, mungkin karena si pemimpin belum dihabisi, dan sosok Bajra sendiri juga selalu lolos dari maut.

Dari penjelasan Gufron sepertinya jin seberti Bajra ini adalah sosok yang nekat, tidak memperdulikan resiko yang akan diterima walau akan habis semua pasukan bahkan dirinya, menyambung omongan Gufron, Alhazam menuturkan jika memang benar Bajra melanjarkan serangan pada ku dan bapak ku, Alhazam beserta pengikutnya tidak akan segan segan membantai seluruh kerajaan si Bajra, dan sudah dipastikan para sekutu kerajaan Alhazam akan ikut memberi serangan pada Bajra karena sudah muak dengan tingkah laku kerajaannya yang selalu membuat gara gara.

Shinta terlihat begitu cemas, karena ada dia disini saja, aku berhasil dilukai oleh si Bajra apalagi jika dia harus kembali dengan Gufron dan Barzam.

“hey, nona manis, kenapa begitu cemas seperti itu mukamu, khawatir dengan Ryan disini sendiri?” tanya Alhazam pada Shinta

“tentu, siapa lagi yang akan menjaganya, jika setelah ini akupun harus ikut pergi bersama kalian, sedangkan Aruna sedang dalam masa hukuman kalian” Shinta menunduk cemas

“Tenang saja, kamu boleh tinggal lagi disini bersama dengan Ryan, masa latihanmu sudah cukup seperti permintaan dari Den Ayu, maka sekarang jagalah Ryan sekeras yang kamu bisa” cupa ALhazam

“betulkah itu, terimakasih, Ryan pokoknya aku akan jagain kamu lagi seperti dulu, gak akan ku biarkan pandanganku melenceng sedikit darimu” ucap Shinta pada ku dan Alhazam

“iya sih jaganya boleh diperketat, tapi ngomelnya juga jangan diperketat, aku kan capek denger omelanmu terus” jawabku sedikit lemas

“oh jadi selama ini kamu nggak terima sama omelanku, emang aku ngomel itu karena apa, semua itu biar kamu baik baik saja” omel Shinta padaku

“nah kan belum apa apa saja sudah ngomel duluan, Gufron bawa dia lagi saja, dari pada telingaku capek denger dia ngomel terus” ucapku tersenyum sembari menggoda Shinta

“apaan sih kamu yan, dasar kamu ini, pokoknya aku mau disini jagain kamu, udah sini tiduran lagi, biar kusembuhkan lukamu tadi” sambil berkata Shinta menarik ku untuk tiduran lagi, seketika tubuhku langsung menghempas di sofa dan terasa hentakan di punggung tembus ke dada sebelah kiri karena masih kurasakan rasa sakit tadi.

“gila apa kamu ya ta, sakit tau ini, kalau mau nyuruh tiduran mah bilang baik baik, tau sendiri badan masih sakit gini malah di kasarin” protesku pada Shinta sembari menahan sakit

“maaf maaf, hehe kamu sih suruh siapa nyebelin” jawab Shinta cengengesan

“sudah sudah, sebaiknya kamu segera sembuhkan Ryan, kami akan pamit terlebih dahulu, pastikan Ryan setelah ini istirahat, supaya badan kembali fit lagi” pesan Barza, sebelum pergi meninggalkan kita di rumah sakit.

Setelah mendapat penjelasan dari Barzam, Gufron dan Alhazam, mereka pun kemudian meninggalkan kami, karena aku masih dalam keadaan yang lemas, Shinta kemudian melanjutkan mengobatiku, terlihat dari matanya dia sangat mencemaskan aku, tangannya terus diarahkan ke dadaku sebelah kiri, rasa hangat dan sesekali panas kurasakan ditempat Shinta mengarahkan tangannya.

Menyadariku melihat wajahnya, Shinta lantas merubah ekspresinyayang tadinya terlihat cemas kini berganti tersenyum menyembunyikan rasa cemasnya padaku, dan berkata “sudah istirahat saja, kali ini aku akan terus melindungimu, kamu yang kuat dan tersu latih kemampuanmu” dengan senyuman khasnya dia berkata.

Aku hanya menjawab singkat karena rasa lemas dan ngantuk semakin terasa, dan jawabanku adalah “ta, nggak usah menyembunyikan rasa cemasmu, kamu tidak pandai menyembunyikan sesuatu dariku, dasar cewek kecentilan” sambil perlahan menutup mataku dan pergi tidur

Disela aku memejamkan mataku Shinta mendekati telingaku sembari menjawab “walaupun kecentilan tapi kamu tetap suka kan” itu lah kata kata Shinta sebelum aku tertidur pada malam itu.

Baru saja aku memejamkan mata, tiba tiba Shinta membangunkanku dengan perlahan menyuruhku untuk Sholat Shubuh terlebih dahulu, jika memang dirasa memang sangat capek, Shinta menyuruhku untuk tidur lagi setelah sholat, karena badanku yang sedang tidak karu karuan aku pun menolak untuk bangun, dan Shinta masih sabar terus mencoba membangunkanku dengan halus, beberapa kali percobaan dia ternyata gagal, dan hal tak kusangka, ternyata dia melihat sesuatu menonjol di dadaku, melihat tonjolan itu Shinta ternyata iseng membangunkanku dengan tonjolan itu, ya Shinta menarik pentilku hingga akhirnya aku terbangun dengan terpaksa karena merasa pedas ngilu perih dan rasanya sampai kedubur, gak enak sama sekali.

Dengan kesal akhirnya aku bangun dari tidurku, terlihat ibu masih tertidur dikasur dan mbak surti sepertinya pergi ke mushola rumahsakit untuk mengerjakan Sholat, sedang kan aku memilih untuk sholat di kamar saja sembari menjaga ibu barang kali buruh sesuatu, sambil berjalan ke arah kamar mandi aku melihat Shinta yang masih cekikikan melihat ku berjalan sambil memegangi pentilku yang masih merasakan ngilu.

Selesai mengambil air wudhu kulanjutkan sholat disebelah ranjang ibu, saat sedang mengambil posisi mau sholat, kejahilan Shinta dimulai lagi, dia malah menirukan tanganku saat menahar rasa ngilu di pentil sambil memegangi pentil, melihat Shinta seperti itu malah membuatku buyar tidak bisa fokus mengerjakan Sholat, aku pun menyuruhnya untuk mendekat padaku dan aku bertanya padanya

“ta, aku mau tanya boleh” tanyaku

“hihi mau tanya apa sih yan, tumben tanya boleh atau nggak biasanya langsung tanya kok” jawabnya santai.

“kamu tadikan nyuruh aku sholat kan, itu serius atau nggak sih” tanyaku pelan

“ya jelas serius lah, buruan sono sholat” ucapnya enteng

“kalo serius nyuruh aku sholat kenapa kamu gangguin, lagian kamu kenapa praktekin aku lagi megangin PENTIL, kamu itu cewek, pikiranku jadi berantakan keinget kamu megangin itu” protesku pada Shinta

“hihhi maaf kebablasnya, ceritanya mau iseng aja, hehe, ya udah sana sholat, aku pergi dulu aja yak wkwk” jawabnya santai dan berlalu menghilang begitu saja.

Dengan kesal aku mencoba untuk mengalihkan pikiranku dulu supaya bisa fokus untuk sholat dan tidak membayangkan hal tadi lagi, beberapa saat aku mengilangkan fikiran itu kemudian kulanjutkan untuk sholat.

Singkat cerita jam sudah menunjukan pukul sepuluh pagi, dan saat itu ada kunjungan dokter dan menunjukan hasil pemeriksaan ibu, menurut hasil pemeriksaan ibu tempo hari, perkembangan atas penyakit ibu semakin kemari semakin membaik, dan ibu dua hari lagi sudah boleh pulang.

Ibu sempat sedikit protes dengan dokter karena beberapa anggota tubuhnya masih terasa kaku dan lemas kenapa boleh pulang dan tidak di obati sampai sembuh maksimal. Dokterpun menjelaskan kalau penyakit stroke memang akan sedikit lama penyembuhan untuk menju seperti semula, dan nanti akan dilakukan rawat jalan sekalian terapi terapi untuk mempercepat proses penyembuhan sistem syaraf nya, dari raut muka ibu sedikit kecewa karena tidak bisa langsung sembuh, mengingat beberapa hari lagi adalah hari pernikahanku dengan Via.

Ya beberapa hari lagi adalah hari pernikahanku dengan Via, tak terasa hari itu sudah hampir tiba, dan benar saja setelah dua hari ibu diperbolehkan pulang oleh dokter, semua barang bawaan yang tadinya berada di rumahsakit aku kemas bersama Via, sedangkan bapak dan ibu sudah turun terlebih dahulu dan menunggu di mobil

Sesampainya di rumah ibu terlihat sedih, mungkin merasa dulu sebelum sakit dia bisa melakukan apapun sendiri, tapi sekarang dia harus dibantu bapak untuk kekamar mandi, bahkan untuk ke ruang tengah pun dia harus dibantu dengan alat atau minta bantuan untuk pindah keruang tengah. Via yang saat itu berada dirumah terus menyemangati ibu supaya terus tegar dan cepat sembuh

Pada malam hari aku mencoba menanyakan pada bapak prihal serangan dan menyanyakan apakah dirumah ini terus mengalami serangan atau tidak, karena aku saat di rumah sakit terus mengalami serangan, dan kata bapak sama saja, bahkan saat dirumah sendiri bapak sulit sekali untuk beristirahat, bapak mengaku sudah beberapa hari tidak tidur malam, itu menjawab pertanyaanku kenapa setiap bapak datang ke rumah sakit pasti dia tidur di sana.

Disela sela obrolan kami, bapak kemudian berkata, “kamu sudah besar, kamu harus tau apa yang akan kamu ambil, jalan mana yang akan kamu ikuti, kurangi bergantung pada orang lain, kamu harus bersiap dengan dunia yang begitu keras ini” bapak berkata demikian dengan senyum, entah apa maksudnya.
nomorelies
sampeuk
bebyzha
bebyzha dan 44 lainnya memberi reputasi
45
Tutup