1. Craftsman Construction

Pada akhir abad ke-18 muncul gerakan kreatif estetik yang disebut dengan Craftsman Movement. Hal itu pertama kali dimulai di Eropa tetapi menjadi populer di Amerika Serikat. Craftsman Movement muncul sebagai tanggapan langsung terhadap Revolusi Industri di Eropa. Latar belakangnya adalah fokus pada pentingnya objek individu. Selama revolusi industri, dorongan untuk meningkatkan produktivitas dan inovasi datang dengan biaya teknik dan kontribusi individu. Craftsman Movement adalah analogi yang bagus dengan estetika Wes Anderson sebagai sutradara. Anderson adalah salah satu pengagum Craftsman Movement, yang memperhatikan banyak aspek dari filmnya sebelum menuju ke studio. Perhatiannya adalah pada teknik dan narasi yang terasa kuno dan lebih personal. Kisah-kisahnya aneh dan film-filmnya memiliki kontruksi yang dibuat dengan tangan, alih-alih diolah dengan komputer seperti kebanyakan film sekarang yang menggunakan CGI. Sepanjang karirnya, Anderson tetap berkomitmen pada visinya sendiri yang telah memberikan film-film dengan rasa konsistensi yang luar biasa, terutama dalam hal teknik penyajian unik pada penonton.

Pendekatan Anderson dengan Craftsman Movement ditunjukkan dengan sangat jelas dalam film animasi stop motion, yang paling menonjol terlihat di Fantastic Mr. Fox, dan Isle of Dogs. Dia menggunakan teknik tersebut bukan karena teknik itu yang paling realistis, ataupun paling mudah, tetapi karena itu lebih artistik dan memberikan daya tarik tertentu daripada menggunakan CGI atau efek modern lainnya yang tidak memberikan kesan nyeni. Pendekatan yang detail dalam cara dia membangun banyak adegan seperti diorama, seolah-olah kamera mengintip melalui kontruksi seperti rumah di Moonrise Kingdom atau kapal di Life Aquatic untuk melihat karakter di dalamnya. Terkadang dia akan menggeser kameranya ke satu arah ke ruangan lain, meneruskan pendekatan mirip seperti dalam rumah mainan. Anderson juga sangat imajinatif dan inovatif, yang membuat pendekatan Craftsman Movement menjadi lebih kekinian. Tokoh-tokohnya sering berpakaian dengan baik, tetapi dengan cara yang hampir kuno. Aspek-aspek dari produksi Anderson ini mungkin dianggap tidak masuk akal dalam film lain, tetapi dia tetap membuatnya demi menjadi berbeda dan unik, para tokohnya menjadi bagian dari pesona filmnya.

2. Warna Yang Menonjol

Anderson menggunakan warna-warna yang menonjol di filmnya untuk lebih membuktikan bahwa dia pada dasarnya menciptakan dunianya sendiri, daripada merekam dunia nyata yang dibuat-buat. Film-filmnya sering menggunakan warna yang kontras antara gelap dan warna-warna cerah untuk memberikan nuansa unik dan untuk meningkatkan kualitas aneh filmnya, penyajian gambar dengan dongeng modern adalah deskripsi yang tepat untuk Wes Anderson. Dari mulai membangun set sendiri hingga memilih fitur warna pakaian, mobil dan karakter yang mungkin tak pernah terpikirkan oleh siapapun. Terkadang warna-warna yang dipilih oleh Wes sudah tampak kuno. Penggambarannya penuh dengan gaya dan tren masa lalu, yang memberikan efek nostalgia kreasi sinematik ala Wes Anderson. Terkadang warnanya bisa terlalu berani dan sangat menarik. Warna-warna cerah ini membuat kesan sendiri di mata para penonton. Misalnya, dia sering menggunakan warna kuning cerah untuk teks utama dan deskripsi yang muncul pada layar.

Penggunaan warna yang menonjol dapat dilihat dari film pertamanya, Bottle Rocket, di mana rumput hijau cerah menonjol bersama dengan pakaian karakter utama yang mengenakan pakaian merah, dan adegan yang tak terlupakan adalah warna VW merah dalam film. Darjeeling Limited adalah film yang penuh dengan warna karena mengeksplorasi budaya India yang penuh dengan bunga, warna-warni ruangan dan pakaian berwarna cerah. Pakaian mungkin merupakan area di mana pilihan warna Anderson membuat dampak yang paling kuat, seperti mantel bulu Margot Tenenbaum, atau pakaian olahraga merah Chas Tenenbaum dan putra-putranya di The Royal Tenenbaums, seragam pramuka hijau di Moonrise Kingdom, seragam petugas ungu di The Grand Budapest Hotel, atau seragam biru cerah di Life Aquatic. Karakter-karakter dalam filmnya sering kali mengenakan sesuatu dengan warna yang benar-benar menonjol. Lokasi adalah hal lain bagi Anderson untuk memanfaatkan warna agar membuat benda-benda lebih menonjol. The Grand Budapest Hotel dengan lokasi dan pengaturan yang sangat merah muda. Isle of Dogs menggunakan warna merah yang kuat untuk menyoroti bangunan pemerintah Jepang di Kota Megasaki.

3. Karakter Yang Aneh
Tokoh dalam film-film Wes Anderson menarik karena mereka tidak sering bertingkah seusia mereka. Karakter yang lebih muda cenderung lebih dewasa dan termotivasi, sedangkan yang lebih tua sering kali kekanak-kanakan dan kurang ambisius. Tema umum dalam film-film Anderson adalah perlunya menerima tanggung jawab yang semakin meningkat sebagai bagian dari kedewasaan. Itulah alasan mengapa begitu banyak filmnya menampilkan peran anak-anak dan pemuda sebagai karakter utama. Para karakter tersebut seringkali adalah orang-orang yang mendorong alur cerita melalui tindakan mereka, sementara pemeran dewasa berusaha untuk mengejar ketinggalan.
Seperti dalam film Isle of Dogs di mana Atari, seorang anak mengambil inisiatif untuk melakukan perjalanan ke Dog Island untuk menyelamatkan anjingnya sementara orang dewasa berusaha untuk menghentikannya. Pemeran lain, Tracy Walker berkelahi melawan konspirasi yang membuat semua anjing diasingkan ke Dog Island. Rushmore adalah contoh lain dari seorang pemuda yang berperilaku lebih seperti orang dewasa. Max Fischer dituntut lebih dewasa. Dia mencoba untuk terlibat dalam kegiatan ekstrakulikuler bukan karena dia ingin menonjol, tetapi karena itu membantu meningkatkan rasa percaya dirinya. Dia yakin prestasinya akan lebih baik daripada orang lain seusianya dan dia tidak mau terikat oleh aturan yang sama. Sementara itu dia juga tergila-gila dengan wanita yang lebih tua, usahanya itu membuat dia lebih dewasa dan menarik.

Karakter-karakter muda yang ambisius ini berbeda dengan orang dewasa versi Anderson. Dalam The Royal Tenenbaums, semua orang dewasa tidak memiliki kedewasaan. Di Royal Tenenbaum, kepala keluarga, memalsukan penyakit kanker untuk mendapatkan perhatian dan mengalihkan dari masalah pertunangan mantan istrinya. Putranya, Richie, memiliki karir tenis yang bagus dan hancur oleh depresi, akibat dari siksaan cintanya pada adik angkatnya, Margot. Margot, seorang misterius yang bertindak arogan, merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Chas, terlalu posesif melindungi anak-anaknya karena ketidakmampuannya untuk mengatasi kehilangan istrinya dan mempunyai tekanan mental. Dalam film The Life Aquatic with Steve Zissou, Steve menemukan dirinya mengalami penurunan karir. Dia menyelam hanya karena ingin balas dendam pada hiu yang telah membunuh sahabatnya, mengorbankan pekerjaannya untuk mendanai para kru yang bergabung dalam tim penyelam. Zissou berusaha untuk mendapatkan apa yang diinginkannya, yang mengakibatkan dia hampir kehilangan segala sesuatu yang berharga dalam hidupnya.

4. Dialog Yang Unik

Penonton tidak akan menemukan banyak dialog dengan bahasa berbunga-bunga dan percakapan berkelok-kelok dalam film Wes Anderson. Para karakternya malah cenderung mengatakan hal-hal tak terpikirkan. Jika ada monolog, itu cenderung milik narator yang bisa menjadi karakter dalam film itu sendiri. Biasanya selalu dialog cepat, runcing, dan langsung. Suara yang muncul terdengar kaku, dan bisa sulit diikuti jika tidak mengikuti adegan yang sedang berlangsung di layar. Karena banyak dari karakternya yang egois, mereka cenderung berbicara tentang diri mereka sendiri dan perasaan mereka. Seringkali, saat di mana karakter-karakter ini diam lebih penting daripada ketika mereka berbicara. Contoh di film Isle of Dogs, ketika Chief mengambil tongkat. Sampai saat itu dia selalu membayangkan ketika menjadi anjing liar yang tidak akan menerima perintah dari manusia, tetapi pada saat itu keheningannya justru menunjukkan karakternya.

Ada sejumlah alasan mengapa Anderson memilih untuk melakukan dialog semacam itu dalam film-filmnya. Pertama, itu akan membantu meningkatkan struktur fisik filmnya. Dialog yang sederhana memungkinkan langkah yang lebih cepat, yang bekerja berdampingan dengan teknik pengeditan cepat Anderson. Dalam banyak hal, dialog cepat juga memainkan waktu komedi Anderson. Dia menggunakannya untuk membuat lelucon yang efektif. Dialognya juga menjadi lebih realistis daripada apa yang biasanya penonton lihat dalam film lain. Dalam kehidupan nyata orang cenderung berbicara dengan cara yang sangat mudah, kebanyakan film tidak secara akurat mencerminkan hal tersebut. Jadi, Anderson tidak harus bergantung pada dialog untuk membantu menjelaskan atau mengembangkan alur ceritanya. Film-film Anderson sering ditampilkan dalam format Chapter, yang membantu menjelaskan perjalanan waktu. Judul-judul itu sendiri juga membantu menjelaskan apa yang sedang terjadi, dan adegan-adegannya bisa mulai berjalan tanpa banyak penjelasan yang diperlukan. Dialog unik Anderson memberikan penonton kekhasan lain untuk mengagumi film-filmnya.

5. Wajah dan Suara Yang Familiar

Anderson adalah salah satu sutradara kolaboratif paling dikenal yang bekerja di industri saat ini. Setiap filmnya memiliki pemeran dengan aktor yang terkenal dan sampai kini cenderung berbagi banyak nama yang sama. Aktor yang paling sering tampil adalah Wilson bersaudara. Owen Wilson dan Wes Anderson pertama kali bertemu di kampus dan mereka telah bekerja bersama di banyak proyek sejak saat itu. Owen telah terlibat dalam semua film Anderson dalam berbagai peran kecuali untuk Isle of Dogs, dan Moonrise Kingdom. Dua saudara Owen, Luke dan Andrew telah ditampilkan dalam tiga film pertama Anderson. Jason Schwartzman membuat debutnya dalam film Rushmore, dan telah tampil di The Darjeeling Limited, Fantastic Mr. Fox, Moonrise Kingdom, dan The Grand Budapest Hotel. Bill Murray juga merupakan aktor langganan Anderson sejak lama, setelah terkesan dengan debut Anderson. Murray memiliki peran dalam semua film Anderson kecuali untuk Bottle Rocket.

Aktor-aktor lain yang bekerja sama dengan Anderson yaitu, Anjelica Huston (4 film), Kumar Pallana (4 film), Willem Dafoe (3 film), Jeff Goldblum (3 film), Adrian Brody (3 film), Waris Ahluwalia (3 film), Edward Norton (3 film), Tilda Swinton (3 film), Bob Balaban (3 film), Harvey Keitel (3 film), dan Seymour Cassel (3 film). Demikian pula, Anderson juga telah bekerja sama dengan penulis, produser, aktor Wallace Wolodarsky pada 5 film, komposer Alexandre Desplat pada 4 film, komposer Mark Mothersbaugh pada 5 film, dan sinematografer Robert D. Yeoman pada 7 film.