Tim dokter hewan dari Ol Pejeta Conservancy di Kenya akhirnya menyuntik mati Sudan, badak putih utara (ceratotherium simum cottoni) jantan yang berusia 45 tahun. Matinya pejantan terakhir ini menyisakan dua ekor badak putih utara betina di dunia dan ancaman kepunahan di depan mata.
Beberapa waktu lalu Sudan dikabarkan membaik dari sakit yang dideritanya (
Kompas, 7/3/2018). Namun, lewat rilis yang dipublikasikan dalam situs
Ol Pejeta Conservancy, para dokter hewan akhirnya memutuskan untuk melakukan euthanasia terhadap Sudan, pada hari Senin (19/3/2018). Kesehatannya memburuk, membuatnya begitu menderita dan tidak dapat berjalan lagi.
"Dia telah menderita masalah kesehatan yang berkaitan dengan usia, dan berbagai infeksi," ungkap rilis media tersebut. "Begitu kondisinya memburuk secara signifikan dan dia tidak dapat berdiri dan terbukti sangat menderita, keputusan untuk menidurkannya dilakukan oleh tim dokter hewan yang merawatnya."
Kabar ini tentu saja membuat para konservasionis berduka.
Sudan bukan badak biasa, bisa dianggap sebagai legenda. Dia adalah badak putih utara jantan yang terakhir. Ini membuatnya jadi harapan terakhir bagi subspesiesnya untuk berkembang biak di dunia ini.
Situs berita Kenya,
The Starmenyebutkan bahwa Sudan dilahirkan di alam liar di Sudan bagian Utara pada 19 November 1973. Tak lama setelah kelahirannya, sekitar tahun 1975, dia dibawa ke Kebun Binatang Dvur Kralove, di Cekoslowakia (sekarang Republik Ceko), bersama beberapa ekor badak putih utara lain.
Keterangan yang terdapat di
rilis media menyebutkan bahwa Sudan hidup di Kebun Binatang Dvur Kralove sampai tahun 2009. Akhirnya Sudan direlokasi ke Ol Pejeta Conservancy bersama tiga ekor badak putih utara lain, yaitu Suni (jantan), Najin dan Fatu. Najin dan Fatu adalah anak dan cucu betina Sudan, merekalah yang 'menemani' Sudan di Ol Pejeta selama beberapa tahun terakhirnya.
Langkah untuk memindahkan mereka didorong oleh fakta bahwa badak putih utara telah dinyatakan punah di alam liar pada tahun 2009. Para ahli memperkirakan bahwa habitat yang lebih alami akan mengatasi keengganan badak berkembang biak di penangkaran, dan akan memastikan kelanjutan keberadaan subspesies ini.
Sampai tahun 2014, masih ada tiga badak putih utara jantan. Mereka adalah Sudan dan Suni yang saat itu sudah berada di Ol Pejeta Conservancy, dan
Angalifu yang berada di San Diego Zoo Safari Park, Amerika Serikat.
Kematian Suni pada 17 Oktober 2014 dan Angalifu pada 15 Desember 2014, menjadikan Sudan satu-satunya badak putih jantan utara yang tersisa.
Ini membuatnya menjadi pusat perhatian. Sudan dan dua ekor badak putih betina yang tersisa, berada di bawah pengawalan tentara bersenjata Kenya selama 24 jam.
Pasalnya badak-badak selalu menjadi target para pemburu gelap. Mereka mengincar culanya yang sangat berharga.
Harapan untuk keberlangsungan subspesies badak putih utara sangat bergantung padanya. Namun pada tahun 2015, setelah menjalani serangkaian tes, terbukti gairah masa mudanya telah menghilang, Sudan tidak dapat membuahi badak betina secara alami.
Para badak betina juga tidak lagi tertarik dengan badak jantan tua, sekalipun sudah diupayakan untuk mengawinkan mereka. Empat puluh lima tahun usia badak, setara dengan 90 tahun usia manusia.
Jan Stejskal, seorang pejabat di Kebun Binatang Dvur Kralove mengatakan, seperti yang dikutip dari
, bahwa kematian Sudan merupakan simbol kekejaman manusia yang mengabaikan alam, dan kabar yang sangat menyedihkan bagi mereka yang mengenalnya.
"Tetapi kita tidak boleh menyerah," ungkap Stejskal. "Kita harus memanfaatkan situasi khusus, di mana
teknologi sel digunakan untuk konservasi spesies yang terancam punah. Mungkin terdengar mustahil, tetapi berkat teknik yang baru dikembangkan, bahkan Sudah pun masih dapat memiliki keturunan."
Badak putih utara tidak dapat kimpoi dengan badak hitam, tetapi ada kemungkinan bisa kimpoi dengan badak putih selatan. Subspesies badak putih selatan memang berhasil dikembangbiakan.
Ol Pejeta memiliki 19 ekor badak putih selatan hasil penangkaran. Namun mereka adalah subspesies yang berbeda dari badak putih utara secara genetik. Meskipun keturunannya tidak akan 100 persen badak putih utara, itu akan lebih baik daripada tidak sama sekali, kata para ahli.
Dilansir dari
CNN.com, Elodie Sampere dari Ol Pejeta mengatakan bahwa para peneliti berhasil menyimpan beberapa materi genetik Sudan dengan harapan dapat melakukan inseminasi buatan kepada kedua betina yang tersisa.
George Paul, salah satu dari tim dokter hewan di Ol Pejeta Conservancy menambahkan bahwa secara realistis kita melihat hewan-hewan ini akan mati dalam beberapa dekade ke depan. "Tapi semoga dengan menggunakan metode reproduksi buatan ini, kita akan bisa membawa mereka kembali di masa depan," kata Paul.
Sekarang terserah Najin dan Fatu untuk menjaga agar subspesies mereka tetap hidup.