- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Kaharingan: Manusia suci dari alam Sangiang


TS
kangjati
Kaharingan: Manusia suci dari alam Sangiang

Kaharingan, agama yang berasal dari tanah Borneo. Agama ini bahkan sudah ada di Indonesia sebelum agama-agama besar dunia masuk ke Indonesia.
Perhatian!
Tolong untuk membaca dengan pemikiran terbuka, karena topik ini adalah tentang kepercayaan, dan setiap manusia memiliki kepercayaan yang berbeda-beda. So, mari kita saling menghormati satu sama lain akan kepercayaan yang mereka anut.

Ini adalah seri Agama ke 7, sooo, enjoy!!
Perhatian!
Tolong untuk membaca dengan pemikiran terbuka, karena topik ini adalah tentang kepercayaan, dan setiap manusia memiliki kepercayaan yang berbeda-beda. So, mari kita saling menghormati satu sama lain akan kepercayaan yang mereka anut.

Ini adalah seri Agama ke 7, sooo, enjoy!!

Quote:

Gambar: Yu Asri Haring | © Bismo Agung Sukarno /Beritagar.id
Penganut agama ini percaya dunia supernatural dengan memberi persembahan kepada tatu hiang (nenek moyang) untuk membuat mereka bahagia.
Seratusan orang berbaju batik dan kebaya duduk berbaris. Menyesaki ruangan seluas lapangan futsal. Mata mereka terpejam sembari memanjatkan doa bersama. "Ranying Hatalla Langit Tuhan tambing kabanteran bulan."
Begitu kata-kata yang terucap. Artinya kira-kira meminta Tuhan agar menganugerahkan air suci untuk kehidupan.
Selanjutnya mereka baca Talatah Basarah (penuntun sembahyang) yang terdiri atas Kandayu (nyanyian umat kaharingan), yang dinyanyikan bersama dan dipimpin oleh perempuan bernama Kunti Ayu Vedanti, seorang rohaniawati Kaharingan. Alunannya menggema hingga keluar ruangan.
Malam itu umat Kaharingan sedang ibadah Basarah (semacam sembahyang atau kebaktian dalam Kristen) di Balai Basarah Hindu Kaharingan, Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Kami ikut sembahyang, yang Kamis malam itu (22/2/2018) dipimpin oleh seorang basir (ulama) bernama Osoh Tian Agan.
Ia menyampaikan pandehen (ceramah agama) dalam bahasa Indonesia dan Dayak Ngaju. Isinya soal cinta kasih kepada Tuhan, sesama manusia dan lingkungan. "Tuhan itu ajarkan penyang hinje simpei (kerukunan terhadap sesama manusia)," tutur Osoh.
Sembahyang ditutup dengan doa Kahapus Basarah (akhir ibadah) dengan menyatukan dua telapak tangan dan meletakkannya di depan dada. Lalu datang perempuan yang mememercikan air dan meletakkan butir beras ke kepala para penghayat. "Beras itu simbol kehidupan bagi umat Kaharingan," ujar Osoh.
Di dalam balai memang terdapat meja untuk menaruh sangkuk (seperti mangkuk), yang berisi sajen beras. Letaknya di depan barisan jemaat. Satu sajen lagi yang wajib selain beras adalah bulu ekor burung enggang. Ekor ini memiliki dua warna putih dan satu hitam.
Warna putih bagian atas ekor adalah perlambang alam atas yang dikuasai Ranying Hatala beserta perwujudan-Nya. Sedangkan putih di bagian bawah ekor itu berarti alam bawah yang dikuasai Jata Balawang Bulau (penyebutan untuk penguasa alam bawah). Kemudian warna hitamnya adalah simbol alam kehidupan manusia.
"Dalam setiap Basarah selalu terdapat dandang tingang (bulu ekor enggang)," kata Parada Lewis, Ketua Majelis Daerah Agama Hindu Kaharingan (MD-AHK) Palangka Raya.

Para pemeluk agama Kaharingan sedang ibadah basarah di Balai Basarah Hindu Kaharingan, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Kamis malam (22/2/2018).
© Bismo Agung Sukarno /Beritagar.id
Sebelum agama impor masuk Borneo, orang Dayak sudah mempraktikkan Kaharingan. Penghayatnya enggan menyebutnya sebagai kepercayaan, mereka lebih suka menyebutnya sebagai agama Kaharingan, yang asal katanya berasal dari bahasa Dayak kuno, yaitu Haring. "Haring itu berarti kehidupan," kata Parada.
Kaharingan juga diartikan sebagai kehidupan abadi Ranying Mahatalla Langit. Ranying, merupakan nama yang mengacu kepada zat tunggal, yaitu Tuhan. Dalam keyakinan penghayat, Kaharingan telah ada sejak awal penciptaan, yaitu ketika Tuhan mereka menciptakan semesta.
Sehari-harinya para penghayat ini tersebar di berbagai bidang. Ada yang berprofesi dosen, peneliti, guru, pejabat publik dan lainnya. Selama seminggu kami berinteraksi dan hidup dengan mereka, yang begitu ramah dan senang berpose di depan kamera.
Mereka tinggal di sekitar wilayah sungai Kahayan dan Kapuas, selatan Barito, serta bagian dari Mentaya.
Tapi jangan bayangkan mereka ini Dayak masa silam. Mereka sudah jarang bertato seluruh badan atau yang perempuan berdaun telinga panjang seperti dulu. Demikian juga keberadaan rumah panjang yang disebut betang, yang makin langka. Betang tergantikan rumah-rumah mungil yang cukup dihuni satu keluarga saja.
Kami mengunjungi Palangka Raya hingga ke desa-desa arah ke Sampit. Wilayah ini cukup panas dan berdebu. Kami juga menyeberangi sungai dengan kapal perahu untuk mencapai lokasi pemotretan. Namun tak sampai masuk hutan.
Catatan kami, kondisi jalannya lebih baik ketimbang Jakarta. Misalnya, Jalan Tjilik Riwut, yang membentang 34 kilo meter dari Palangka Raya ke Tangkiling. Jalan bikinan Rusia itu mulus, nyaris tanpa lubang.
Di sana, kami bicara dalam bahasa Indonesia dengan penghayat Kaharingan, karena kami tidak bisa bahasa Dayak Ngaju. Tetapi mereka tak keberatan. Sebaliknya, mereka begitu ramah, bahkan suka menawari makan, minum dan tempat untuk tidur.
"Agama Kaharingan itu menekankan nilai kasih dalam hubungan antar manusia," kata Yu Asri Haring, salah satu penghayat Kaharingan yang kami temui.
"Tanpa putusan MK pun kita tetap bisa beragama dan melaksanakan ritual-ritual yang sudah sejak dulu dilakukan"
Ervantia Restulita L. Sigai, dosen Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Tampung Penyang, Palangka Raya
Ervantia Restulita L. Sigai, dosen Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Tampung Penyang, Palangka Raya
Quote:
Mulai 1950, Kaharingan resmi dipakai sebagai nama generik untuk agama Dayak. Tiga puluh tahun kemudian Kaharingan berintegrasi dengan Hindu. Sebab itu namanya jadi Hindu Kaharingan. Saat ini jumlah pemeluknya di Kalimantan Tengah mencapai 300-an ribu orang.
"Hindu dipilih bukan hanya karena kedekatan, melainkan sebagai agama tertua di Kalimantan," kata Parada.
Sebenarnya orang Dayak telah beragama Hindu selama berabad-abad. Menurut Parada, mereka mungkin tidak sadar. Padahal Hindu merupakan agama Kerajaan Kutai, sebuah negara bagian di Kalimantan Timur pada abad keempat. Seiring waktu, Hindu hilang di tengah kolonisasi Belanda dan misionaris Kristen yang datang.
Pada dasarnya Kaharingan dan Hindu itu mirip. Misalnya sama-sama menggunakan dupa dan memiliki dewa. Bedanya, kalau Hindu memiliki Weda sebagai kitab suci, maka Kaharingan mempunyai Panaturan. Kemudian, tempat ibadah Hindu itu bernama pura, sementara di Kaharingan namanya balai.
Penganut Kaharingan masih menggunakan Hindu sebagai identitas di kolom agama kartu tanda penduduknya sampai kini. Hal itu dilakukan untuk mendapat akses pendidikan, pekerjaan dan ihwal administrasi kependudukan lainnya. "Sebelum integrasi itu susah dapat akses," tutur Parada.
Ia pernah alami sendiri kesulitan itu. Sebelum 1980, surat lamarannya untuk masuk jadi pegawai negeri tak diproses, karena dianggap tak beragama. Pria berusia 49 itu merasa nasibnya tak jelas saat itu. "Agak rumit untuk urus administrasi," katanya.
Beragam kemudahan baru bisa diterima Parada dan para penghayat lainnya setelah Kaharingan berintegrasi dengan Hindu. Contohnya soal pengakuan negara dalam pernikahan Kaharingan. "Surat pengantar menikah yang dikeluarkan MD-AHK juga telah diakui kantor catatan sipil. Termasuk hak menerima pendidikan," tutur Parada.
Karena itu respons umat Kaharingan datar saja terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) baru-baru ini soal kepercayaan yang dapat ditulis di kolom KTP.
"Pasalnya tanpa putusan itu pun kita tetap bisa beragama dan melaksanakan ritual-ritual yang sudah sejak dulu dilakukan," ujar Ervantia Restulita L. Sigai, dosen Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Tampung Penyang, Palangka Raya.

Sesi foto Kunti Ayu Devanti dan Yu Asri Haring di Palangka Raya, Kalimantan Tengah.
© Bismo Agung Sukarno /Beritagar.id

Foto pemeluk agama Kaharingan Yu Asri Haring dan keluarganya, Senin (26/2/2018), di Palangka Raya, Kalimantan Tengah.
© Bismo Agung Sukarno /Beritagar.id
Hidup orang Dayak memang dilingkupi banyak ritual-ritual. Sejak dalam kandungan, lahir hingga ritual kematian tahap akhir. Ritual akhir ini dinamakan Upacara Tiwah.
Kata Kunti, orang Dayak amat percaya pada ritual-ritual itu agar nantinya bisa bahagia dan kembali ke tempat asal mereka.
Yang dimaksud tempat asal mereka itu adalah tanah Sangiang. Di sana hidup penghayat memakai bahasa Sangiang (Tuhan) alias bahasa-bahasa yang dipakai di alam Tuhan. Mereka juga hidup dengan kejayaan dan kebahagiaan di tanah itu. "Segala sesuatunya memang bermula dari sana, termasuk agama Kaharingan," tutur Osoh.
Puncak kebahagiaan itu menurut Parada hanya dapat terpenuhi bila ritus kematian dijalankan. Yang utama adalah pengangkatan tulang jenazah dari kuburan. Prosesinya mirip ngaben di Bali, tapi tanpa dibakar.
Nantinya tulang jenazah itu akan disimpan dalam sandung. Semacam tempat khusus untuk tulang-tulang leluhur suku Dayak. Bentuknya seperti rumah mini yang didirikan dengan menggunakan empat tiang.
Letak sandung ini biasanya tak jauh dari tempat tinggal keluarga yang masih hidup. Maksudnya agar keturunannya tetap mengingat dan menjaga para leluhurnya.
Beberapa Sandung kami bisa lihat di daerah aliran Sungai Kahayan atau makam khusus penghayat Kaharingan di Palangka Raya. Bentuk rumahnya varian. Terutama dindingnya yang memiliki banyak ukiran hewan atau wajah orang.
Sandung ini begitu dihormati layaknya benda pusaka. Fransiskus Widodo, salah seorang penghayat, mengatakan, Sandung ini banyak diincar pencuri. Bahkan ada beberapa bule yang hendak membeli sandungnya orang Dayak. "Kebanyakan orang menolak menjual, karena kan ini barang pusaka leluhur," kata Frans.
Penghayat Hindu Kaharingan memang diwajibkan menghormati dan mengingat arwah leluhur. Agak mirip dengan tradisi Dia de Muertos di Meksiko, seperti di film Coco. Keluarga Meksiko harus merayakan dan mengingat leluhur yang telah berpulang dengan ritual. Kalau tidak diingat, maka si leluhur itu tak bahagia di alam baka bahkan bisa lenyap selamanya.
Di Kaharingan kurang lebih sama. Arwah leluhur harus diantarkan oleh keluarga keturunannya menuju surga dengan menggelar Upacara Tiwah. "Orang yang telah meninggal itu bisa langsung menuju ke Ranying Hatala langit (Tuhan YME) bila dibuatkan ritual Tiwah," ujar Kunti.
"Hindu dipilih bukan hanya karena kedekatan, melainkan sebagai agama tertua di Kalimantan," kata Parada.
Sebenarnya orang Dayak telah beragama Hindu selama berabad-abad. Menurut Parada, mereka mungkin tidak sadar. Padahal Hindu merupakan agama Kerajaan Kutai, sebuah negara bagian di Kalimantan Timur pada abad keempat. Seiring waktu, Hindu hilang di tengah kolonisasi Belanda dan misionaris Kristen yang datang.
Pada dasarnya Kaharingan dan Hindu itu mirip. Misalnya sama-sama menggunakan dupa dan memiliki dewa. Bedanya, kalau Hindu memiliki Weda sebagai kitab suci, maka Kaharingan mempunyai Panaturan. Kemudian, tempat ibadah Hindu itu bernama pura, sementara di Kaharingan namanya balai.
Penganut Kaharingan masih menggunakan Hindu sebagai identitas di kolom agama kartu tanda penduduknya sampai kini. Hal itu dilakukan untuk mendapat akses pendidikan, pekerjaan dan ihwal administrasi kependudukan lainnya. "Sebelum integrasi itu susah dapat akses," tutur Parada.
Ia pernah alami sendiri kesulitan itu. Sebelum 1980, surat lamarannya untuk masuk jadi pegawai negeri tak diproses, karena dianggap tak beragama. Pria berusia 49 itu merasa nasibnya tak jelas saat itu. "Agak rumit untuk urus administrasi," katanya.
Beragam kemudahan baru bisa diterima Parada dan para penghayat lainnya setelah Kaharingan berintegrasi dengan Hindu. Contohnya soal pengakuan negara dalam pernikahan Kaharingan. "Surat pengantar menikah yang dikeluarkan MD-AHK juga telah diakui kantor catatan sipil. Termasuk hak menerima pendidikan," tutur Parada.
Karena itu respons umat Kaharingan datar saja terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) baru-baru ini soal kepercayaan yang dapat ditulis di kolom KTP.
"Pasalnya tanpa putusan itu pun kita tetap bisa beragama dan melaksanakan ritual-ritual yang sudah sejak dulu dilakukan," ujar Ervantia Restulita L. Sigai, dosen Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Tampung Penyang, Palangka Raya.

Sesi foto Kunti Ayu Devanti dan Yu Asri Haring di Palangka Raya, Kalimantan Tengah.
© Bismo Agung Sukarno /Beritagar.id

Foto pemeluk agama Kaharingan Yu Asri Haring dan keluarganya, Senin (26/2/2018), di Palangka Raya, Kalimantan Tengah.
© Bismo Agung Sukarno /Beritagar.id
Hidup orang Dayak memang dilingkupi banyak ritual-ritual. Sejak dalam kandungan, lahir hingga ritual kematian tahap akhir. Ritual akhir ini dinamakan Upacara Tiwah.
Kata Kunti, orang Dayak amat percaya pada ritual-ritual itu agar nantinya bisa bahagia dan kembali ke tempat asal mereka.
Yang dimaksud tempat asal mereka itu adalah tanah Sangiang. Di sana hidup penghayat memakai bahasa Sangiang (Tuhan) alias bahasa-bahasa yang dipakai di alam Tuhan. Mereka juga hidup dengan kejayaan dan kebahagiaan di tanah itu. "Segala sesuatunya memang bermula dari sana, termasuk agama Kaharingan," tutur Osoh.
Puncak kebahagiaan itu menurut Parada hanya dapat terpenuhi bila ritus kematian dijalankan. Yang utama adalah pengangkatan tulang jenazah dari kuburan. Prosesinya mirip ngaben di Bali, tapi tanpa dibakar.
Nantinya tulang jenazah itu akan disimpan dalam sandung. Semacam tempat khusus untuk tulang-tulang leluhur suku Dayak. Bentuknya seperti rumah mini yang didirikan dengan menggunakan empat tiang.
Letak sandung ini biasanya tak jauh dari tempat tinggal keluarga yang masih hidup. Maksudnya agar keturunannya tetap mengingat dan menjaga para leluhurnya.
Beberapa Sandung kami bisa lihat di daerah aliran Sungai Kahayan atau makam khusus penghayat Kaharingan di Palangka Raya. Bentuk rumahnya varian. Terutama dindingnya yang memiliki banyak ukiran hewan atau wajah orang.
Sandung ini begitu dihormati layaknya benda pusaka. Fransiskus Widodo, salah seorang penghayat, mengatakan, Sandung ini banyak diincar pencuri. Bahkan ada beberapa bule yang hendak membeli sandungnya orang Dayak. "Kebanyakan orang menolak menjual, karena kan ini barang pusaka leluhur," kata Frans.
Penghayat Hindu Kaharingan memang diwajibkan menghormati dan mengingat arwah leluhur. Agak mirip dengan tradisi Dia de Muertos di Meksiko, seperti di film Coco. Keluarga Meksiko harus merayakan dan mengingat leluhur yang telah berpulang dengan ritual. Kalau tidak diingat, maka si leluhur itu tak bahagia di alam baka bahkan bisa lenyap selamanya.
Di Kaharingan kurang lebih sama. Arwah leluhur harus diantarkan oleh keluarga keturunannya menuju surga dengan menggelar Upacara Tiwah. "Orang yang telah meninggal itu bisa langsung menuju ke Ranying Hatala langit (Tuhan YME) bila dibuatkan ritual Tiwah," ujar Kunti.
Quote:

Foto pemeluk agama Kaharingan Kunti Ayu Devanti, Sabtu (24/2/2018), di Palangka Raya, Kalimantan Tengah.
© Bismo Agung Sukarno /Beritagar.id
Upacara Tiwah biasanya berlangsung tujuh hari, dan digelar dengan melakukan pengorbanan hewan kurban, misalnya kerbau.
Digunakannya kerbau, menurut Parada, karena kerbau punya nilai ritual tinggi ketimbang hewan lain. Dalam Tiwah, babi dan ayam memang disembelih. Namun kedua hewan itu cuma sebagai pendamping hewan kurban utama saja. "Jadi, sebelum sembelih babi, harus menyembelih ayam terlebih dulu, setelah itu baru kerbau. Semua ada urutannya, tidak sembarang," katanya.
Upacara Tiwah ini juga menyimpan keunikan. Setelah kerbau dilumpuhkan dengan cara ditombak oleh keluarga yang punya hajat, prosesi terakhir penyembelihan kerbaunya justru dilakukan seorang muslim. Hal itu kerap terjadi.
Cara ini dimaksudkan agar kaum muslim yang juga hadir dan tinggal di dekat keluarga yang menggelar Tiwah, bisa juga menikmati hewan yang telah dikorbankan itu.
Memang, tiwah adalah ritual milik agama Hindu Kaharingan. Tapi pada pelaksanaannya, pemeluk agama lain juga bisa terlibat, baik Islam ataupun Kristen. "Ini indahnya. Kaharingan itu bisa jadi sumber keberkahan bagi semua," kata Yuas Elko, seorang penghayat Kaharingan. Sahiy, sahiy, sahiy.



Anyway, Kaharingan ternyata berintegrasi dengan Hindu dikarenakan dari beberapa aspek kesamaan dengan Hindu.
Terpenting adalah, bagaimana umat Kaharingan mengajarkan kita untuk selalu bertoleransi untuk menghargai satu sama lain.

Mari kita jaga kerukunan antar semua kepercayaan yang ada di Indonesia, tidak hanya 6 agama yang sudah diresmikan negara, tetapi semua aspek kepercayaan yang ada di Indonesia termasuk Kaharingan. Mari tetap jaga asas bhinneka tunggal ika


Quote:


Jangan lupa rate bintang 5, tinggalin komentar dan bersedekah sedikit cendol buat ane dan ane doain agan makin ganteng dan cantik deh

SUMUR:
Beritagar.id
Quote:
Jangan lupa kunjungi thread ane yang lain gan 

Tidak! Feses dan bakteri ditemukan dalam kosmetik palsu
Mimpi jadi tuan rumah motoGP hidup kembali
Keuangan pasangan memengaruhi kualitas hidup Anda
Sedotanmu, Membunuhku
7 Hal yang jangan dipamerkan di media sosial
Bukan beragama hanya bertuhan
5 Tips mengemas ransel yang efektif untuk mendaki gunung
Fakta Unik Pelesiran Seru dengan motor
Millicent Simmonds Bintang Tunarungu dalam a Quiet Place
Misi NASA Mencari Planet Baru Segera Dimulai
TERKUAK! Tak Hanya Asteroid Tanaman Beracun juga Punahkan Dinosaurus
Fakta Unik Mengenai Alfabet [Tes kecermatan jenis huruf]
Terungkap inilah alasan orang baik jahat di dunia maya
Anti kode- kodean ini dia AlterEgo alat pembaca suara hati
Kiat sukses mendapatkan tiket pesawat murah saat pameran
6 Rekomendasi Hutan Pinus Kece untuk Akhir Pekan Bersama Keluarga
Mengenal Pelacak Elite Kaki Empat Yogyakarta
Fotografi analog, riwayatmu kini
Riset mengatakan menonton konser bisa memperpanjang umur hingga 9 tahun
Isu Risiko Kanker dalam Secangkir Kopi


Tidak! Feses dan bakteri ditemukan dalam kosmetik palsu
Mimpi jadi tuan rumah motoGP hidup kembali
Keuangan pasangan memengaruhi kualitas hidup Anda
Sedotanmu, Membunuhku
7 Hal yang jangan dipamerkan di media sosial
Bukan beragama hanya bertuhan
5 Tips mengemas ransel yang efektif untuk mendaki gunung
Fakta Unik Pelesiran Seru dengan motor
Millicent Simmonds Bintang Tunarungu dalam a Quiet Place
Misi NASA Mencari Planet Baru Segera Dimulai
TERKUAK! Tak Hanya Asteroid Tanaman Beracun juga Punahkan Dinosaurus
Fakta Unik Mengenai Alfabet [Tes kecermatan jenis huruf]
Terungkap inilah alasan orang baik jahat di dunia maya
Anti kode- kodean ini dia AlterEgo alat pembaca suara hati
Kiat sukses mendapatkan tiket pesawat murah saat pameran
6 Rekomendasi Hutan Pinus Kece untuk Akhir Pekan Bersama Keluarga
Mengenal Pelacak Elite Kaki Empat Yogyakarta
Fotografi analog, riwayatmu kini
Riset mengatakan menonton konser bisa memperpanjang umur hingga 9 tahun
Isu Risiko Kanker dalam Secangkir Kopi

0
2.2K
Kutip
6
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan