Bergaya feminin tidak membuatnya percaya diri. Justru, dia lebih suka mengenakan pakaian dan aksesori dengan hiasan duri atau lebih dikenal dengan istilah studded.
“Setiap wanita tentu memiliki sisi maskulin. Saya menerjamahkannya dalam style. Saya tidak suka style yang sangat feminin. Saya lebih suka mix and match sama yang agak tomboi,” jelas Jenifer. Tak heran, demi memiliki beragam barang-barang studded, dia rela merogoh kocek hingga puluhan juta rupiah. Setidaknya, ada sekitar 50 aksesori, semisal kalung, gelang, anting, dan bando yang dimilikinya. Ditambah lagi, dengan puluhan pasang sepatu, belasan baju, dan beberapa tas. Mayoritas, diperolehnya dari Perancis, Amerika Serikat, dan Jepang.
“Dari sekian banyak koleksi, saya paling suka dengan sepatu karya Christian Louboutin. Modelnya unik dan elegan. Harganya pun cukup mahal,
berkisar Rp 15-25 juta. Mungkin, orang menganggap hanya buang-buang uang. Namun, bila sudah hobi apa mau dikata,” sahutnya. Menurut Jenifer, ada kepuasan tersendiri ketika mengenakannya. Dia merasa bebas untuk berekspresi dalam hal style. Pun begitu, dia tetap sadar diri. Koleksinya itu hanya dikenakan ketika berpergian atau pesta dan bukan untuk kerja.
Jenifer mengakui, dia menyukai studded sudah dari tiga tahun lalu. Awalnya, karena sang ibu memberikan kado berisi baju berwarna merah dengan hiasan manik-manik duri di bagian leher depan. Ketika melihat baju itu, dia langsung naksir. Menurut dia, sesuai dengan kepribadiannya.
“Dari kecil, saya memang agak tomboi. Sampai-sampai, saya lebih suka aktivitas outdoor. Saya pun pernah masuk tim sepak bola. Lalu, ketika remaja, saya suka dengan olahraga muaythai,” kata pengusaha kuliner ini.
Mengenai perawatan, Jenifer mengaku tak repot. Caranya sama dengan sepatu atau tas pada umumnya. Cukup dibasuh dengan lap basah. Hanya saja, harus lebih hati-hati saat dilap agar manik-maniknya tidak lepas. Usai itu, simpan di lemari atau rak.