Spesies kakaktua raja dari Australia terdeteksi bernyanyi dan mengambil alat yang difungsikan seperti drum sebagai metode untuk menarik pasangan.

Kala hampir semua burung berkicau atau menari untuk mengesankan calon pasangan potensial mereka, kakaktua raja australia (Probosciger aterrimus) juga memainkan drum solo, atau menggunakan alat yang dibuat untuk tujuan khusus.

Sejauh ini mereka adalah satu-satunya spesies makhluk hidup selain manusia yang membuat instrumen sendiri, lapor tim peneliti Australia yang dipimpin oleh Robert Heinsohn dari Australian National University di Canberra.

"Perilaku ini luar biasa," catat para peneliti dalam jurnal yang diterbitkan di Science Advances, "karena pembuatan alat di antara spesies selain manusia jarang terjadi dan hampir selalu terjadi dalam konteks pemecahan masalah yang berkaitan dengan mencari makan. Namun kakaktua raja menggunakan alat hanya untuk membuat suara."

Heinsohn --yang telah menghabiskan dua dekade mendokumentasikan burung di Australia-- mengatakan kepada National Geographicbahwa dia pertama kali menyaksikan kehebatan musik kakaktua pada tahun 1997.

Katanya, kakaktua itu menggunakan benda yang terlihat kecil untuk diikat di sebatang pohon.

"Sering sekali dia berhenti, menaikkan jambulnya yang menakjubkan, dan mengeluarkan peluit pipih atau jeritan keras," katanya.

Ahli biologi tersebut mengatakan bahwa ketukan yang dikeluarkan memiliki kualitas berirama seperti musik manusia, juga setiap pejantan memiliki gaya mereka sendiri-sendiri.

"Salah satu hal yang sangat lucu adalah bahwa mereka tersipu saat bergairah secara seksual. Mereka mengekspos pipi merah mereka yang menjadi lebih cerah."

Bersama para peneliti dari University of Queensland dan Deakin University di Victoria, mereka mencatat 131 urutan drum yang berbeda (masing-masing terdiri dari 5 sampai 92 ketukan perkusif) yang dibuat oleh 18 kakaktua.

Karena mereka pemalu, kakaktua raja sulit dipelajari. Menjelajahi ke tepi hutan hujan, para peneliti mencari kakaktua raja di pohon ekaliptus berlubang. Mereka berhasil menangkap aktivitas drum sekitar sekali setiap 100 jam, kata Christina Zdenek, dari University of Queensland yang memimpin penelitian lapangan dalam studi ini.

Saat mencari pasangan, kakaktua jantan mengambil sebatang tongkat atau biji polong dan mulai berirama memukul cabang pohon berongga, menghasilkan pukulan yang mantap, hingga 14 menit.

"Beberapa jantan melakukannya secara konsisten cepat, ada yang lambat, sementara yang lain lebih suka sedikit berkembang di awal," katanya. "Gaya individu semacam itu memungkinkan burung lain mengenali siapa yang sedang bermain drum dari jauh."

Sebagian besar data atau sekitar 70 persen aktivitas ini berasal dari pejantan yang ditujukan kepada betina. Temuan ini sekaligus menunjukkan permainan drum mungkin telah berevolusi sebagai bagian dari kehidupan seksual binatang.

"Hasil kami untuk kakaktua raja membuat kami bertanya-tanya apakah irama pada manusia juga awalnya berevolusi sebagai bagian dari kegiatan antara jenis kelamin, baru kemudian dikooptasi untuk mengkoordinasikan aktivitas menari dan kelompok," kata Heinsohn.

Rekaman tersebut akan digunakan dalam eksperimen pada masa depan untuk menguji apakah kegiatan drum dapat meningkatkan keberhasilan pengembangbiakan, juga untuk menentukan mengapa hanya beberapa kakaktua jantan yang menggunakan aktivitas drum dalam kehidupan seksual mereka.

Kakaktua-kakaktua tersebut ditemukan di Semenanjung Cape York, Australia. Wilayah yang dianggap rentan (fail PDF)bagi kehidupan burung tersebut karena penambangan bijih aluminium. Kakaktua raja juga dapat ditemukan di pulau-pulau di lepas pantai utara Australia, di dataran rendah Papua Nugini, dan Indonesia.