Hai Agan & Sistah!
libur telah tiba, libur telah tiba, Hore! Hore! Hore!

Coba gan- sis mana nih yang semangat banget menyambut
weekend?
Biasanya kalau menyambut
weekend selain jalan- jalan ke tempat hiburan,
nongkrong di depan laptop juga jadi hiburan bagi agan- sis sekalian.
Kalau sudah terlanjur tenggelam berselancar di internet, biasanya keinginan untuk berbelanja
online semakin menguat.
Pada akhirnya agan- sis belanja online deh meski ga butuh. Sering mengalami hal begitu?
Belanja barang tapi ga butuh?
Biar ga penasaran, langsung aja cek artikel di bawah ini! Cekidot!
###
Ilustrasi belanja. | Arek_malang /Shutterstock
Kisah Diderot
Quote:
Seorang filsuf terkemuka asal Prancis, Denis Diderot, (1713-1784) hampir seumur hidupnya berada dalam kemiskinan. Seperti halnya pemikir-pemikir Abad Pencerahan saat itu, Diderot memang tidak memikirkan harta benda.
Meskipun miskin, nama Diderot sangat terkenal. Dia merupakan salah satu penggagas dan penulis
Encylopedie, salah satu ensiklopedia yang paling komprehensif sepanjang masa.
Ketika Ratu Rusia,
Catherine the Great(1729-1796) mendengar Diderot mengalami kesulitan finansial pada 1765, ratu membeli perpustakaannya seharga 1000 Poundsterling Inggris. Selesailah, masalah keuangan Diderot.
Diderot kemudian dapat hadiah mantel mahal dari seorang teman. Begitu indahnya, hingga menurut Diderot, mantel tersebut tak cocok bersanding bersama perabotan rumahnya yang usang. Akhirnya ia membeli dan mengganti perabotannya dengan yang baru.
Tak lama berselang, Diderot terlilit hutang. Dia menyesalinya, sebagaimana ia tulis dalam esai
Regrets For My Old Dressing Gown, "Aku adalah pemilik mantel tua. Aku menjadi budak dari mantel yang baru".
Pernahkah berada dalam situasi tersebut?
Sindrom Diderot
Quote:
Membeli sepatu baru, kemudian merasa koleksi baju dan tas tidak cocok kemudian akhirnya membeli lagi yang cocok. Atau saat membeli mobil baru, lalu merasa harus memasang pelapis kursi mobil yang lebih nyaman, melengkapinya dengan perangkat hiburan, dan sebagainya
Pembelian reaktif seperti itu dikenal dengan Diderot Effect, atau efek Diderot.Kisah Diderot ini menunjukkan bagaimana kepemilikan suatu barang baru tidak berhenti sampai di sini.
James Clearseorang psikolog perilaku, mengatakan efek Diderot merupakan suatu keadaan di mana kepemilikan suatu barang yang baru sering menciptakan spiral konsumsi, membuat kita memperolah lebih banyak barang baru.
Akibatnya, pada akhirnya kita membeli barang-barang yang sebelumnya tidak pernah kita butuhkan untuk merasa bahagia dan puas. Setiap barang baru, akan membuat seseorang membeli lebih banyak barang baru lainnya.
Quartz menyebutkan bahwa hal ini merupakan fenomena sosial yang menjelaskan sebagian besar pola konsumsi modern masyarakat saat ini.
Penjual yang cerdas sering kali melengkapi suatu produk dengan produk tambahan lain sebagai pelengkap. Dan membuat penawaran yang begitu menarik sehingga konsumen tidak dapat menolaknya. Hal ini tampaknya tidak berbahaya, akan tetapi dapat menjadi keputusan terburuk.
Apa yang terjadi pada Diderot, dengan tumpukan hutangnya, seharusnya membuat kita menyadari apa yang akan terjadi jika kita terus menerus memenuhi keinginan untuk melengkapi barang-barang baru. Meskipun hal ini tidak mudah.
Diderot menulis, bahwa sebelum memiliki mantel indah itu, dirinya tidak peduli dengan kepemilikan berbagai barang. Dia tidak menganggap barang-barang itu sebagai representasi dari nilai dan kepatutan seseorang.
Akan tetapi, begitu dia menerima mantel baru, cara pandangnya berubah. Dia melihat kemegahan dan keindahan mantel barunya sebagai hal yang mewakilinya, dan segera saja dia memikirkan hal sama dengan barang-barangnya yang lain.
Hingga akhirnya, Diderot mengatakan "Orang miskin dapat hidup tenang tanpa memikirkan penampilan, tetapi orang kaya selalu mengalami tekanan". Semakin kaya, kita semakin menginginkan berbagai hal untuk membentuk citra diri, untuk status sosial.
Dalam bukunya yang berjudul [URL="https://S E N S O Rthe-polymath-project/consumerisms-dirty-little-secret-are-we-buying-all-the-wrong-things-5c86222afc8"][I]Spent: Sex, Evolution, and Consumer Behaviour[/I] [/URL], Geoffrey Miller, seorang psikolog evolusioner, menyebutkan bahwa salah satu alasan terbesar kita membeli barang adalah karena barang-barang tersebut dapat bercerita tentang kita kepada orang lain.
Menurut Miller manusia berevolusi dalam kelompok-kelompok kecil, di mana status dan penampilan menjadi sangat penting. Bukan hanya untuk bertahan hidup, tetapi juga untuk mendapatkan pasangan, mendapatkan teman-teman bahkan membesarkan anak-anak.
"Saat ini kita menghiasi hidup kita dengan lebih banyak barang dan jasa untuk membuat orang lain terkesan, daripada menikmati kepemilikan tersebut," tulisnya.
Kendati demikian, James Clear mengatakan bahwa hidup memang memiliki kecenderungan untuk menjadi lebih, kita selalu ingin menambahkan, membangun, menumpuk dan meningkatkan standar hidup. Jarang sekali seseorang ingin menurunkan, menyederhanakan, menghilangkan ataupun mengurangi standar hidupnya
Tips Mengatasi Efek Diderot
Quote:
Efek Diderot memberitahu kita bahwa hidup hanya akan membuat kita berjuang memiliki lebih banyak barang, jadi kita harus memahami bagaimana menilai, membatasi dan fokus pada hal-hal penting.
Salah satu cara mengurangi efek Diderot adalah menghindari kebiasaan-kebiasaan yang dapat memicu. Kurangi kunjungan ke pusat perbelanjaan atau memblokir situs-situs belanja daring.
Membeli barang yang dapat disesuaikan dengan barang-barang yang sudah ada, dan menetapkan batas diri sendiri secara paksa, merupakan cara berikutnya.
Selanjutnya, biasakan untuk memberikan barang lama ketika membeli barang baru. Sumbangkan sepatu lama yang masih layak pakai, setelah Anda membeli sepatu baru. Lalu, cobalah tidak membeli apa-apa selama sebulan penuh, alihkan keinginan berjalan-jalan di mal dengan kegiatan lain untuk menghindari keinginan membeli tanpa rencana.
Keinginan tidak pernah ada batasnya. Selalu ada keinginan baru dan lebih tinggi. Sadarilah bahwa keinginan adalah pilihan, bukan keharusan untuk dipenuhi.
###
Manusia memang tidak pernah puas ya, begitu pun keinginannya tak ada batasnya.
Bagaimanapun hidup adalah pilihan, pilihan untuk belanja dan tidak belanja ada di tangan kita.
Ingat kalau agan- sis terjerat sindrom diderot ini, baiknya hindari pusat perbelanjaan apalagi toko online

biar lebih afdol pergi ke taman kota aja liatin keluarga yang liburan.
Konon katanya melihat orang bahagia bisa membuat kita bahagia.
Semoga bisa nambah wawasan agan sistah ya

Quote:

Buat liat informasi menarik lainnya seperti artikel di atas bisa liat
di sini
Jangan lupa rate bintang 5, tinggalin komentar dan bersedekah sedikit cendol buat ane dan ane doain agan makin ganteng dan cantik deh
SUMUR:
Beritagar.id