Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
Pencarian Belum Usai [TRUE STORY] - SEASON 3
Selamat Datang di Thread Gue 
(私のスレッドへようこそ)


Pencarian Belum Usai [TRUE STORY] - SEASON 3


TERIMA KASIH BANYAK ATAS ATENSI DAN APRESIASI YANG TELAH GANSIS READERBERIKAN DI DUA TRIT GUE SEBELUMNYA. SEMOGA DI TRIT SELANJUTNYA INI, GUE DAPAT MENUNJUKKAN PERFORMA TERBAIK GUE DALAM PENULISAN DAN PACKAGING CERITA AGAR SEMUA READER YANG BERKUNJUNG DISINI SELALU HAPPY DAN TERHIBUR

Spoiler for Season 1 dan Season 2:


Last Season, on Muara Sebuah Pencarian - Season 2 :
Quote:




INFORMASI TERKAIT UPDATE TRIT ATAU KEMUNGKINAN KARYA LAINNYA BISA JUGA DI CEK DI IG: @yanagi92055 SEBAGAI ALTERNATIF JIKA NOTIF KASKUS BERMASALAH


Spoiler for INDEX SEASON 3:


Spoiler for LINK BARU PERATURAN & MULUSTRASI SEASON 3:



Quote:


Quote:

Quote:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 83 suara
Perlukah Seri ini dilanjutkan?
Perlu
99%
Tidak Perlu
1%
Diubah oleh yanagi92055 08-09-2020 03:25
sehat.selamat.
JabLai cOY
al.galauwi
al.galauwi dan 142 lainnya memberi reputasi
133
332K
4.9K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Tampilkan semua post
yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
#311
Harus Dikejar!
Gue dan Emi berkeliling di tempat yang cukup luas itu. Benar-benar suasana yang meriah sekali buat gue setelah sekian lama vakum dari urusan jejepangan, baik ngeband atau sekedar datang aja ke sebuah acara seperti ini. Karena tempatnya cukup luas, kami pun bisa jalan-jalan dengan leluasa. Ada beberapa band lokal aja disini.

Uniknya, bandnya kok yang bisa masuk untuk manggung disini permainannya biasa-biasa aja ya? nggak ada yang wah penampilannya. Standar aja untuk acara sebesar ini. Memang ada Agnes Monica dan juga ada JKT48 yang memeriahkan sebagai main event acara ini, tapi untuk band coveran jejepangannya, ya masih banyak lah yang lebih bagus. Hehehe.

“Bang liat kesana yuk.”

“Yang mana?”

Mikoshi.”

Mikoshiapaan?”

“Itu tuh yang diangkat-angkat gitu.”

“Apanya yang diangkat? Kalo masalah angkat-angkat, kang cuanki juga bisa angkat-angkat, dapet duit lagi. Hahaha.”

“Asu! Ini tuh bagian dari budaya jepang gitu. Emang lo nggak tertarik?”

“Gue nggak pernah sedikitpun tertarik untuk ngulik lebih dalam budaya jepang, cukup tau aja. Oh ada toh budaya kayak gini di Jepang. Udah stop sampai segitu aja.”

“Emang kenapa bang? Gue punya tuh website yang ngejelasin seluk beluk jepang.”

“Iya yang lo pernah ceritain kan Mi.”

“Iya disana gue juga ngebahas soal budaya Jepang bang.”

“Ya terus kenapa?”

“Ya kali aja lo jadinya kurang seneng bang.”

“Haha. Gue pribadi emang biasa aja sama budaya negara lain, tapi bukan berarti gue nggak suka sama orang yang ngulik budaya orang. Gue hanya menyayangkan.”

“Menyayangkan gimana bang maksudnya?”

“Lo tau kan Mi, budaya Indonesia itu kaya. Banyak banget. Dari satu daerah aja bisa beda-beda budayanya. Sayangnya itu yang udah mulai berkurang untuk dilestarikan. Mungkin gue juga begitu, nggak ikut andil dalam melestarikan. Tapi setidaknya gue nggak mengagungkan atau malah belajar budaya orang lain. Gue masih cinta sama budaya negeri kita yang super kaya dan banyak ini Mi.”

“Iya sih bang. gue ngerti kok. Tapi gimana ya? Kayaknya anak jaman sekarang juga identitasnya sebagai warga negara juga mulai krisis ya. Budaya pop yang masuk kayak jepang dan korea, setelah sebelumnya budaya barat itu makin gila aja ya. jadi kayak udah jadi mindset, kalau lo nggak suka segala sesuatu yang impor, lo nggak gaul.”

“Makanya gue kalau suka atau ngefans secukupnya aja. Nggak sampai gila-gilaan. Gue sekedar suka musik rock jepang, yaudah gue nikmatin musiknya, hafalin lirik dan perdalam maknanya, jadi ketika manggung bisa maksimal. Tapi yaudah sampai disitu aja batasan gue. Gue nggak mau terlalu jauh mencintai Jepang. Gue masih sangat cinta Indonesia.”

“Hebat ya bang pemikiran lo bisa nggak kekontaminasi sama yang lain. Fokusnya ke musik aja udah. Soalnya banyak banget dari teman gue yang karena udah cinta sama seluk beluk jejepangan, sampai rela banget ngelakuin apapun demi bisa niru segala macam yang datang dari jepang. Sampai ke budaya-budayanya diulik detail.”

“Tapi coba lo tanya, sejauh apa dia mengetahui budaya kita? Gue yakin nggak bakal bisa jawab panjang lebar kayak dia kalau lagi jelasin soal segala sesuatu yang berkaitan sama jepang. Ya nggak?”

“Kayaknya sih gitu. Hehehe.”

“Gue sih nggak pukul rata ya Mi. Tapi nggak tau kenapa, gue kadang suka kesel liat fenomena yang ada dikomunitas ini. Sampai sebegitunya banget ngebela-belain budaya pop impor bekas penjajah. Hahaha.”

“Nggak tau bang, gue juga bingung kenapa anak-anak yang suka jepangan sampai sebegitu freaknya mencintai segala sesuatu dari negara ini.”

“Korea juga sebenernya kayaknya sama aja deh Mi. hahaha.”

“Hahah iya sih bang. Pecinta KPop itu kalau ngefans maksimal banget. Bahkan sampai belain idolanya itu maksimal banget. nggak terima kalau idolanya dihina. Pokoknya di bangga-banggain banget. Padahal kan kenal secara personal juga nggak ya. hahaha.”

“Itulah Mi. Gue sering denger tu penggemar idol, entah Jepang atau Korea, bikin statement kalau si idola itu baik lah, personalitynya oke punya, ramah, bisa ini itu, mampu begini begitu, dan sebagainya. Laaah emang udah pada ketemu orangnya beneran kayak apa? Haha. Nyatanya yang banyak terjadi, si idola-idola ini banyak yang depresi karena ulah fansnya sendiri. Nggak mati bunuh diri aja udah syukur Mi.”

“Haha iya sih, udah banyak juga ya artis yang mati bunuh diri karena depresi.”

“Jangan sampai deh kita kayak gitu. Makanya kita dibekalin agama Mi. mungkin juga mereka depresi karena kurang dekat sama sang Pencipta. Tapi kadang gue mikir yang namanya mental illness itu urusannya beda lagi loh. Nggak selalu bisa disolusikan dengan langsung ke pemuka agama. Banyak banget pertimbangan dan harus dicari solusi secara holistik, nggak bisa dari satu sisi cara pandang aja.”

“Itu masalah kompleks sih bang kalau kata gue. Intinya, kalau kita nggak pernah tau, jangan pernah menilai, apalagi menuduh. Itu yang bikin mereka makin terpuruk. Mereka selalu ada buat kita, selalu memenuhi keinginan dan tuntutan kita. Sementara mereka itu nggak bisa menolong diri mereka sendiri, karena apa yang mereka mau, nggak pernah bisa kita turutin. Bener nggak bang?”

“Nah ini baru pemikiran fans yang baik. Hahaha. Keren Mi. Pemikiran lo mirip banget sama yang gue pikirin. Hahaha. Kasian jadi idol itu sebenernya. Terlalu banyak tuntutan yang akhirnya nggak bisa mereka penuhi. Sedangkan hak yang mereka mau nggak juga bisa terpenuhi. Mati jadi salah satu solusi cepatnya kayaknya ya di benak mereka.”

“Waaah. Jangan-jangan kita jodoh ya bang.”

“Ah kagak tau. Yang penting jalanin dulu Mi.”

“Haha iya bang. Ayo jalan.”

“Lah ini kan udah jalan.”

“Bangs*t! maksudnya ayo jalan lagi jangan disini-sini aje. Hahaha.”

“Haha gobl*k. Iya juga ya. Yaudah ayo Mi, kamu mau kemana Emi?”

“Anj*ng. jijik banget gue dengernya bang. hahaha.”

“Yaudah buruan bangs*t, katanya mau jalan lagi.”

Gue dan Emi berjalan lagi kesana kemari. obrolan kami pun nggak putus-putus. Ada aja yang dibahas. Apalagi disana ada bahan ledekan yang sangat banyak. Seperti tingkah unik para penggemar JKT48 yang kadang aneh tapi lucu, ada juga cosplayer low budget yang minta banget diledekin, tapi sebenarnya kreatifitasnya luar biasa, dan lain sebagainya.

Mata gue tertuju ke satu tempat makanan yang agak ramai. Disana ternyata jualan okonomiyaki. Harganya saat itu ditawarkan hanya sepuluh ribu rupiah saja. Buset, okonomiyaki sepuluh ribu perak? Pantesan ngantri. Hahaha. Gue juga ikutan ngantri.

“Bang, ati-ati zonk. Itu harga segitu jangan-jangan isinya tepung doang. Hahaha.” Kata Emi memperingatkan.

“Haha nggak apa-apa lah Mi. Buat ganjel perut aja Mi. kamu mau nggak jadinya?”

“Berdua kamu aja.”

Setelah mengantri, akhirnya okonomiyaki sudah ada di tangan gue. Benar aja kata Emi, ini okonomiyaki nggak ada dagingnya, banyakan tepung. Haha.

“Anj*ng. pantesan harganya segini. Ini mah isi angin doang. Hahaha.”

“Haha. Kan apa aku bilang. Soalnya normalnya harga oko kan sekitar dua puluh ribuan, ya kan?”

“Iya sih. Haha. Bangs*t emang lah.”

“Yaudah, makan bang. Aku bantuin nanti.”

Gue dan Emi pun memakan okonomiyaki isi tepung ini. Rasanya sebenarnya enak, hanya aja komposisinya yang nggak pas. Berasa lagi makan beras bulog, 20% beras, 80% kerikil. Hahaha.

Kami kemudian jalan-jalan lagi dan melihat aneka ragam suvenir. Karena nggak ada yang bagus, kami beralih ke atraksi berikutnya. Ada belajar masak makanan jepang. Emi sangat antusias untuk mengikuti kursus kilat ini. Setelahnya, ya sekalian nyobain tester beragam makanan jepang yang dibagikan gratis. Ternyata lumayan kenyang juga perut.

Semakin malam waktu, semakin ramai. Sayangnya gue nggak bisa menikmati sampai habis karena gue ada tanggungjawab untuk mengantarkan Emi pulang kerumah orangtuanya. Jadinya gue juga berpikir untuk pulang aja kerumah Mama. Mata gue sempat teralihkan oleh pemandangan yang agak aneh. Gue melihat Uun, dan temannya yang bernama Nisa. Datang ke acara jejepangan. Buat apaan? Emang si Uun ngerti apa soal jepangan? Hahaha. Bodo amat juga. Jadi gue nggak cerita sama Emi karena ini amat sangat nggak penting.

Ketika sudah dekat ke stasiun, gue menyadari ada kekurangan dari Emi. Dia nggak bisa nyebrang. Hahaha. Udah tua masih nggak bisa nyebrang itu apaan banget. hahaha. Dia merengek minta disebrangin. Gue akhirnya berinisiatif aja nyebrang bareng dia, dan secara reflek gue menggengam tangan dia, cukup erat biar nggak ketakutan dianya. Eh ternyata dia juga secara otomatis megang tangan gue. haha. Lumayan dah.

Perjalanan pulang gue dan Emi sempat diganggu dengan telpon dari Uun. Lalu ternyata si Uun juga chat Emi. Berarti beneran yang gue liat tadi Uun. Nggak salah. kayaknya si Uun ini merasa kecolongan kali ya, gagal deket sama gue, dan malah Emi yang deket sama gue sekarang ini. Ya salah sendiri kenapa jadi orang basi obrolannya. Haha.

Sesampainya di komplek rumah Emi, dia sempat menolak untuk diantarkan sampai kedepan rumahnya. Tapi gue langsung menolak. Ini bentuk tanggungjawab, gue udah ajak anak orang pergi sampai malam, masa iya gue tinggal gitu aja. cemen banget jadi cowok.

Ternyata orangtua Emi masih mengobrol diruang tamu. Gue pun berinisiatif masuk dan permisi kepada kedua orangtuanya.

“Maaf, om, tante, kemalaman ngantar Emi pulang.”

Dengan tatapan membunuh dibalik kacamata yang diturunkan sampai ujung hidung khas bapak-bapak komplek yang suka tukeran jokes garing di grup WA, bapaknya membalas ucapan gue.

“Nggak apa-apa. Duduk dulu, Mas.”

Gue mengulas senyum sebisa gue. Gue duduk diseberang mereka duduk.

“Udah lama kenal sama Emi, Mas….”

“Firzy Om. Panggil aja saya Ija.”

“Oh iya mas Ija. Udah lama kenal sama Emi?” kata bapaknya.

“Belum lama sih om. Saya kebetulan kakak kelas Emi dikampus.”

“Oh kakak kelas ya. sama-sama negeri ya. hehehe.” Kata ibunya.

“Iya begitulah tante.” Kata gue sambil senyum kecil.

“Kamu sekarang juga masih kuliah mas?”

“Saya udah kerja om, udah sekitar empat tahunan saya kerja.”

“Hoo. Dipikirnya masih kuliah. Soalnya tampang kamu masih muda banget. saya kira umurnya nggak beda jauh dari Emi.” Kata Ibunya.

“Hehe, iya saya beda enam angkatan dari Emi tante om. Saya juga ketemu sama Emi karena kami sehobi, sama-sama suka jepang.”

“Iya tuh, anak saya senang banget sama jepang. musiknya yang disetel jepang melulu.”

“oh iya ya tante? Hehe. sama saya juga begitu kurang lebihnya tante.”

“Tapi Emi itu anaknya pendiem banget Ja. jarang ngobrol kalau nggak penting. Udah gitu senang banget belajar, jarang dia main sama anak-anak komplek sini. Padahal banyak yang seumuran.”

“Wah iya? Pantesan Emi pinter banget tante. Sama saya aja nyambung obrolannya. Segala macam diobrolin dan nyambung.”

Dalam hati gue bingung. Emi pendiem? T*i amat pendiem dari mana? Lah gue aja dari pas pertama kali dia muncul kembali sampai dengan saat ini, gue nggak pernah kehabisan bahasan sama dia. Bahkan saat ketemu pertama kali tadi pagi aja sampai sekarang aja, dia nggak pernah berhenti untuk ngobrol. Jadi dari mana urusannya dia pendiem? Hahaha.

“Oh iya, pesan tante sama om, jangan suka janji ya sama Emi. Dia itu anaknya gampang ngambek. Kalau nggak ditepatin janjinya, pasti dia nagih. Terus kalau nggak keturutan janjinya itu, pasti langsung ngambek.”

“Baik tante om. Nanti coba saya pelajari lagi lebih dalam. Mudah-mudahan saya nggak bikin Emi ngambek-ngambek sama saya. Hehehe.”

Obrolan selanjutnya hanya ringan-ringan saja. Setelah sekitar hampir setengah jam, gue pamit pulang. Emi mengantar gue sampai kedepan rumahnya dan kemudian ada perjalanan kecil sampai kedekat pos sekuriti komplek.

“Lo ngomong apa aja sama nyokap bokap?”

“Ah biasa. Ngenalin diri gue aja. Mereka ramah kok. Yang penting lo nggak dimarahin abis ini. Santai oke.”

“Iya iya, makasih bang.”

“Semoga hari ini lo seneng ya, Mi. Jangan masang status galau lagi. Kan udah ada gue, udah jalan sama gue juga kan.”

“Demen banget sih lo bang ngomenin status galau gue. Udah tau nggak pernah gue bales juga dari dulu.”

“Sekarang udah ada gue, jangan pernah galau lagi.”

“Kenapa? Lo siap dihina?”

“Gue siap bikin lo seneng terus, Mi. Gue nggak akan pernah bikin lo galau lagi. Jangan sedih lagi ya, Mi.”

“Apaan sih, Bang?!”

Gue melangkah kedepan badannya. Gue memeluk dia, ini benar-benar spontan gue lakukan. Diakhir gue mengecup kening dia.

“Bang Ija. Lo ngapain?” katanya setengah kaget.

“Gue bakalan bikin lo suka sama gue. Sesusah apapun itu. Gue balik dulu, Mi.”

Gue pun membalikkan badan dan melangkahkan kaki keluar dari komplek rumah Emi. Dijalan menuju jalan raya, gue merasa sangat sumringah. Gue seperti menemukan sesuatu yang hilang. Sesuatu yang selama ini gue cari. Gue pun mengikrarkan diri untuk benar-benar akan serius sama Emi. Semoga Emi juga memiliki perasaan yang sama dengan gue. Hubungan ini terlalu precious kalau nggak diseriusin. Gue nggak mau ada kejadian seperti Ara di masa lalu.

Lalu gue chat Emi persis setelah gue duduk di bis yang membawa gue pulang kerumah orangtua gue.

Quote:


Sesuatu hal yang nggak pernah gue lakukan sampai sebegininya. Dulu gue mengejar Zalina karena penasaran, bukan karena menemukan kecocokan. Cocoknya pas udah jadi. Dee pun kurang lebihnya seperti itu. Keket, dia yang ngejar gue duluan. Nah kalau Emi? Ya, dia sukses bikin gue kesengsem berat sama dia. Gue udah ngerasa cocok dari awal. Dan memang tantangannya nggak cuma dari dianya doang, tapi kayaknya bakal ada tantangan dari lingkungan sekitar dia nantinya.

Diubah oleh yanagi92055 04-12-2019 19:54
annisasutarn967
trikarna
sampeuk
sampeuk dan 36 lainnya memberi reputasi
37
Tutup