afryan015Avatar border
TS
afryan015
Sekamar Kos Dengan "Dia" 2 ( Pengalaman Tempat Kerja)


emoticon-Ultah Hallooooo agan agan sekalian, masih ingat kan dengan ku Ryan si penakut hehe.......
ini adalah cerita ku selanjutnya masih dalam lanjutan cerita yang kemarin hanya saja tempatnya kini sedikit berbeda dari sebelumnya.

Mungkin bisa agan agan yang belun baca thread ane silahkan dibaca dulu thread ane sebelumnya



Bagi yang belum kenal dengan ku, kenalin Namaku Ryan dan untuk mengenal ku lebih detail silahkan baca trit ku yang sebelumnya, dan bagi yang sudah mengenalku silahkan saja langsung baca dan selamat menikmati emoticon-Shakehand2

Oh iya jangan lupa emoticon-Toast emoticon-Rate 5 Star

Quote:



------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diubah oleh afryan015 06-12-2022 04:14
3.maldini
aldomaverick18
aguzblackrx
aguzblackrx dan 202 lainnya memberi reputasi
193
225K
2.5K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
afryan015Avatar border
TS
afryan015
#628
Shinta dan Abimantra

Dua atau tiga bulan setelah kepergian bapak, terlihat suasana duka masih begitu kental terasa, bagaimana tidak, beberapa orang masih sering berkunjung untuk melayat, ada senang dan susahnya, senangnya karena rumah kita jadi tidak pernah sepi dan selalu ada tamu, dan susahnya, aku sekeluarga menjadi sangat susah untuk melupakan dan merelakan kepergian bapak benar benar dari hati, sesekali aku dan ibu masih merasakan kehadirannya dirumah ini, walau kita tahu orang yang sudah meninggal, pasti jiwanya akan berasa dengan robnya.

Namun setelah kepergian bapak, rasa mencekam akibat serangan yang dilancarkan oleh dukun itu sudah tidak pernah terasa, pasukan putih yang selalu berada di atas rumahpun kini hanya bergantian setiap harinya dan hanya dijaga oleh satu hingga dua pasukan saja, namun terlihat ekspresi mereka terlihat berbeda, rasa sedih kurasa masih mereka rasakan.

Semua soalah tidak terjadi apa apa, suasana kembali normal seperti saat belum ada insiden dengan si dukun itu, mbah Margono yang sudah terbiasa main kerumah dan ngobrol dengan bapak, terus melanjutkan kebiasaan itu, walau dirumah tidak sudah tidak ada bapak, tapi setidaknya kata mbah Margono, dia lebih merasa tenang duduk diteras sambil membayangkan bapak masih ada disini, yah walaupun terlihat mbah Margono tak sesemangat dulu karena ditinggalkan teman seperjuanganya, tapi saat aku sedang ada waktu menemaninya duduk diteras, aku selalu ngobrol dengannya, sesekali membahas kisah soal bapak yang yang memang bijak dalam mengambil keputusan, dan dia rasa dia tidak akan menemui seseorang lagi yang seperti dia, dan setiap kita berbincang soal bapak, pasti matanya langsung berkaca kaca dan langsung pamit untuk pulang sebentar.

Aku malah justru dengan meninggalnya bapak merasa aku harus bisa menjadi sosok pengganti bapak, aku harus bisa berprilaku seperti dia dan malah jauh lebih baik dari pada bapak.

Suatu ketika, Shinta datang mendekati aku yang sedang duduk sendirian diteras sambil mengamati suasana malam yang kebetulan cerah, bintang bintang di angkasa terlihat sangat jelas tanpa ada awan atau kabut yang mengganggu pandanganku, saat itu Shinta datang dan langsung duduk dikursi kosong disebelahku dan kita dipisahkan oleh meja bulat diantara kursi yang aku gunakan dan Shinta gunakan, terlihat Shinta ingin menghiburku karena kepergian bapak, namun kurasa itu tidak perlu, aku sudah ikhlas dan kurasa aku tidak sesedih yang Shinta pikirkan.

“Yan, keluar yuk emang nggak jenuh dirumah terus kaya gini” tanya Shinta tersenyum manis memandangku.

“mau keluar kemana Ta, tapi kayaknya jalan jalan keliling kampung asik juga Ta, ah keluar bentar ah” aku menjawab pertanyaan Shinta sambil melihat cerahnya malam dan beranjak keluar.

“ih ih kok gitu, orang aku yang ngajakin keluar malah udah mlengos duluan, Ryan tungguin ih, aku kan mau ikut” Shinta melayang cepat mengejarku yang sudah berada diluar gerbang rumah.

“lah kan katanya mau keluar, laini aku udah keluar malah kamu protes, gimana sih Ta?” tanyaku sambil tersenyum padanya

“ih kamu sih selalu gitu, tunggu lah, yang ngajak kan aku, jadi harunya aku yang pergi duluan” komplain Shinta padaku

“yaudah sana buruan sana jalan dulu” aku menghentikan langkahku dan mempersilahkan dia untuk berjalan duluan

Dia pun dengan polosnya langsung berjalan kedepan dan sedangkan aku malah berdiam diri dimana aku berdiri mempersilahkan Shinta maju dan berjalan sendiri, setelah beberapa meter Shinta berjalan dia baru sadar kalau aku malah hanya diam tak mengikutinya.

“ih kamu nih Ryan, malah makin nyebelin ih, maksudnya jalan bareng lah” denganmuka cemberutnya yang khas dia merajuk

“haha iya iya, jangan cembetut gitu lah, jadi keinget kamu waktu dulu waktu awal awal nemenin aku haha” aku langsung berlari mendekat kearahnya dan mulai berjalan disampingnya

Kitapun akhirnya berjalan jalan keliling kampung sambil membicarakan masa masa dimana aku dan Shinta mulai bertemu, mengenang saat saling iseng dan berpetualang bersama, beberapa kali saat kita berjalan jalan disekitaran kampung, tak jarang bertemu dengan makhluk makhluk dunia sebelah yang hanya sekedar mengintip atau berjalan menyingkir saat aku dan Shinta lewat didepan mereka.

Hingga sampai saat aku berada disebuah jalan setapak dikampungku, saat aku dan Shinta sedang berjalan tiba tiba ada sesosok anak kecil bersisik warna hijau dan memiliki ekor bersisik dengan sedikit ekor dibagian ujungnya, dia berjalan mendahului kami, terlihat dia tampak riang berjalan sambil memainkan ekornya yang cukup panjang.

Anak kecil itu berjalan sambil cekikikan sendiri dan tidak menghiraukan kami yang sedaritadi berada dibelakangnya, terlihat juga Shinta nampak heran kenapa ada sosok seperti ini disini, dan tidak merasa takut saat dia datang atau berpapasan dengan kita, aneh memang tapi itulah yang terjadi, padahal biasanya kalau ada makhluk alam sebelah berjumpa atau hanya baru melihat Shinta, mereka langsung lebih memilih menghindar daripada harus berhadapan dengan Shinta, tapi sosok anak ini malah dengan santainya berjalan mendahului kamu.

Shinta yang sedikit heran dengan anak itu dan sedikit geram sekaligus bertanya tanya sebenarnya dia ini siapa kenapa tidak seperti makhluk lain yang takut dengan dirinya, Shinta kemudian menangkap ekor anak kecil itu, otomatis anak kecil itu, langsung berhenti dan berdiam diri, sambil perlahan kepalanya menoleh sambil melirik sinis ke arah Shinta.

Melihat tatapan anak kecil itu yang begitu sinis padanya, entah kenapa kali ini malah terlihat Shinta yang minder atau lebih tepatnya terkejut, namun begitu mereka saling bertatap tatapan, Shinta yang sedikit terkejut dengan tatapan anak kecil itu kemudian berkata.

“heh kamu tidak seharusnya disini kan, darimana kamu berasal sebenarnya” tanya Shinta dengan sinis.

“ih lepasin, lepasin ekorku, sakit lah, lepas lah” dengan nada jengkel anak kecil itu mencoba melepaskan ekornya dari genggaman Shinta

“jawab dulu pertanyaanku, dari mana kamu berasal” tanya Shinta geram.

“itu bukan urusanmu, ih buruan lepasin” sambil melotot kearah Shinta, lalu anak kecil itu menggigit tangan Shinta.

“ish, sakit lah, ih kamu ini dasar makhluk aneh” Shinta melepaskan ekor anak itu, dan kemudian anak itu malah memukul bagian perut Shinta

Dalam hatiku “wih berani bener nih anak kecil, wah bakal ribet nih acaranya” sembat melirik Shinta dan terlihat wajahnya mulai memerah menahan emosinya, namun yang namanya Shinta pasti tidak akan bisa menahan emosinya dengan mudah, dan alhasil...

“dasar anak kurang ajar, awas kau ya!!” dengan suara keras Shinta berteriak pada anak kecil itu yang sudah mulai berlari menjauh dari kita berdua.

Shinta langsung berancang ancang untuk mengejar anak itu dengan kecepatan penuh, namun saat dia akan melesat, langkahnya tiba tiba tertahan, tangannya digenggam oleh Abimantra yang tiba tiba muncul ditengah tengah antara aku dan Shinta, Abimantra memegang tangan Shinta dengan santainya padahal Shinta sudah terlihat akan melesat, mungkin jika aku yang memegang tangan Shinta, aku malah akan ikut tertarik melesat bersama dirinya, namun beda dengan Abimantra yang dengan entengnya menahan Shinta untuk tetap berdiam disana.

Shinta yang tidak terima dengan kehadiran Abimantra yang tiba tiba menghentikan niatnya mengejar anak itu malah kini Shinta berusaha melepas genggaman tangan Abimantra dengan menyerangnya, pukulan dengan tangan kanan diarahkan oleh Shinta kearah wajah Abimantra, namun sengan sangat mudah Abimantra mengelak dengan menggerakan kepalanya kearah kiri, namun posisi tangan Abimantra masih menggenggam tangan Shinta dan tidak melepaskannya.

Dan karena serangan pukulannya berhasil di hindari oleh Abimantra, Shinta kemudian mengarahkan serangan keduanya yaitu tendangan kearah bagian kiri tubuh Abimantra, namun kembali dengan mudah Abimantra menangkap tendangan Shinta dengan menghimpit kakinya dengan menggunakan tangan dan badannya, otomatis posisi Shinta terkunci, dan dengan mudah Abimantra melempar Shinta kearah tanah kosong yang hanya berisi ilalang di sisi kiri kita saat berdiri disana.

Setelah terlempar, Shinta kemudian langsung bangkit dan dengan kecepatan kilat langsung berdiri tepat dihadapan Abimantra tak berjarak sedikitpun, wajah berhadapan dengan wajah, dada berhadapan dengan dada, benar benar tepat berdiri didepan Abimantra malah sampe nempel kalo dilihat, tatapan Shinta begitu terlihat emosi, namun ekspresi Abimana santai aja, malah cenderung datar melihat ekspresi Shinta yang sudah terlihat sangat marah.

“apa maksudmu menghalangiku mengejar anak kecil itu” dengan wajah yang masih tepat di hadapan Abimantra, Shinta berbicara cukup keras

“kamu belum paham, masih terlalu cepat mengambil keputusan” jawaban simpel dilontarkan oleh Abimantra

“apa? Apa yang belum aku pahami, aku hanya menjalankan tugasku, aku meminimalisir gangguan, dan menurutku anak kecil itu akan menjadi sosok yang bisa mengancam Ryan, karena dia bukan berasal dari sini” jawab Shinta meemberi opini pada Abimantara

“tahu dari mana dia akan berbahaya untuk Ryan, apakah Ryan merasa terganggu dengan kemunculan anak itu tadi, kamu terlalu gegabah, coba tanya sendiri pada Ryan” terang Abimantra dengan santainya

“apa benar itu yan, kamu sama sekali tidak merasa ada ancaman dari anak itu” tanya Shinta padaku yang sedang berdiri melihat mereka bersiteru

“eh, ee aku biasa aja sih tadi sama kehadiran anak itu, tapi ya aku malah justru merasa tidak asing dengan dia, tapi aku sama sekali belum pernah melihat dia, tapi perasaanku, selama ini dia ada disekitar kita” terangku menjelaskan apa yang aku rasakan saat itu.

“dengar, lain kali tunggulah perintah dari majikanmu, jangan bertindak gegabah” dengan santai Abimantra berkata

“eh maaf Abimantra, Shinta bukanlah pelayanku, dia partnerku, aku tidak mau jadi majikan, aku bukan siapa siapa” aku menolak disebut majikan Shinta, karena aku tidak merasa seperti itu, aku menganggap Shinta benar benar adalah teman, eee mungkin disuatu sisi bisa lebih hehe.

“haha, kamu sendiri masih salah menafsirkan aku adalah pelayan Ryan, aku lebih paham darimu, Ryan tidak pernah menganggapku sebagai pelayannya” dengan nada mengejek Shinta membalas perkataan Abimantra.

“eh sudah sudah nggak usah bertengkar lah, kita dikubuyang sama kok, gak baik kalo ada musuh yang liat” aku mencoba untuk melerai mereka.

Namun saat aku sedang berkata demikian, anak bersisik dan memiliki ekor tadi berlari dengan kencang dan kembali dihadapan kita dan berhenti tepat disamping Shinta dan Abimantra yang sedang berhadap hadapan, anak kecil itu terlihat memandang mereka berdua dengan sedikit cemberut.

Terlihat mereka berdua juga menghiraukan kedatangan anak kecil itu, dan terus bertatap tatapan, dan entah mengapa yang ada perasaanku malah seolah panas, tapi mau melerai juga takut, bisa bisa aku yang dilempar sama mereka karena mengganggu, namun yang terjadi adalah anak kecil itu memukul kecil bagian samping tubuh Abimantra dan Shinta.

Shinta kemudian menoleh kearah anak kecil itu, dan mengangkat tangan kirinya dan seketika, anak kecil itu terlempar, seolah Shinta seperti memakai senjata milik Ironman, dan otomatis anak kecil itu hilang dari pandangan dan masuk kedalam parit tak jauh dari tempat kita berada.

Aku yang terkejut kemudian berlari kearah dimana anak itu terlempar, dan yang tambah mengejutkan yang ada Shinta dan Abimantra malah......
simounlebon022
sampeuk
bebyzha
bebyzha dan 44 lainnya memberi reputasi
45