Jadi ada dua bentuk huruf "g" yang kerap kita temui, terutama dalam media cetak.

Versi satu adalah huruf "g" dengan buntut terbuka yang biasanya digunakan saat menulis dengan tangan. Kemudian versi kedua adalah huruf "g" dengan buntut tertutup yang sering digunakan dalam bentuk-bentuk huruf di buku, koran, majalah, laman situs, dan surel.

Selain huruf g, The Week(3/4) mencatat bahwa huruf lain yang memiliki dua bentuk huruf kecil yang dicetak adalah huruf "a".

Dalam sebuah penelitian baru yang dilakukan para peneliti di Johns Hopkins University, Baltimore, Amerika Serikat, peneliti menemukan bahwa kebanyakan orang punya titik buta tentang bentuk umum "g".

Versi yang kurang dipahami ini adalah versi yang terlihat seperti dua lingkaran ditumpuk secara vertikal, dihubungkan dengan garis melengkung kecil di sebelah kiri dan dengan garis kecil memanjang dari atas ke kanan seperti paruh topi.



Para peneliti menyebut "g" yang umum Anda tulis adalah versi dengan buntut terbuka. Padahal "g" dengan buntut tertutup sering disajikan dalam tulisan yang menggunakan gaya huruf Times New Roman. Namun kebanyakan orang tidak dapat mengenalinya atau menulisnya secara akurat.

Untuk membuktikannya, para peneliti melakukan sebuah eksperimen yang terbagi dalam tiga bagian. Pertama-tama mereka meminta 38 orang dewasa untuk membuat daftar huruf dengan dua versi cetak huruf kecil.

Hasilnya hanya 20 dari sukarelawan yang mengatakan huruf "g" dan hanya satu dari mereka yang dapat menulis dengan benar kedua bentuk dengan benar. Bahkan sejumlah sukarelawan menegaskan bahwa tidak ada dua bentuk huruf tersebut.

"Kami akan mengatakan: 'Ada dua bentuk g. Bisakah Anda menulisnya?' Dan orang-orang akan melihat kami dan hanya menatap sejenak, karena mereka tidak tahu," kata Kimberly Wong, sarjana junior di Johns Hopkins.

Pada bagian kedua dari percobaan, dengan menambahkan 16 peserta baru, peneliti menemukan bahwa bahkan setelah membaca paragraf yang berisikan 14 huruf dari versi "g" buntut tertutup, dan mengucapkan setiap kata yang mengandung "g" dengan lantang, hanya setengah dari sukarelawan yang mencoba untuk menulis versi buntut tertutup "g" ketika diminta untuk menulis jenis "g" yang baru saja mereka temui beberapa kali.

Hasilnya, hanya satu orang yang menulisnya dengan benar. Akhirnya, 25 peserta diminta untuk mengidentifikasi versi yang benar dari "g" buntut tertutup ketika diberikan pilihan ganda berisi empat opsi, nyatanya hanya tujuh orang yang bisa.

"Mereka tidak sepenuhnya tahu seperti apa huruf ini, meskipun mereka dapat membacanya," kata penulis senior studi tersebut Michael McCloskey. "Apa yang kami pikir mungkin terjadi di sini adalah bahwa kita belajar sebagian besar bentuk huruf karena kita harus menuliskannya sewaktu di sekolah."

McCloskey melanjutkan, "versi buntut tertutup 'g' adalah sesuatu yang tidak pernah diajarkan ke kita dalam kegiatan menulis, jadi kita mungkin tidak belajar bentuknya juga."

Para peneliti mengatakan meski baru dalam jumlah sampel kecil, penelitian ini menyoroti pentingnya menulis ketika berhadapan dengan mempelajari bentuk huruf. Mereka mengatakan bahwa seiring kegiatan menulis tangan mengalami penurunan akibat popularitas gawai elektronik, maka hal tersebut akan berdampak juga ke kemampuan membaca seseorang.

"Bagaimana dengan anak-anak yang baru belajar membaca? Apakah mereka menemui masalah dengan bentuk 'g' ini karena mereka tidak dipaksa untuk memperhatikan dan menulisnya?" kata pria yang berprofesi sebagai ilmuwan kognitif tersebut.

"Itu sesuatu yang tidak kami ketahui. Temuan kami memberi kami cara yang menarik dalam melihat pertanyaan tentang pentingnya menulis untuk membaca."

Penelitian ini diterbitkan dalam Journal of Experimental Psychology, Human Perception & Performance.