Tatapan mata sayu seorang perempuan yang duduk dideretan bangku nomor 2 disalah satu ruangan kelas membuat pikiranku kemana - mana, entah apa yang salah dengan diriku..,, Ya aku baru saja menginjakan kakiku pertama kali di sekolah tersebut, letak dan lokasi sekolah tersebut berada di sebuah kota kecil yaitu Lamongan Jawa timur, sekolah tersebut memiliki ruangan berbentuk mengkotak dengan setiap kelas mempunyai starta menurut rangking atau peringkat yang dibagi menjadi A, B, C, D, E , dan F, dengan dilengkapi kursi dan bangku 3 baris kebelakang, satu papan tulis didepan, yang setiap hari dibuat memnggambarkan ilmu para pengajar, didepan ruangan kelas dilengkapi bangku - bangku dan taman yang tertata dengan semestinya, tak lupa tempat sampah berbahan bekas yang telah diberi warna.

Oh iya aku belum memperkenalkan namaku, namaku Jodi seorang anak pertama dari 3 bersaudara, berusia 16 Tahun dengan tinggi badan 168 cm, mempunyai rambut berponi dan kantung hitam dimata, kantung hitam itu karena jarang dan sedikitnya waktu tidur, alasanku jarang tidur karena kerjaanku setiap malam hanyalah menuliskan sebuah cerita pendek ke media media cetak dengan harapan bisa diterbitkan, cerita tersebut kutulis menggunakan pensil lalu kukirimkan menggunakan jasa pos surat terdekat, selain itu kegiatanku setiap hari sepulang sekolah membantu kedua orang tuaku, seperti mencabut rumput liar dipersawahan dan membantu pekerjaan rumah.

kedua orang tuaku adalah seorang petani didesa dulu ia adalah seorang pedagang kaki lima dikota besar dijakarta, Beliau menjual aneka macam menu seperti ayam goreng, lele goreng dan tempe goreng atau biasa disebut dengan lalapan bersambal, mungkin hanya berkisar 1 - 2 tahunan namun takdir tidak mengizinkanya pada saat kerusuhan yang terjadi di zaman orde baru tanah yang ditempati orang tuaku tidak lagi diperbolehkan untuk berdagang dan terdapat masalahh dengan permodalan lalu orang tuaku memutuskan untuk pulang ke kampung halaman. dan bertahan hidup dipedesaan dengan mengandalkan hasil dari pertanian

Saat Ini Aku sudah memasuki masa - masa pencarian jati diri yaitu dimasa - masa SMA ( Sekolah Menengah Atas ) karena letak dan rute dari rumah kesekolah cukup jauh aku harus menempuhnya menggunakan sepeda dan melanjutkan naik kendaraan umum (angkot pedesaan berwarna kuning ) akupun sempat malu saat menaiki kendaraan umum itu ? lalu mengapa? aku pernah ditertawakan oleh orang satu angkot hanya dikarenakan tidak bisa membuka pintu angkot tersebut. pagi itu kukayuh sepeda ontelku bersama teman sebaya dan satu sekolah panggil saja dia satria, kami berdua pun menuju jalan besar dimana angkot itu mencari penumpang, sesampai dijalan besar angkot itu pun meluncur pelan mengarah ke sekolah dengan terkadang mengangkut 1 atau 2 orang yang menunggu dipersimpangan jalan, entah karena belum sarapan atau belum terbiasa saat angkot itu sampai didepan sekolah aku dan satria kebetulan duduk paling dekat dengan pintu keluar angkot tersebut, kupandangi berdua bersama temanku dimana letak daun pintu angkot tersebut, yang terbayang dibenaku adalah cara membuka pintu angkot tersebut seperti membuka pintu rumah biasa, kami memandang satu sama lain ya kami memang tidak bisa membukanya, suasana pun berubah ketika ada seorang perempuan berkcamata yang duduk didepanku dari tadi membukakan pintu dan membuat suasana didalam angkot tersebut menjadi larut dengan tawaan semua penumpang termasuk juga dengaan sang supir.