Selama ini publik menganggap makanan yang telah dihinggapi lalat tabu dikonsumsi atau sebaiknya dibuang karena dapat menyebabkan sakit diare. Namun kenyataannya bukan hanya itu risiko penyakit yang dibawa lalat.

Kelompok peneliti yang dipimpin oleh Profesor Stephan Schuster, seorang ahli genetika di Nanyang Technological University (NTU) di Singapura, menemukan bahwa lalat yang suka memakan daging busuk membawa ratusan spesies bakteri pada sayap dan kaki mereka.

Diceritakan The Daily Star, Senin (27/11/2017), para peneliti mengumpulkan bahan genetik dari 116 spesies lalat. Mereka memisahkan semua data genetik yang berhubungan dengan kromosom dan bakteri simbiotik lalat sehingga menyisakan DNA dan RNA untuk diurut berdasarkan database semua bakteri yang diketahui.

Hasilnya, lalat membawa patogen Helicobacter pylori yang bisa menyebabkan sakit maag pada manusia dan dicurigai sebagai salah satu faktor kanker lambung yang paling umum.

Yang menarik, patogen tersebut ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui cairan. Ini adalah pertama kalinya patogen terlihat menyebar oleh lalat.

"Studi kami menunjukkan bagaimana bakteri dapat terbang dengan menumpang pada lalat," kata Schuster yang juga direktur riset di Singapore Center for Enviromental Life Sciences Engineering di NTU.

Lalat dalam penelitian tersebut dikumpulkan dari empat kawasan benua yang berbeda di seluruh dunia; yaitu Australia, Brasil, Amerika Serikat, dan Singapura.

Dari studi tersebut juga ditemukan bahwa lalat dan lalat rumah memiliki lebih dari 50 persen mikrobioma (campuran mikroorganisme di lingkungan tertentu) pada kaki mereka. Mikrobioma disebar ke sayap dengan cara yang sama seperti kita menyisir rambut dan kemudian mengkontaminasi setiap permukaan yang mereka tumpangi.

Para ilmuwan mengatakan lalat adalah "kendaraan yang baik" untuk mentransfer bakteri antartempat. "Sayap dan kaki lalat ibarat kendaraan yang baik bagi bakteri untuk berpindah tempat. Bakteri bisa bertahan hidup dan berkembang biak di tempat yang dihinggapi lalat," jelas Schuster.

Meskipun demikian, para periset juga percaya bahwa lalat dapat digunakan untuk memantau wabah penyakit atau kondisi kesehatan sebuah daerah. Ini hal positif.

Studi yang dijelaskan dalam laman New Atlas (27/11) menunjukkan lalat yang dibesarkan di laboratorium dapat dikembangkan menjadi lalat bebas kuman dan dilepas ke lingkungan untuk menjemput bakteri-bakteri yang mereka temui.

Dengan menjadikan mereka sebagai "drone bionik", para periset dapat mengetahui berbagai jenis bakteri yang dibawa oleh lalat. Para periset percaya bahwa lalat bermanfaat sebagai sistem peringatan dini untuk wabah penyakit dan bahkan pertanian.

Melalui pemantauan rutin, kita bisa mengetahui patogen tertentu mampu mempengaruhi hasil panen dan menjadi wabah. Dengan itu petani dapat mengatur pengobatan yang ditargetkan hanya memberantas patogen tersebut dan membiarkan bagian ekosistem lainnya tetap utuh. Dengan cara ini, patogen bisa ditangani terlebih dulu sebelum menyebar.

"Ini adalah contoh bagus bagaimana pengamatan dari penelitian dasar tentang bagaimana penyebaran penyakit dapat diterjemahkan ke dalam aplikasi yang layak dan berguna, membuka jalan baru untuk teknologi masa depan," kata Schuster seperti dilansir laman Tech Times (25/11).

Studi ini telah dipublikasikan daring di Scientific Reports (24/11).