yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
Pencarian Belum Usai [TRUE STORY] - SEASON 3
Selamat Datang di Thread Gue 
(私のスレッドへようこそ)




TERIMA KASIH BANYAK ATAS ATENSI DAN APRESIASI YANG TELAH GANSIS READERBERIKAN DI DUA TRIT GUE SEBELUMNYA. SEMOGA DI TRIT SELANJUTNYA INI, GUE DAPAT MENUNJUKKAN PERFORMA TERBAIK GUE DALAM PENULISAN DAN PACKAGING CERITA AGAR SEMUA READER YANG BERKUNJUNG DISINI SELALU HAPPY DAN TERHIBUR

Spoiler for Season 1 dan Season 2:


Last Season, on Muara Sebuah Pencarian - Season 2 :
Quote:




INFORMASI TERKAIT UPDATE TRIT ATAU KEMUNGKINAN KARYA LAINNYA BISA JUGA DI CEK DI IG: @yanagi92055 SEBAGAI ALTERNATIF JIKA NOTIF KASKUS BERMASALAH


Spoiler for INDEX SEASON 3:


Spoiler for LINK BARU PERATURAN & MULUSTRASI SEASON 3:



Quote:


Quote:

Quote:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 83 suara
Perlukah Seri ini dilanjutkan?
Perlu
99%
Tidak Perlu
1%
Diubah oleh yanagi92055 08-09-2020 03:25
sehat.selamat.
JabLai cOY
al.galauwi
al.galauwi dan 142 lainnya memberi reputasi
133
331K
4.9K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
#2195
Sikap Berlawanan
Emi sudah mulai masuk ke kantor barunya dan gue masih meminjam laptop Emi. Untungnya kantor baru Emi ini menyediakan komputer untuk karyawannya, jadi Emi masih belum minta balik laptopnya yang ini. Dia masih mengalah dan bertahan dengan laptop lama dia. Gue jadi nggak enak sama dia yang selalu mengorbankan segalanya demi kepentingan dan kebahagiaan gue.

Contohnya ini, dia adalah otak dari tesis gue dan sesekali ngebantuin gue untuk cari data pekerjaan gue (karena data gue banyak yang ikut hilang bersama laptop gue) tetapi dia yang mesti struggling ngebantu gue make laptop dia yang udah tua dan lemot itu. Sedangkan gue yang enak-enak make laptop dia yang lebih baru. Dia cuma nggak suka gue ngeliat gue marah-marah dengan keadaan dan putus asa. Itu bikin gue semakin nggak enak hati sama dia. Gue bertekad untuk segera cari uang tambahan agar gue bisa beli laptop baru buat gue.

Tapi di sisi lain, gue bingung gimana gue bisa mendapatkan uang tambahan itu. Posisinya gue saat ini freelanceyang pemasukannya nggak selalu sama setiap bulannya. Kondisi keuangan gue pun saat ini sedang nggak bagus. Bukan karena gue banyak menghabiskan uang di mobil yang sengaja gue beliin buat Emi. Tapi ya emang guenya aja yang terlalu bodoh dalam manajemen keuangan gue sendiri kayaknya. Apalagi ketika gue dan Emi mulai banyak intrik, Emi nggak lagi bantu gue untuk manajemen keuangan gue.

Semenjak pacaran, gue dan Emi sudah melebur keuangan kami. Dulu sempet sih saat awal pacaran, gue dan Emi memberlakukan sistem pinjam meminjam di hubungan kami. Tetapi karena gue rasa jadinya kayak terlalu ribet, gue memutuskan untuk menghapus sistem itu dan melebur keuangan kami. Jadi, di tahun kesekian kami pacaran, kami sudah terbiasa manajemen keuangan kami bersama. Seperti pasangan kebanyakan, perempuan jadi Manajer Keuangannya.

Ketika kami sering debat dan ribut, Emi nggak lagi bantu gue manajemen keuangan gue. Memang sih parahnya ya baru akhir-akhir ini ketika hubungan kami jadi tarik ulur dan kami saling menghindar dari satu sama lain, sehingga emang ngebahas keuangan ketika kami bertemu itu nggak banget. Efeknya jadi seperti sekarang ini, gue yang semakin bodoh ini jadi nggak bisa manajemen keuangan gue dan kondisi gue menjadi morat marit.

Gue juga bingung, dulu gue hidup berpuluh-puluh tahun dengan manajemen keuangan gue sendiri. Tanpa bantuan siapapun, termasuk orang tua gue dan pacar gue sendiri. Tetapi semenjak kehadiran Emi di hidup gue, gue jadi ketergantungan dibantu dan diatur oleh dia. Gue jadi berasa jadi orang bodoh yang nggak bisa mengurus diri gue sendiri.

Entah apa yang terjadi di diri gue kalau Emi nggak ada di samping gue. Emi ngehindar dari gue beberapa hari saja, hidup gue sudah kacau banget kemarin. Apalagi kalau gue dan Emi berpisah? Gue nggak sanggup ngebayanginnya.

Gue browsing di internet. “Kayaknya gue harus menurunkan ego gue dan mencoba cari laptop yang lebih affordable, jadi biar nggak terlalu mahal tetapi sesuai kebutuhan gue…” Kata gue.

Selama ini gue selalu bermimpi kalau gue bisa punya laptop mahal semacam ASUS ROG (Republic Of Gamers) melihat gue yang aktif bermain game yang berat seperti Assassins Creed series (seri Syndicate), gue juga aktif menggunakan aplikasi video editor seperti VEGAS Pro, Adobe Premiere atau Filmora dan aplikasi audio editor semacam FL Studio, Cubase dan sejenisnya, serta yang terpenting bisa membuka aplikasi AUTOCAD untuk kebutuhan pekerjaan gue yang membutuhkan beberapa aplikasi berat. Gue membutuhkan laptop dengan VGA yang mumpuni. Tetapi dengan kondisi gue yang seperti ini, kayaknya beli ASUS ROG itu bakalan cuman jadi mimpi aja terus.

Sangat pusing gue memikirkan pilihannya. Tentunya nggak akan terlalu pusing ketika uangnya banyak. Tapi ini kan nggak. Jadinya gue harus putar otak. Cari referensi di Youtube untuk rekomendasi serta review laptop kere hore seperti yang gue mau. Akhirnya gue memilih pilihan laptop yang menggunakan prosesor AMD, bukan Intel. Lumayan bisa menghemat lebih dari satu jutaan harganya.

Terlebih lagi, AMD sudah menjadi pilihan gue sejak jaman gue masih sekolah dulu (waktu itu masih populer dengan nama ATI). Untuk gaming memang gue mempercayakan AMD. Hanya saja, gue harus pintar mengakali overheat dari hardware yang satu ini. Apalagi seringkali gue sering memaksa laptop atau PC gue untuk overclocking biar performa main gamenya makin yahud.

“Kayaknya aku pilih merk yang sama, tapi speknya yang lebih bagus. Terus ukuran layarnya juga 15,6 (inch), kalau kamu sama punya aku yang dulu kan 14.” Kata gue ke Emi.

“Ini sih kalau dari spek udah oke kayaknya ya. aku kan nggak terlalu tau detail kayak kamu. Aku tau yang umum-umum aja. terus dari komparasi sama review di Youtube sama sumber-sumber lain kayaknya ini sih emang yang paling cocok, Zy.” kata Emi memberi masukan.

“Makanya itu. Tapi ini uangnya masih belum cukup. Gimana baiknya ya Mi menurut kamu?”

“Kamu udah coba ngomong sama kantor belum?”

“Udah. Tapi mereka nggak bisa ngasih fasilitas kayak gitu. Bugdet mereka terbatas. Kalau mau potong gaji, aku kan bayarannya per pekerjaan, nggak ada gaji tetap.”

“Hmmm. Kalau saudara kamu, kira-kira siapa yang bisa? Emir gitu?”

“Emir? Haha. Jangan ke Emir lah. Ke Bapak atau ibunya. Kan yang tajir mereka, bukan Emirnya.”

“Ya itu maksudnya, ke om tante kamu.”

“Aku nggak mau ah. Mama itu udah sering bilang kalau keluarga mereka udah banyak banget bantu keluarga aku, jadi aku nggak mau nambah-nambah urusan atau beban moral yang lain lagi sama mereka.”

“Terus mau siapa lagi?”

Gue cukup berpikir keras sampai akhirnya gue menemukan satu nama. Tante Lili. Tante Lili sangat dekat dengan keluarga gue. Tante Lili sebenarnya adalah saudara jauh banget kalau dihitung-hitung. Bukan saudara dari satu garis keturunan lagi.

Adik Mama satu-satunya, Om Dani, menikah dengan istrinya yang bernama Tante Fida. Nah, Tante Fida punya adik yang namanya Tante Lili ini. Jadi sebenarnya ya nggak ada hubungan keluarga langsung. Bahkan termasuk keluarga jauh harusnya.

Nah, hal ini seperti nggak berlaku di hubungan antar keluarga dari Mama. Ipar-iparnya pada rukun, sampai ke adik-adiknya yang seharusnya nggak berhubungan langsung sama Mama. Kalau dibandingkan dengan keluarga besar Papa, di masa lalu sempat pecah hubungannya karena ipar-ipar (pasangan suami/istri) dari kakak beradik kandung Papa yang terlalu banyak ikut campur, sampai akhirnya ribut-ribut besar.

Sementara di keluarga Mama, Tante Lili yang notabene adik dari adik iparnya Mama malah punya hubungan yang sangat dekat dengan keluarga gue. Ironis. Semua keretakan keluarga besar Papa didasari oleh uang. Lain hal dengan keluarga besar Mama yang memang nggak terlalu mempersoalkan masalah uang ini.

Gue dan Dania di didik oleh Papa Mama untuk hidup dengan menghargai apa yang sudah dipunyai dan nggak usah berlebihan, karena harta bersifat sementara. Karena itu pulalah, Karena itu pulalah, ketika kondisi keluarga kami dalam berputar 180◦ semenjak kepergian Papa, kami tetap bisa bertahan dan menjalani hidup seperti biasa. Walaupun sempet ngerasa terseok-seok dan frustasi karena nggak ada uang tetapi kami masih bisa bertahan hidup hingga saat ini. Memang saat ini, kondisi gue kembali berada di bawah lagi. Tetapi gue selalu mengingatkan diri gue kalau gue pasti bisa mengembalikan keadaan gue kembali.

Saat ini, gue berpikir Tante Lili adalah orang yang tepat. Beliau ini adalah orang yang super royal, dan saking royalnya, beliau beberapa kali kena tipu oleh teman-temannya sendiri. Kebanyakan adalah penipuan dengan kedok usaha bersama.

Gue mengutarakan maksud gue. Gue ingin meminjam uang di awal untuk membeli laptop gue dan gue akan membayarkan ke beliau dengan menyicilnya selama dua atau tiga bulan kedepan. Gue nggak mau terikat bunga yang cukup besar karena gue menyicil dengan kreditur yang ada saat itu. Tetapi gue ya nggak bisa berharap banyak pada Tante Lili karena uang yang mau gue pinjam itu pun nggak sedikit. Emi yang mengingatkan gue untuk berserah diri pada Tuhan setelah gue mengutarakan ke Tante Lili, semoga Tuhan memberikan jalan lewat Tante Lili.

Tetapi ternyata, nggak pakai lama dan berpikir panjang, Tante Lili langsung mengiyakan permintaan gue tersebut dan mentransfer uang sesuai dengan kebutuhan yang gue utarakan sebelumnya! Gue langsung sujud syukur dan berterima kasih pada Tuhan yang selalu memberikan jalan pada hamba-Nya ketika dibutuhkan.

Kabar gembira ini tentu aja langsung gue kabari ke Emi. Gue kemudian meminta restu ke Emi juga untuk membeli laptop pilihan gue, dan akhirnya gue memesan online via e-commerce karena ada best deal disana serta gue mengaktifkan fitur-fitur cashback, sehingga gue benar-benar mendapatkan harga terbaik.

--

Gue sengaja nggak menceritakan segala yang terjadi antara gue dan Tante Lili ini ke Mama ataupun Dania. Gue nggak mau mereka malah mencemooh gue atau ngebawelin gue setiap hari untuk segera mengembalikan uang Tante Lili demi nama baik keluarga. Gue punya perjanjian tersendiri dengan Tante Lili kok. Gue janji kalau gue akan patuh dan amanah dengan perjanjian kami tersebut. Mama dan Dania nggak perlu tau. Yang perlu mereka tau hanya kakaknya ini sudah bisa beli laptop baru dengan uangnya sendiri.

“Kak, kamu ingat kan minggu depan Mama sama Mbah mau pergi umroh?”

“Inget, Ma.”

“Inget sama adik kamu ya. Jangan keluyuran terus sama Emi. Mama cuman pergi 10 hari, jadi kalau bisa nggak usah ketemu Emi dulu selama 10 hari kedepan biar kamu bisa fokus sama Dania. Dania itu lagi hamil besar, kasian dia kalau harus sendirian.”

“Aku bisa jagain Dania kok walaupun aku tetep ketemu sama Emi. Dania udah gede, Ma. Dania nggak perlu dijagain 24jam sama aku. Lagian Dania juga udah punya suami, suruhlah suaminya yang perhatiin Dania juga. Masa udah nikah semuanya masih harus aku?”

Gue bukannya mau lepas tanggungjawab begitu saja dengan Dania pasca Dania menikah. Gue bener-bener merasa kehilangan dan itu nggak bohong. Mulai dari lamaran Dania sampai akhirnya Dania benar-benar menjalankan pernikahannya. Gimana nggak, puluhan tahun gue hidup bersama dengan dia, tapi sejak pernikahan Dania sudah disahkan gue harus rela melepaskan kepergiannya untuk membina rumah tangga dengan Adit.

Gue cuman nggak bisa terima aja fakta kalau pasca Dania menikah dan akhirnya memutuskan untuk LDM, gue malah lebih disusahkan lagi. Semuanya semakin parah karena Mama yang sepertinya tidak setuju dengan hubungan gue dan Emi sehingga Mama jadi bersikap nggak adil terhadap gue. Mama selalu bawa-bawa bagaimana Dania dan suaminya berjuang menjalani LDM, makanya gue yang diminta untuk jangan egois dan gue harus berkorban untuk Dania.

Apa Mama dan Dania mikir untuk berkorban buat gue dan masa depan gue sama Emi? Gue selalu menjadi mempertanyakan keadaan, bagaimana kabarnya nanti kalau gue udah menikah tetapi adik gue masih LDM? Gue harus mengesampingkan istri gue gitu nanti? Apa Mama akan bersikap sama kalau gue yang menikah terlebih dahulu daripada Dania?

“Nggak mungkin bisa! Kamu aja setiap hari sama Emi terus walaupun ada Mama. Bagus kemarin sempet di rumah terus, eh sekarang malah balik keluyuran lagi. Emi ini emang nggak baik buat hidup kamu!”

“Jangan ngomong begitu tentang Emi, Ma! Aku nggak mungkin bisa kayak sekarang kalau nggak karena Emi! Udah, Ma! Aku capek ngebahas seperti ini terus. Aku mau pergi dulu.” Kata gue sambil mengeluarkan motor gue.

“Pergi kemana? Ke rumah Emi lagi? Sore baru berangkat kesana. Emang Emi nggak kerja?”

“Emi itu sekarang kerja di perusahaan yang lebih besar daripada perusahaan aku ataupun Dania! Gaji dia juga lebih besar daripada kita berdua! Emi nggak minta bantuan aku untuk bisa kerja di sana! Emi itu mandiri! Nggak pernah sebegitu ngarepnya bantuan aku!”

“Ya bagus dong kalau begitu, jadi kamu nggak perlu nemuin dia terus. Dia bisa mandiri kan? Berarti dia bisa ngurus diri dia sendiri. Dia nggak perlu bantuan kamu lagi. Adik kamu di sini yang butuh bantuan kamu, tetapi kamu selalu egois nggak pernah mikirin dia? Kamu malah ngurusin anak orang yang katanya nggak butuh bantuan kamu. Buat apa? Buang-buang waktu dan tenaga sia-sia…..”

“Buat apa? Buat kepentingan mental aku karena aku yang butuh nemuin dia. Dia yang sebaliknya selalu bantu aku untuk menghibur dan nyemangatin aku selama ini. Aku yang butuh dia…”

“Kamu jadi cowok jangan mau kayak kerbau dicocok hidung begitu sama cewek, Ja. Kamu harus punya pendirian. Nggak ada tuh dulu Papa seperti itu sama Mama.”

“Nggak ada? Nggak ada atau Mama yang nggak peka? Papa itu butuh bantuan Mama makanya Papa nikahin Mama dulu. Kalau Papa nggak butuh bantuan Mama, Papa nggak akan berjuang ke pelosok desa untuk nikahin Mama. Papa bisa dapetin semua cewek yang ada di ibukota, bahkan dulu Om Reza cerita Papa pernah pacaran sama anak Bupati dan anak Menteri, tetapi karena Papa butuh Mama, Papa rela mengabaikan semua cewek itu dan memilih Mama. Itu bukan karena butuh bantuan Mama emang? Itu karena Papa butuh Mama. Papa sangat membutuhkan Mama karena Mama sangat berarti buat Papa… Aku di sini paham apa yang Papa rasain. Aku mau ngejar sosok yang aku butuhin seperti bagaimana Papa butuhin Mama. Aku butuh Emi. Makanya aku mau berjuang untuk terus bersama Emi.” Kata gue panjang lebar. Gue mengeluarkan motor gue. Gue harus menenangkan diri dengan ketemu Emi. Gue lihat dari spion gue kalau Mama terdiam dengan pernyataan gue sebelumnya.

“KAKAK!” Mama kembali panggil gue. Gue berharap Mama mau sadar dan berpikir ulang terhadap penilaian beliau terhadap Emi.

“Apa?” tanya gue dengan nada tinggi.

“Jangan lupa, minggu depan ambil mobil kamu di Emi. Kita mau pake mobilnya, buat kita pergi ke bandara. Nggak akan muat kalau make mobil kita doang, kan Mbah kita yang bawa. Jadi, jangan lupa ya ambil mobilnya. Kalau bisa ambil sekarang juga nggak apa-apa. Toh di sana juga nggak dipake sama Emi juga kan?”

“……” Gue nggak menjawab omongan Mama dan pergi melajukan motor gue. Omongan gue sebelumnya bener-bener sia-sia.

Mama seperti udah nggak peduli lagi dengan apapun yang gue sampaikan. Bahkan fakta tentang bagaimana Papa berjuang untuk bersama Mama pun, udah nggak Mama pedulikan. Mama hanya fokus dengan kehidupan Dania. Semua hanya karena Mama nggak setuju dengan Emi dan Dania sudah menikah mendahului gue.

Mama pun nggak setuju dengan Emi tanpa sebab, murni hanya karena asumsi beliau kalau Emi full control terhadap hidup gue dan merasa gue berubah karena Emi. Beliau nggak pernah mencoba memahami gue dari sisi gue yang memang ingin berubah dan gue yang juga sangat membutuhkan Emi di hidup gue. Seperti Papa dulu.

EMI CHAT

Quote:


Emi nggak lagi membalas chat gue itu. Dia paham, kalau gue melanjutkan chat dengan dia, yang ada gue full ngamuk-ngamuk ke dia. Makanya dia nggak membalas lagi chat gue itu.

Gue menunggu dia di stasiun yang mengarah ke rumah Tante Lili, agar mempermudah Emi juga. Biar dia nggak jalan terlalu jauh. Berjuang naik kereta di jam pulang kerja itu sudah cukup melelahkan. Apalagi jarak kantor barunya dengan stasiun pun cukup jauh. Eh gue malah nyuruh dia untuk jalan kaki juga? Tega banget gue jadi orang.

“Ija? Lagi ngapain di sini?” Gue nengok. Gue kaget dengan siapa yang gue temuin saat itu.

Sosok yang cukup familiar.
Diubah oleh yanagi92055 26-06-2020 12:20
namikazeminati
khodzimzz
caporangtua259
caporangtua259 dan 22 lainnya memberi reputasi
23