Di mana perempuan dan laki-laki masa kini bertemu jodoh? Menurut sebuah survei, cara-cara tradisional sudah mulai ditinggalkan. Kini cinta bersambut lewat internet.

Itulah hasil dari The Knot 2017 Jewelry & Engagement Study. Jenama perencana pernikahan daring The Knot menyurvei lebih dari 14 ribu pasangan yang sudah bertunangan atau baru menikah di Amerika Serikat.

Para pasangan ditanya tentang segala hal, mulai dari kisah awal pertemuan mereka, hingga perencanaan pernikahan. Apa saja temuan studi tersebut?

Pertama dan paling menarik, survei mencatat 19 persen pasangan memulai perkenalan lewat kencan daring. Sementara 17 persen lainnya berjumpa lewat situs kencan, dan dua persen kenalan lewat media sosial.

Jika selama ini menggunakan layanan kencan daring masih dipandang sebelah mata, faktanya--menurut riset ini--justru menunjukkan hal yang berlawanan. Generasi masa kini tak segan memanfaatkannya, dan dapat memetik hasilnya.

Lagipula dalam hal mencari pasangan, yang lebih penting adalah hubungan yang kelak dijalani, bukan cara sejoli itu berkenalan. Di permukaan, pertumbuhan pengguna aplikasi kencan mungkin seolah-olah menggambarkan betapa romansa telah usang dan semua orang--terutama laki-laki--hanya mencari seks.

Tapi begitu kita melihat di bawah permukaan, nampaknya generasi kini tidak jauh berbeda dari zaman dahulu.

"Jika kebanyakan orang berusaha semaksimal mungkin untuk setia dan tetap bermonogami dalam suatu hubungan, kenapa harus dibedakan hanya karena suatu hubungan dimulai dari sebuah aplikasi," ujar terapis pasangan Aimee Hartstein dikutip Bustle.

Temuan ini senada dengan penelitian di Inggris.

Studi itu menemukan bahwa kesempatan untuk menemukan cinta hanya 1 dari 562 hari. Itu jika Anda berserah sepenuhnya takdir.

Bagaimana jika Anda melakukan usaha-usaha seperti kenalan dengan temannya teman, tak menolak saat akan diperkenalkan oleh keluarga, atau jadi anggota situs-aplikasi kencan daring?

Semua itu berperan dalam meningkatkan kemungkinan mendapatkan pasangan. Ternyata kemungkinan terbesar--sebanyak 17 persen lebih baik--adalah dengan berkenalan lewat situs kencan daring dan layanan semacamnya.

Psikolog Tara De Thouars, B.A, M.Psi dalam perbincangannya dengan Beritagar.id beberapa waktu lalu mengatakan bahwa pemanfaatan situs maupun aplikasi kencan daring bukan sesuatu yang dianggap aneh lagi, termasuk di Indonesia. Tara bahkan menyarankan mereka yang sibuk untuk menggunakannya.

Alasannya lebih efektif, bisa menjadi alternatif untuk menemukan pasangan di sela kesibukan, sebagai hiburan, cocok untuk tipe kepribadian pemalu atau pendiam, bisa mengakses profil lawan jenis dari berbagai daerah, dan tentunya mendekatkan diri pada calon pasangan idaman.

Tentu, Anda perlu menggunakannya dengan hati-hati dan bertanggung jawab.

Tidak semua kisah cinta generasi masa kini ditautkan oleh koneksi internet. Survei The Knot menyebutkan, cara-cara tradisional juga masih berperan dalam mendekatkan diri dengan calon pasangan hidup.

Sebanyak 17 persen pasangan bertemu atas jasa teman mereka. Baik itu perjodohan yang direncanakan, pun yang tidak sengaja bertemu saat pergi bersama teman mereka.

Cinta yang bersemi di kampus juga masih cukup subur. Sebanyak 15 persen pasangan bertemu belahan jiwa mereka di bangku universitas.

Dan walau banyak orang bilang bercinta dengan teman sekantor itu kerap kali memicu masalah, 12 persen pasangan menyatakan bahwa mereka berkenalan di kantor.

Menurut survei The Knot terhadap lebih dari 14.000 mempelai perempuan dan mempelai laki-laki, cincin adalah hal pertama yang digunakan para pasangan untuk menentukan status baru mereka.

Satu dari tiga pasangan membeli cincin pertunangan bersama-sama. Tak ada lagi rahasia, tujuh dari 10 mempelai perempuan tahu persis berapa banyak uang yang dikeluarkan tunangan mereka untuk membeli cincin.

Di AS, rata-rata harga cincin pertunangan 6.351 Dolar AS atau sekitar Rp85 juta. Para pasangan menghabiskan waktu sekitar tiga setengah bulan untuk mencari cincin setelah memilih satu dari 26 pilihan yang berbeda.

Para pasangan masih konvensional untuk urusan batu mulia yang bertengger di tengah cincin. Sebanyak 52 persen memilih berlian round cut, dengan berat rata-rata 1,2 karat.

Pun demikian, ubah suai cincin tunangan jadi semakin populer. Hampir setengah dari semua mempelai laki-laki--45 persen--melaporkan menambahkan beberapa sentuhan pribadi pada cincin yang akhirnya mereka beli.

Pada masa di mana lamaran pernikahan kerap jadi viral, tidak mengherankan bahwa studi tersebut menunjukkan adanya pergeseran.

Dari lamaran yang semula bersifat pribadi, 45 persen di antaranya dilakukan di tempat umum. Bukan hanya itu, 47 persen lamaran juga melibatkan fotografer dan videografer.

Walaupun kini semuanya jadi serba lebih modern, cara-cara tradisional masih digunakan saat melamar pasangan.

Sebanyak sembilan dari 10 mempelai pria melamar dengan cincin pertunangan di tangan dengan menggunakan kata-kata, "Maukah kau menikah denganku?"

Mayoritas mempelai pria--87 persen--mengatakan bahwa mereka mengajukan lamaran dengan berlutut. Dan para mempelai laki-laki lebih sering meminta restu dari keluarga pasangan mereka daripada di masa lalu.