Ternyata tak hanya manusia yang memilih menghindari lumpur, gorila juga.

Baru-baru ini beredar video di media sosial memperlihatkan Louis, seekor gorila jantan di Kebun Binatang Philadelphia, Amerika Serikat, yang tampak tak ingin tangannya menyentuh lumpur di kandangnya.

Louis, yang berusia 18 tahun, tertangkap kamera memilih berjalan dengan tubuh tegak lurus, seperti manusia berjalan, sementara kedua tangannya tampak memegang sesuatu berwarna oranye. Petugas kebun binatang, dikutip The Washington Post, menyatakan yang dipegangnya itu adalah tomat.

Video tingkah tak biasa seekor gorila tersebut lalu menjadi viral dan saat berita ini ditulis, sudah disaksikan hampir 400.000 orang di Facebook.

Umumnya gorila berjalan dengan tubuh condong ke depan dan melangkah dengan bantuan tangan melalui buku-buku jarinya.

Memang kadang gorila berjalan tegak lurus, tetapi biasanya hanya satu dua langkah saja. Sementara Louis berjalan tegak lurus lebih jauh dari itu.

"Mereka akan berjalan tegak lurus ketika bermain bersama atau menunjukkan betapa besar dan kuatnya mereka ... atau ketika melalui rawa-rawa," kata Michael Stern, kurator primata dan mamalia kecil Kebun Binatang Philadelphia.

Kebiasaan Louis ini sudah diamati oleh pawang gorila kebun binatang tersebut, Kristen Farley-Rambo sejak dua tahun lalu.

"Orang-orang kerap terkejut mendengar bahwa meskipun penampilannya sebagai gorila jantan yang sangar, (Louis) benci basah atau jika tangan dan kakinya kotor," tulis Farley-Rambo dalam unggahan blog pada 2015.

"Ketika terperangkap dalam hujan badai, dia akan berjalan dengan dua kaki menyeberangi halaman untuk mencari perlindungan, dan ketika dia tanpa sengaja menginjak lumpur, dia akan menemukan daun atau kantong kertas dan menyeka tangan atau kakinya sampai bersih kembali. "




Oleh karena itu, Louis--spesies gorila dataran rendah baratdari Afrika dengan tinggi 182 cm dan berat 208,6 kg--kemudian dikenal sebagai seekor gorila yang cinta kebersihan.

Stern menyatakan bahwa Louis, yang lahir di St. Louis, AS, memang kerap berjalan lumayan jauh dengan tubuh tegak, terutama jika kondisi tanah sedang benar-benar berlumpur, juga saat sedang memegang makanan.

"Jika dia diberi makan beberapa camilan, seperti tomat, dalam jumlah lebih banyak, maka dia akan berjalan tegak sambil membawanya," kata Stern.

Akan tetapi Stern meragukan Louis melakukan hal itu karena benar-benar mengerti soal kebersihan dan kesehatan.

"Saya pikir ia tak mengerti soal teori penyebaran penyakit oleh kuman," kata Stern kepada National Geographic. "Saya menebak hal itu dilakukan karena rasa dari lumpurnya. Mereka binatang hutan hujan dan lahir untuk bergelut dengan lumpur, tetapi mereka memiliki kepribadian masing-masing."

Gorila berbagi sekitar 98 persen DNA yang sama dengan manusia. Selisih perbedaan dua persen yang ada menjadi faktor yang memisahkan kecerdasan mereka dengan manusia juga bagaimana cara mereka berjalan.

"Bagi kera, biasanya lebih efisien untuk berjalan dengan keempatnya (kaki dan tangan). Namun, ada variasi di tiap individu... Saya akan menebak faktor variasi ini yang ada dalam kasus Louis, tidak terlalu sulit untuk mencari penyebabnya. Saya pikir berjalan dengan dua kaki cukup alami baginya," kata Stern.

Louis bukan kasus pertama. Sebelumnya seekor gorila berumur 27 tahun di Inggris bernama Ambammenjadi berita utama pada tahun 2011. Ia memiliki cara jalan yang juga mirip manusia.

Baik Louis maupun Ambam berjalan tegak untuk mengumpulkan makanan secara lebih efektif. Para ilmuwan menyimpulkan mungkin alasan tersebut menjadi salah satu alasan manusia berevolusi untuk berjalan dengan dua kaki.

Gorila, menurut Stern, adalah hewan yang menarik, memiliki cerdas tinggi, dan mirip dengan manusia.

"Namun ada sesuatu yang begitu hewani tentang mereka, dan kuat. Jadi ketika Anda melihat satu individu bertindak lebih manusiawi dengan berjalan tegak seperti itu, maka membuat Anda sadar, wow, mereka adalah hewan yang luar biasa. Dunia ini luar biasa, alam itu menakjubkan," kata Stern.

Sejak 2007, International Union for Conservation of Nature telah mendaftarkan gorila dataran rendah barat sebagai spesies dengan status "sangat terancam punah". Populasi spesies ini telah menurun lebih dari 60 persen dalam 25 tahun.